Salah satu yang sangat disesalkan dari kasus-kasus kekerasan seksual pada anak adalah kenapa anak bungkam tentang apa yang telah terjadi padanya sehingga lama untuk terungkap? Bahkan ada kasus yang baru terungkap setelah korbannya dewasa.
Ternyata, ada banyak alasan anak bungkam ketika telah mengalami kekerasan seksual, Ma. Inilah beberapa alasan anak korban kekerasan seksual bungkam yang dilansir dari laman stopitnow.org.
Dimanipulasi oleh pelaku
Sering kali, anak korban kekerasan seksual bungkam karena telah dimanipulasi oleh pelaku. Dalam kasus kekerasa seksual pada anak, pelaku sering mempermainkan rasa bersalah, malu, atau takut korban tentang apa yang telah terjadi di antara mereka.
Pelaku bisa meyakinkan korban bahwa korban juga bertanggung jawab atas kekerasan seksual tersebut dan akan dihukum untuk itu. Misalnya, pelaku mengatakan bahwa kejadian itu terjadi karena korbanlah yang menggodanya dengan mengenakan rok, jadi korbanlah yang akan dihukuman jika memberi tahu orang lain.
Pelaku juga bisa meyakinkannya bahwa kata-katanya tidak akan dipercaya siapa pun jika ia memberi tahu orang lain. Sayangnya, hal itu kadang benar-benar terjadi, Ma.
Seperti kasus pelecehan seksual pada remaja di sebuah rumah ibadah di Jakarta. Salah satu korban ketika itu sempat memberi tahu orangtuanya tentang apa yang ia alami. Namun, orangtuanya tidak percaya.
Kadang, pelaku pun akan meyakinkan korban bahwa korban menikmati aktivitas seksual bersamanya tersebut dan menginginkannya terjadi. Mengerikan kan, Ma?
Rasa peduli atau protektif terhadap pelaku
Anak korban kekerasan seksual mungkin memiliki rasa peduli atau protektif terhadap pelaku lho, Ma. Ia bisa merasa akan mengkhianati pelaku jika ia menceritakan kontak seksual tersebut kepada orang lain.
Nah, jika pelaku mengetahui korban merasa seperti ini, ia bisa menggunakannya untuk membuat korban bungkam. Caranya adalah dengan memanipulasi korban.
Ingin melindungi orangtua
Selanjutnya, anak korban kekerasan seksual memilih bungkam karena ingin melindungi orangtuanya. Ini alasan yang sering terjadi, Ma.
Ia merasa apa yang terjadi padanya adalah sebuah informasi buruk. Ia tidak ingin menyakiti orangtuanya dengan informasi buruk tersebut.
Bingung dengan apa yang ia alami
Ketika mengalami kekerasan seksual, anak bisa merasa kebingungan. Ia bingung apakah ia mengalami kesenangan yang positif, gairah, atau keintiman emosional dari apa yang terjadi padanya.
Anak juga kerap kebingungan, apakah yang dialaminya adalah bentuk kasih sayang pelaku padanya? Apakah aksi pelaku itu wajar? Inilah salah satu alasan edukasi seksual perlu diberikan sejak dini, Ma.
Merasa bersalah
Anak korban kekerasan seksual juga mungkin merasa bahwa ialah yang mengizinkan hal itu terjadi padanya. Ia juga mungkin merasa bersalah karena berpikir bahwa seharusnya ia bisa menghentikan pelaku.
Namun, yang perlu kita ingat, tidak ada seorang pun yang bertanggung jawab terhadap kekerasan seksual yang dialaminya. Begitu pula dengan anak, Ma.
Diancam pelaku
Alasan yang terakhir ini pun sangat mungkin terjadi pada anak korban kekerasan seksual, yaitu diancam pelaku. Pelaku mungkin saja mengancam korban tentang apa yang akan terjadi jika korban menolak ajakannya atau memberi tahu orang lain tentang aksinya.
Anak bisa diancam akan dilukai secara fisik atau bahkan korban akan kehilangan sesuatu. Contohnya, hubungan di dalam keluarga korban akan hancur.