TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Alasan Mengapa Balita Alami Tantrum dan Cara Mengatasinya

Tantrum terjadi ketika keterampilan sosial dan emosional si Kecil baru mulai berkembang

Freepik

Setiap orangtua pasti tahu perasaan kesal, bingung, frustasi saat mengatasi anak yang tantrum. Untuk balita, amukan ini bisa terjadi begitu saja dan terkadang tampak sama sekali sulit diatasi.

Pertanyaan tentang apa yang si Kecil inginkan, butuhkan, dan bagaimana menenangkan situasi, seringkali dapat membuat Mama merasa benar-benar di luar kendali.

Namun ketahuilah bahwa Mama tidak sendiri. Jutaan orangtua setiap hari menghadapi hal yang sama. 

Untuk membantu Mama mengatasi hal ini, Popmama.com akan membahas beberapa alasan balita mengalami tantrum dan apa yang dapat Mama lakukan untuk mengatasinya.

1. Anak terlalu bersemangat

Freepik/fwstudio

Saat anak mengalami tantrum, perhatikan lingkungan sekitar. Apakah anak berada di tempat dengan banyak anak lain dan banyak kegiatan baru? Apakah ia berada di tempat baru dengan hal-hal baru untuk dilihat? atau apakah anak berada di suatu tempat yang tidak diinginkan?

Dilansir dari Verywell Family, stimulasi berlebihan ini bisa menjadi penyebab anak mengalami frustrasi hingga tantrum. Jika Mama membawanya ke suatu tempat dengan banyak pemandangan, suara, dan bahkan aroma yang baru, ini mungkin menjadi jawabannya.

Apa yang dapat Mama lakukan? Hal pertama adalah memberi anak istirahat dari rangsangan. Bawa si Kecil ke mobil atau ke tempat yang sepi.

Biarkan balita memiliki waktu untuk menenangkan diri dan menikmati saat-saat damai. Bahkan sebagai orang dewasa, kita membutuhkan waktu untuk tenang, dan beberapa dari kita membutuhkannya lebih dari yang lain. Hal inilah yang sama juga terjadi pada balita.

2. Anak ingin mendapatkan perhatian dari orangtua

Freepik/Bearfotos

Sejak hari di mana anak lahir, ia adalah pusat dunia orangtuanya. Setiap orangtua menghabiskan tahun pertama bersama anak dengan sangat fokus pada kebutuhanya, mulai dari kapan pemberian makan, mencatat waktu tidur siang, hingga memerhatikan popok.

Saat si Kecil tumbuh menjadi balita, ia mulai mengharapkan sedikit lebih banyak perhatian tetapi orangtua seringkali lupa mempersiapkan hal itu. Sehingga amukan balita mungkin hanya tangisan untuk mendapatkan kembali perhatian Mama.

Jika melihat si Kecil mengamuk untuk mendapatkan perhatian, mengabaikan perilaku negatif, betapapun sulitnya, adalah pilihan terbaik. Kuncinya adalah menyeimbangkannya dengan memberi anak banyak perhatian positif untuk perilaku positif, seperti berbagi atau bermain baik dengan orang lain.

Saat anak mendapat perhatian ketika ia melakukan perilaku positif, ia akan mulai melihat itulah cara untuk mendapatkan perhatian, daripada berusaha untuk mendapatkan perhatian dengan perilaku negatif.

3. Melarikan diri dari tanggung jawab

Pixabay/Bob_Dmyt

Dilansir dari Verywell Family, ketika Mama meminta anak untuk menyimpan mainannya, dan terjadi tantrum, ini bisa menjadi bentuk pertanyaan: apakah anak tidak ingin berhenti bermain atau hanya tidak ingin repot membersihkan mainannya?

Apa yang mungkin balita katakan kepada Mama adalah ia frustrasi dengan permintaan dan tidak ingin melakukan apa yang diminta darinya. Dalam hal ini, alih-alih terlibat dan mencoba bertengkar dengannya, mulailah memvalidasi perasaannya.

Anak memberi tahu Mama bahwa ia frustrasi, jadi akui itu. Beri tahu si Kecil bahwa memang sulit untuk merapikan semua mainannya. Namun itu bisa dilakukan secara perlahan-lahan dan dibuat dengan cara yang menyenangkan, misalnya sambil bernyanyi atau dalam bentuk permainan.

Mama juga dapat memberi anak peringatan. Ini akan membantunya memahami konsekuensi yang dihadapi jika tidak berperilaku dan menindaklanjuti tanggung jawabnya.

Pentingnya momen ini tidak dapat disangkal. Sebagai orang dewasa, kita seringkali harus melakukan hal-hal yang tidak ingin dilakukan.

