TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

10 Red Flag dalam Pertemanan Remaja, Tanda Anak Harus Ganti Circle!

Bertahan hanya akan merugikan anak

Freepik/master1305

Bertambahnya usia anak pasti memengaruhi lingkar pertemanannya yang semakin terus meluas ya, Ma?

Kini anak tidak hanya bermain dengan tetangga atau sepupu seumurannya saja. Ada nama-nama baru yang diperkenalkan olehnya kepada Mama sebagai teman bermain, baik itu dikenal dari sekolah, tempat les, atau relasi dari teman lainnya.

Anak remaja tentu sudah bisa lebih mandiri dari usia sebelumnya, ya, Ma. Di usianya yang sekarang, bersosialisasi bukanlah hal yang sulit bagi mereka. 

Namun, kemandirian ini bukan berarti Mama bisa langsung lepas tangan terhadap hubungan pertemanan anak, lho. Karena sejatinya, akan selalu ada kemungkinan anak remaja bertemu dengan lingkar pertemanan yang bermasalah. 

Nah, jika anak telah 'terjebak' dengan ritme pergaulan yang salah, mereka akan cenderung terbiasa berbuat jahat dengan orang-orang di sekitarnya. 

Mama tidak ingin hal itu terjadi bukan? Berikut Popmama.com telah merangkum 10 red flag dalam pertemanan remaja, jika Mama menemukannya segeralah intruksikan kepada anak untuk jaga jarak!

1. Selalu menjelek-jelekan orang lain

Dreamstime/Erikreis

Mama perlu waspada jika anak berteman dengan seseorang yang suka mencibir orang lain! 

Orang dengan tipe ini akan selalu melihat orang lain dari sisi buruknya saja dan tidak berusaha untuk mengingat kebaikan yang pernah orang tersebut lakukan. Hasilnya, jika anak terus-menerus terbiasa dengan pola seperti ini, anak akan memiliki sikap julid terhadap setiap orang yang ditemuinya.

Tipe teman seperti ini sebaiknya ditinggalkan. Karena bukan tidak mungkin, ketika anak mama sedang tidak berkumpul dengan teman-temannya, mereka juga akan membuka kejelekan si anak, melebih-lebihkan cerita, atau bahkan sampai mengarang cerita yang sebenarnya. 

2. Hanya muncul saat mereka butuh saja

Freepik/wayhomestudio

Mungkin si teman memang sibuk atau memiliki kegiatan lainnya sehingga tidak terlalu intens untuk berhubungan dengan anak mama. Namun, bagaimana jika ini terulang terus menerus?

Bagaimana justru jika keadaannya adalah anak mama yang membutuhkan bantuan, namun mereka malah hilang tanpa kabar dan tidak sama sekali memberikan perhatian?

Inti dari pertemanan adalah terciptanya hubungan saling menguntungkan, seperti simbiosis mutualisme. Jika mereka hanya 'memanfaatkan' anak mama dalam pertemanan, akan lebih baik apabila anak menjaga jarak.

3. Bukan pendengar yang baik

Freepik/8photo

Ketika sedang menghadapi hari yang buruk atau masalah tertentu, tentu akan sangat menenangkan apabila mempunyai teman yang bisa mendengarkan cerita kita.

Namun, jika mereka bertindak acuh dan tidak peduli sama sekali, jelas itu bukan tanda yang positif. Karena respons tersebut tidak mungkin dikeluarkan oleh seorang teman baik.

4. Protektif berlebihan, bahkan cenderung posesif

Freepik/Master1305

Hal yang tidak wajar jika seorang teman melarang-larang anak mama untuk melakukan sesuatu secara berlebihan dan tidak ada alasan yang logis. Apalagi jika itu sudah mengacaukan prinsip dan pilihan anak. 

Kebebasan anak akan terkekang, mungkin ini juga bisa mengindikasikan bahwa anak telah 'tertekan' di dalam pergaulannya. 

Ini bukanlah suatu keadaan yang wajar dan akan hilang seiring berjalannya waktu. Cepatlah menjauh, jika tidak maka kesehatan mental anak akan menjadi taruhannya. 

5. Tidak suka jika ada orang lain yang menjadi teman selain dirinya

Biasanya, mereka akan merasa kesal, merajuk, bahkan emosi saat melihat temannya mempunyai teman lain.

Mereka merasa bahwa dengan kehadiran teman baru akan membuatnya menjadi kurang diperhatikan. Padahal, kenyataannya tidak seperti itu. Kemahiran mereka adalah memainkan mode playing victim

Jika mereka memiliki kebiasaan seperti ini setiap kali ada orang baru yang berteman dengan anak mama, maka meladeni perasaan mereka hanya akan membuang-buang tenaga. Sebab yang mereka inginkan sebenarnya adalah anak mama menjauhi teman baru tersebut. 

