TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

10 Cara Meningkatkan Keterampilan Sosial Anak Selama Pandemi

Lebih banyak aktivitas di rumah saja, bagaimana membangun keterampilan sosial anak?

Freepik/Gpointstudio

Selama masa pandemi Covid-19, banyak aktivitas yang dikurangi untuk mengurangi kepadatan dalam satu tempat tertentu. Penyebaran virus corona, juga membuat beberapa sekolah di zona merah masih ditutup hingga keadaan menjadi lebih aman.

Tak hanya itu saja, mungkin Mama juga mengurangi waktu bermain anak bersama teman di lingkungan rumahnya.

Walaupun baik untuk menjaga kesehatan anak, tetapi bagaimana Mama dapat membantu anak dalam mengembangkan keterampilan sosial saat ini?

Ditengah situasi ini yang menyulitkan anak untuk bersosialisasi, ada peluang yang membantu anak dalam mempelajarinya bahkan dari rumah .

Nah untuk membantu Mama, kali ini Popmama.com akan membahas 10 cara mengembangkan keterampilan sosial anak di tengah pandemi. Baca terus yuk!

1. Biarkan anak bermain dan membuat sedikit “kekacauan”

Freepik/Prostooleh

Biarkan anak melakukan permainan membangun balok besar di ruang tamu selama berhari-hari. Seringkali, pada hari ke-2 atau ke-3, permainan ini dapat memunculkan kreativitas sejati pada diri anak.

Untuk anak yang lebih besar, biarkan ia mengeluarkan spidolnya dan mewarnai kemejanya (sebaiknya yang sudah tidak terlalu dibutuhkan)! Dorong anak untuk membagikan karya seninya secara sosial, seperti lewat media sosial yang Mama punya.

Menariknya, bahkan Mama mungkin dapat mengajak anak-anak dari saudara atau teman untuk saling menunjukkan hasil karyanya secara online, dan menentukan karya mana yang mendapatkan desain terbaik.

2. Ajari isyarat sosial melalui “cerita singkat”

Freepik/tirachardz

Sekarang adalah waktu yang tepat untuk membantu anak untuk belajar isyarat sosial lewat kisah cerita yang menarik. Anak yang lebih kecil mungkin dapat memimpin percakapan dengan menceritakan kisahnya berlarut-larut sehingga tak ada kesempatan untuk Mama berbicara.

Untuk membantunya mengubah pendekatan, atur emosinya sendiri dan langsung ke intinya. Artinya, lakukan permainan “cerita singkat”. Pilih topik, atau izinkan anak untuk memilih topik, kemudian sampaikan pada anak cerita pendek dan ringkas. Selanjutnya, minta ia melakukan hal yang sama.

Tanyakan padanya kepada siapa saja ia menceritakan kisah itu, dan mengapa orang tersebut membutuhkan informasi ini. Mungkin Mama juga bisa menelepon kerabat dan memintanya untuk mendengarkan cerita anak.

Agar semakin menarik, Mama bisa mengadakan kontes di mana setiap orang dapat mencoba untuk menyampaikan “cerita singkat”, dan bagi yang menang dapat menceritakan kisahnya dengan lengkap. Keterampilan ini akan membantu anak terlibat dalam percakapan timbal balik.

3. Ajarkan empati sebagai bagian dari kehidupan sehari-hari dan budaya keluarga

Freepik/Zinkevych

Mengajar empati melibatkan membawa “hadiah” ke keluarga, yang juga membimbingnya menuju pemahaman yang lebih besar tentang seperti apa perilaku kebaikan dan empati itu.

Contohkan dan perkuat empati sebaik mungkin melalui semua tindakan dan pesan.

Jika terjadi pertengkaran antara kakak dan adik, seperti melontarkan komentar tidak baik, tunjukkan bahwa emosi panas sedang merasuki tubuh mereka.

Ketika emosi mereda, tarik perhatian dan bicarakan pada mereka tentang pentingnya mengenali pengalaman emosional orang lain.

Hindari terlalu menggurui, lebih baik membantu anak untuk mencoba merasakan apa yang dirasakan oleh saudaranya, dengan mengajukan pertanyaan reflektif, seperti:

  • Menurutmu bagaimana perasaan kakak/adikmu?
  • Mengapa ia bereaksi seperti itu?
  • Apa yang diungkapkan ekspresi wajahnya tentang perasaannya?

Bicaralah dengan lembut, dan jika anak justru menunjukkan perilaku tidak sopan atau kurang empati.

Minta anak untuk menafsirkan bagaimana perilakunya membuat Mama kecewa, seperti bertanya “menurutmu bagaimana perasaan Mama ketika kamu melawan?”

4. Ajari anak untuk menjadi “detektif”

Freepik

Bangun keterampilan pengamatan sosialnya dengan membantunya menjadi detektif atau memata-matai, untuk alasan yang positif. Caranya adalah minta anak untuk mengamati perilaku tertentu, baik dari video streaming, dari percakapan secara online, dan lain-lain.

Carilah orang-orang yang menurutnya berbicara terlalu kasar, sombong, atau berbicara terlalu keras. Kemudian, mintalah anak memikirkan skenario yang sesuai dengan perilaku tersebut. Berhenti sejenak, lalu lakukan permainan peran untuk mengetahui bagaimana berperilaku dengan baik.