Tetapi belajar bagaimana mendorong perasaan negatif untuk menyelesaikan sesuatu sangat penting untuk mencapai kedewasaan yang sukses. Mulailah dengan mengajari anak bagaimana melakukannya di masa balita mereka.

4. Belum memahami arti dari menunda kepuasan

Pixabay/dimitrisvetsikas1969

Menunda kepuasan adalah hal yang sulit, bahkan untuk orang dewasa sekalipun. Sama sulitnya bagi orang dewasa, itu bahkan lebih sulit bagi anak-anak karena 5 menit bisa terasa seperti 5 jam.

Apa yang mungkin si Kecil tahu hanyalah ia menginginkan sesuatu, dan Mama memberi tahunya bahwa ia tidak dapat mendapatkannya saat itu juga.

Dilansir dari Parents, kurangnya kesadaran akan waktu ini dapat menjadi keuntungan bagi orangtua, karena anak lebih mungkin teralihkan. Cobalah memfokuskan kembali perhatian balita dengan sesuatu yang menyenangkan atau mengasyikkan.

Jika Mama tidak bisa mendapatkan apa yang anak inginkan pada saat itu, bantu ia menghadapi masa tunggu dengan cara yang menyenangkan, alih-alih hanya menyuruhnya menunggu.

5. Tidak dapat berkomunikasi secara efektif

Freepik/jcomp

Pikirkan tentang percakapan terakhir dengan si Kecil, dalam banyak waktu, mungkin itu tidak masuk akal atau sulit dimengerti.

Seperti yang Mama tahu, di usia balita, anak benar-benar baru belajar bagaimana mengucapkan kata-kata, terutama menggunakan kata-kata dalam menyampaikan apa yang diinginkan.

Terkadang Mama mungkin dapat menafsirkan apa yang diinginkan anak, namun orangtua yang paling selaras pun terkadang salah, dan ini bisa menyebabkan tantrum pada balita.

Dilansir dari Parents, dalam hal ini, hal terbaik yang dapat  Mama lakukan adalah tetap tenang dan menyadari bahwa situasinya bukan salah siapa-siapa. Kemudian, cobalah untuk membantu si Kecil dengan mengambil barang-barang yang mungkin ia inginkan dan memberi label pada setiap emosinya.

Dengan melakukan latihan ini dan tetap tenang selama krisis komunikasi, Mama dapat membantu memperluas kosakata anak sambil juga membantunya belajar bagaimana mengelola emosi agar menjadi lebih tenang.

Namun ingat untuk terus bersabar dan bekerja sama dengannya untuk belajar lebih banyak.

6. Beralih pada tugas baru secara instan

Pixabay/macmao

Beralih tugas itu sulit, misalnya ketika anak sedang benar-benar fokus pada sesuatu dan seseorang memecahkan konsentrasinya, ia mungkin frustrasi dan sedikit menunda, terlebih lagi ketika anak belum memiliki alat manajemen emosi.

Terkadang seorang anak menjadi sangat fokus pada satu aktivitas dan kemudian orangtua menyuruhnya untuk mandi, makan, atau untuk tidur siang secara instan. Transisi semacam ini bahkan membebani pikiran orang dewasa, sehingga anak merasa terganggu dan kehilangan fokusnya.

Penting bagi Mama untuk mundur selangkah dan beri anak petunjuk yang jelas tentang apa yang akan terjadi dan perilaku apa yang diharapkan. Dilansir dari Parents, transisi akan lebih mudah ketika anak mendapat peringatan tentang perubahan yang akan terjadi.

Alih-alih menarik anak untuk mandi saat ia sedang main, bicarakan dengannya dan jelaskan bahwa setelah main ia harus mandi. Beri anak isyarat dan konsistenlah pada rutinitas. Rutinitas dan peringatan akan membuat perbedaan besar.

Nah itulah beberapa alasan mengapa anak kerap tantrum dengan berteriak atau menangis. Pada awalnya memang sulit bagi orangtua untuk mengetahui apa yang menyebabkannya tantrum. Namun ingatlah untuk tidak mengkritik diri Mama sendiri sebagai orangtua berdasarkan seberapa banyak tantrum yang dialami anak.

Ingatlah bahwa semua anak mengalami tantrum. Sebaliknya, fokuslah pada bagaimana Mama dapat merespons amukan dan tangisannya. Dan ingat bahwa Mama hanya manusia yang juga sedang mempelajari bagaimana mengasuh anak dengan proses yang sedang berjalan ini.

Baca juga:

Topic:

The Latest