TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Anak Selalu Berkata bahwa Dirinya Buruk? Ini 6 Cara Mengatasinya, Ma

Jangan sepelekan saat anak berkata, "aku ini bodoh" atau "aku itu gendut" atau "aku jelek!" lho, Ma

Pixabay/John Hain

Pernahkah Mama mendengar si Anak merutuk dengan mengatakan kepada dirinya sendiri hal hal berikut ini? "Aku ini bodoh, gak ada yang suka sama aku!" Atau, "aku jelek, soalnya aku gendut!"

Kadang tampaknya hal ini hanya sekadar mencerminkan kekesalan sesaat. Namun, para ahli berpendapat bahwa hal ini bisa jadi menunjukkan kecenderungan yang tidak sehat pada anak-anak, dan bisa mengarah ke hal yang lebih serius.

Mengapa Anak Mengatakan Hal Buruk tentang Dirinya?

Pixabay/martakoton

Ada beberapa alasan mengapa anak memiliki persepsi buruk mengenai dirinya. Ini alasannya:

  • Si perfeksionis

Dr. Lisa Brown, seorang psikolog dari Rodepth Sholom Day School di New York mengatakan, bahwa anak yang perfeksionis, bersikap keras terhadap diri sendiri agar dapat mencapai hal yang diinginkan. Mereka pun, "rentan akan omongan negatif terhadap diri sendiri seperti ini," ungkapnya.

  • Tuntutan sekolah

Menurut Dr. Rachel Busman, seorang psikolog dari Child Mind Institute, ada pula anak yang mengatakan kalimat negatif seperti, "aku gendut banget," sebagai bentuk perlindungan sosial. Artinya, ini menunjukkan seperti apa tuntutan sosial di sekolahnya, misalnya. Bisa jadi ada pandangan ukuran tubuh tertentu untuk masuk ke dalam lingkungan anak-anak yang populer di sekolah.

  • Si pencari perhatian

Menurut Dr Lisa, anak yang mengatakan hal-hal seperti ini dengan lantang, bisa jadi melakukannya untuk mencari perhatian sekitarnya. Salah satunya dengan tujuan agar orangtuanya merasa bersalah.

  • Menjadi korban bullying

Jika anak menjadi target perundungan, baginya amatlah mudah untuk memasukkan kata-kata negatif yang berasal dari teman-temannya ke dalam dirinya. Akhirnya, si Anak akan percaya bahwa semua hal buruk itu memang ada di dalam dirinya.

Kapan Mama Harus Khawatir?

Pixabay/Myriams-Fotos

Menurut Dr. Rachel, sebenarnya kalimat negatif seperti ini ini memang wajar terjadi dan tak perlu dikhawatirkan. Namun, ini bisa pula menandakan bahwa anak Mama memiliki kepercayaan diri yang rendah, mengalami kesulitan belajar, atau bahkan depresi.

Ia menyarankan agar Mama waspada akan tanda-tanda berikut ini.

  • Kalimat ini terus-menerus ia katakan kepada dirinya sendiri.
  • Tidak berdasarkan kenyataan. Misalnya anak Mama selalu mengatakan bahwa tidak ada orang yang suka pada dirinya, padahal setiap sore selalu ada anak di depan rumah yang memanggil dan mengajaknya bermain. Atau, si Anak selalu berkata ia akan gagal ulangan, padahal hasilnya selalu bagus.
  • Hal ini berpengaruh terhadap hubungan si Anak dengan teman-temannya atau terhadap pelajaran di sekolah.
  • Pola makan atau pola tidur si Anak menjadi berubah.
  • Ia selalu bersikeras mengatakan bahwa, "aku tidak enak badan," padahal, ia tidak menunjukkan tanda-tanda sakit sama sekali.

Ini yang Harus Mama Lakukan

Pixabay/marcisim

Untuk membebaskan si Anak dari pikiran negatif agar ia tidak menghancurkan dirinya sendiri, ini 6 hal yang harus Mama lakukan.