5. Menggunakan nada suara dengan tepat

Freepik/Drobotdean

Jelaskan bahwa kata-kata, nada suara, bahasa tubuh, dan ekspresi wajah dapat mengubah interpretasi pesan atau bagaimana sebuah pesan diterima. Artinya suara dan nada bicara dapat mengubah arti dari apa yang ingin dikatakan.

Mama mungkin ingin memuji anak dengan mengatakan, “Mama tidak percaya kamu melakukan itu!” Tetapi dengan nada yang salah, anak mungkin mendengarnya seperti merasa direndahkan.

Nah untuk menghindari hal ini terjadi pada anak, minta ia untuk merefleksikan diri sebelum berbicara, seperti “Apa yang akan saya katakan nanti, dan bagaimana apa nada suara yang tepat?”

Bantu anak menyadari bahwa ini adalah keterampilan penting yang berkembang seiring waktu. Semakin Mama mahir dalam menunjukkannya, maka semakin besar juga kemungkinan anak untuk mengikutinya.

6. Mempelajari isyarat sosial dan bahasa tubuh

Freepik/Karlyukav

Selain dari suara dan nada bicara, bahasa tubuh juga menunjukkan banyak hal tentang orang tersebut dan niatnya. Untuk itu, ajari anak untuk bersikap terbuka dan ramah saat menyapa orang lain.

Tidak ada yang mau berkomunikasi ketika anak yang berdiri dengan tangan disilangkan sambil menguap.

7. Ajarkan keterampilan mendengarkan yang baik

Freepik/Tirachardz

Tidak ada yang bisa membantah bahwa keterampilan mendengarkan yang baik sangat penting untuk setiap bagian kehidupan.

Untuk melatihnya, Mama dapat membacakan sebuah cerita dan minta anak untuk menceritakan ulang.

Atau agar lebih menarik, anak dapat menceritakannya ulang dengan gambar.

Buatlah gambar, ceritakan detailnya secara lisan, dan kemudian minta anak menggambar sebuah objek berdasarkan informasi yang Mama sampaikan.

Selain itu Mama juga perlu mengajari anak tata krama saat di meja makan, seperti lakukan kontak mata, arahkan tubuhnya secara fisik ke arah pembicara, dan minta anak menunggu gilirannya untuk bergabung dalam percakapan.

Jika anak tidak tertarik dalam percakapan, ingatkan ia untuk tetap duduk dan biarkan orang lain berbicara.

8. Ajarkan fleksibilitas dan kemampuan beradaptasi

Freepik/Freepic-diller

Untuk membahas seperti apa perilaku fleksibel itu, tanyakan kepada anak, aturan apa yang diperbolehkan dan aturan apa yang tidak diperbolehkan?

Dorong saudara kandung, teman, dan orang dewasa lainnya untuk saling berbagi tentang pengalamannya.

Selain itu, pandu anak agar dapat beradaptasi dengan keputusan orang lain. Contohnya pada saat anak membiarkan orang lain memilihkan permainan untuknya.

Selanjutnya tanyakan bagaimana rasanya menahan diri atau membiarkan orang lain membuat pilihan.

9. Tawarkan anak untuk menghubungi teman atau keluarga jauh

Freepik/Prostooleh

Hubungan membutuhkan tindakan dan perhatian. Jangan salah, menghubungi orang lain secara jarak jauh merupakan salah satu keterampilan yang harus dilatih pada anak.

Awali dengan menghubungi teman atau keluarga dengan menelepon atau mengirim pesan teks.

Hal ini dapat melatih keterampilan anak mulai dari meminta seseorang untuk bermain, mengirim pesan teks, hingga membangun jaringan di media sosial.

Semua keterampilan pendekatan diri ini bisa menjadi sangat penting bagi anak untuk menjalani kehidupan dengan baik.

10. Atasi emosi dan kekhawatiran

Freepik/Kwanchaichaiudom

Setiap orang memiliki kekecewaan, dan terkadang membuahkan emosi yang intens. Tapi marah-marah selama bermain, menunjuk jari, dan mendorong anak lain ketika segala sesuatunya tidak berjalan sesuai keinginan, dapat menghasilkan konflik dan perselisihan.

Sebagai percobaan, Mama dapat mengumpulkan mainan kecil dan besar yang mewakili emosi, kemudian jelaskan pada anak tidak masalah seberapa besar reaksinya, yang penting seberapa besar anak merasakannya.

Sebagai latihan, tanyakan padanya, “Seberapa besar truk atau mobil yang dibutuhkan untuk membawa rasa marah atau kekhawatiranmu?”

Nah itulah beberapa cara untuk melatih kemampuan sosial anak selama pandemi ini.

Seperti yang Mama ketahui, menjadi orangtua dalam masa pandemi itu sulit, bahkan bisa menjadi sangat sulit.

Tetapi jika Mama dapat mengalihkan fokus anak dari pekerjaan sekolah, dan beralih ke keterampilan hidup seperti bersosialisasi, maka diharapkan dapat membantunya untuk mencari lingkungan pertemanan dengan hubungan yang lebih positif dan sehat.

Baca juga:

The Latest