Bayangkan apabila ini terus berlanjut, apakah siklus pertemanan anak mama tidak akan jadi terhambat?

6. Terjadi persaingan yang tidak sehat

Medicaldaily.com

Memiliki sifat kompetitif sebenarnya adalah hal yang bagus karena bisa memotivasi seseorang untuk terus maju, namun jika ini dilakukan berlebihan dalam circle pertemanan, tentu akan mengusik rasa nyaman.

Teman yang seperti ini biasanya memiliki sikap yang tidak mau kalah dalam banyak hal, bahkan untuk hal-hal kecil. Ini adalah tipikal pertemanan tidak suportif. Sikap mereka kepada teman bisa jadi menyerupai musuh, yaitu berpotensi untuk melakukan segala hal untuk membuat gagal keberhasilan temannya. 

Hati-hati, orang seperti ini berpotensi melakukan pengkhianatan atau bermuka dua. 

7. Tidak suka kalau ada yang lebih unggul

Freepik.com/@master1305

Mirip dengan poin sebelumnya, anak harus waspada jika menemukan teman jenis ini di pergaulannya!

Mereka tidak akan suka jika temannya sudah lebih berhasil. Pencapaian seorang teman tidak akan dirayakan dengan tulus oleh orang dengan tipe ini. Kesombongannya sudah terlalu tinggi, mereka sulit mengakui bahwa akan selalu ada orang lain yang lebih unggul.

Biasanya mereka akan 'menarik' temannya yang sedang berjuang supaya temannya terhambat meraih kesuksesan. Melanjutkan pertemanan dengan mereka bisa menghalangi kemajuan anak!

8. Kurang menghargai orangtua

Freepik/karlyukav

Bersikap sopan dan santun akan menunjukkan bahwa seorang manusia memiliki etika serta kemampuan untuk menempatkan diri. Sopan santun sangat penting saat kita bersosialisasi, terutama kepada orang yang lebih tua.

Coba Mama perhatikan, bagaimana sikap teman-teman anak mama saat berhadapan dengan orangtua? Baik itu dengan Mama langsung, guru, atau bahkan orangtua mereka sendiri?

Jika hasil pengamatan Mama menunjukkan sikap negatif, maka segeralah diskusikan kepada anak mama untuk meninggalkan hubungan pertemanan tersebut. 

9. Selalu mengeluh dan memaksa orang untuk setuju dengan pendapatnya

Pexels/Norma Mortenson

Semua orang pasti pernah mengeluh. Wajar, umumnya itulah cara mengekspresikan stress dan rasa kesal.

Tapi, jika mengeluh sudah sampai di tahap 'selalu' sepertinya bukan lagi suatu hal yang dapat dinormalisasikan. Selalu mendengarkan keluhan terus-menerus hanya akan mewarnai hari dengan vibes-vibes negatif. Pendengar pun hanya akan fokus terhadap hal-hal negatif dan akhirnya merasakan stress berkepanjangan. 

Apalagi jika orang yang suka mengeluh tersebut selalu memaksa pendengarnya untuk setuju, alhasil mereka tidak hanya mengontaminasi pendengarnya dengan pikiran negatif, namun juga menekan kemampuan pendengarnya untuk memiliki pendapat yang berbeda.

Yakin orang seperti ini masih bisa membawa dampak positif?

10. Bergantung pada uang jajan teman

Timesofindia.com

Terakhir, ini tanda red flag yang sudah sangat merugikan, karena sudah menyentuh hal-hal krusial seperti finansial. 

Teman seperti ini biasanya akan memeras orang lain demi memenuhi kesenangannya. Cara memintanya pun tentu tidak dilakukan dengan cara menyenangkan. 

Ini adalah perilaku toksik yang tidak bisa didiamkan begitu saja. Jika anak tidak bisa berkutik dan melawan, maka Mama berhak untuk bertindak lebih lanjut dengan melibatkan banyak orang dewasa guna menyelesaikannya dan memberikan pelajaran. 

Itulah 10 red flag dalam pertemanan remaja yang perlu Mama waspadai!

Apakah Mama pernah menemukan tanda-tandanya?

Yuk, Ma, beritahukan juga kepada anak agar mereka bisa lebih cepat mendeteksi adanya tanda red flag dalam pertemanan remaja. Semoga kita semua selalu dikelilingi oleh orang-orang baik, ya, Ma!

Baca juga:

The Latest