1. Dengarkan si Anak

Pixabay/adinavoicu

Menurut Dr. Rachel, walaupun ini nampak seperti kalimat konyol yang dilontarkan asal-asalan oleh si Anak, namun, "jangan pernah menyepelekan kalimat seperti itu," sarannya. Rangkullah si Anak dan cari tahu apa yang terjadi padanya.

2. Tawarkan pendekatan yang masuk akal

Pixabay/ken19991210

Kedua psikolog ini menyarankan untuk melawan pikiran negatif dengan pikiran positif, dengan pendekatan yang masuk akal. Misalnya, jika si Anak yakin sekali bahwa tidak akan ada orang akan mau menjadi temannya di kelasnya yang baru, Mama jangan menjanjikan hal seperti: "hari pertama di kelas yang baru pasti akan sangat mengasyikkan dan semua orang akan menyukaimu."

L

ebih baik Mama berkata, "kelas baru bisa jadi bikin kamu khawatir, apalagi sahabatmu terpisah di kelas yang berbeda. Tapi, lama-lama kan pasti kamu akan dapat teman baru juga, dan nantinya pasti kamu akan senang di kelas itu, sama seperti kelas-kelas sebelumnya."

3. Tawarkan sudut pandang lain

Pixabay/markzfilter

Dr. Rachel juga menyarankan agar orangtua bisa membantu si Anak untuk memaparkan secara jelas mengenai apa yang membuat anak kesal. Dengan demikian Mama bisa menjelaskan, bahwa jika si Anak gagal dalam sesuatu dan mendapatkan pengalaman yang tidak mengenakkan, bukan berarti hal tersebut menjadikannya anak yang paling bodoh di dunia.

4. Contohkan kalimat positif yang juga masuk akal

Pixabay/edsavi30

Mama juga harus berusaha berhenti terus-menerus mengatakan hal-hal negatif tentang diri Mama, loh. Jangan terlalu terpaku pada kesalahan yang Mama buat, atau jangan terlalu memperlihatkan bahwa Mama amat khawatir dengan berat badan Mama yang tidak kunjung turun, misalnya.

Dr. Rachel juga menyarankan agar Mama menceritakan kisah-kisah serupa yang pernah Mama alami kepada si Anak, tentang hal yang awalnya tampak negatif ternyata tidak seburuk yang diduga.

5. Perbaiki kesalahan Mama

Pixabay/congerdesign

Jika Mama terlanjur sering mengucapkan kalimat negatif di depan si Anak, bisa jadi ini merupakan kesempatan Mama untuk mengajarkan hal yang baik kepada si Anak. Misalnya, kue Mama gosong dan Mama berkata dengan kesal, "haduh, aku bodoh bener, sampai gagal gini!" Selanjutnya, buatlah percakapan di depan si Anak dengan mengatakan, "sebenarnya Mama jago masak sih, ini kan cuma sekali-sekali doang gagalnya. Yang pasti, besok-besok Mama akan coba masak kue lagi sampai berhasil dan enak."

6. Berkomunikasilah dengan pihak sekolah

Pixabay/jamesoladujoye

Jika hal-hal buruk terjadi di sekolah, seperti bullying misalnya, mintalah waktu bagi Mama dan Papa untuk berdiskusi dengan guru di sekolah untuk memastikan apa yang Mama dengar dari si Anak. Mendapatkan pandangan guru akan melengkapi gambaran dalam benak Mama, membantu orangtua memahami apa yang sedang terjadi.

Pixabay/Rawpixel

Jika omongan negatif pada diri sendiri ini terus menerus terjadi dan secara negatif mempengaruhi kehidupan si Anak, Mama jangan ragu untuk mencari pertolongan orang yang ahli di bidangnya ya Ma.

Diskusikan dengan dokter anak Mama, atau dengan orang-orang yang memahami hal ini, agar si Anak bisa ditangani dengan tepat.

The Latest