TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Dampak Kualitas Udara yang Buruk Bagi si Kecil, Bisa Sebabkan ADHD

Udara kotor mengandung polutan berbahaya yang bisa sebabkan masalah kesehatan pada anak, apa saja?

Freepik/wirestock

Dalam acara yang diselenggarakan Mighty Minds Preschool dan Nafas, Jakubowski selaku Co-Founder & Chief Growth Officer Nafas mengungkapkan fakta yang cukup mengenaskan terkait kualitas udara di Indonesia.

Setidaknya 20 wilayah di tanah air tingkat polusi udaranya lebih dari batas pedoman World Health Organization (WHO).

Organisasi kesehatan internasional itu menetapkan bahwa nilai paparan PM2,5 (particular matter) sebuah daerah tidak boleh lebih dari 5 ug/mg3. Sementara, 20 wilayah di Indonesia jauh di atas pedoman WHO.

Misalnya Bintaro sebesar 65 ug/m3, Gunung Sindur (Bogor) sebesar 61 ug/m3, Cibubur (DKI Jakarta) sebesar 55 ug/m3, dan Jati Padang (DKI Jakarta) di posisi 20 nilainya adalah 43 ug/mg3.

Piotr juga mengatakan bahwa kualitas udara di luar dan di dalam ruangan tidak jauh berbeda. Pasalnya, polutan PM2,5 dapat masuk melalui celah-celah lantaran ukurannya yang amat kecil.

Orangtua perlu mewaspadai kondisi ini karena bisa membahayakan kesehatan, khususnya si Kecil

dr. Farhan Zubaedi menjelaskan dampak kualitas udara yang buruk bagi si Kecil. Berikut Popmam.com sampaikan ulasan lengkapnya.

1. Infeksi saluran pernapasan

Freepik/stockking

dr. Farhan adalah dokter yang kerap memberikan informasi kesehatan di media sosial. Ia menjelaskan paparan PM2,5 yang tinggi dapat mengakibatkan anak terjangkit masalah infeksi saluran pernapasan.

Jenis infeksi yang menyerang sistem pernapasan ini ternyata beragam lho Ma. Mulai dari infeksi saluran pernapasan atas (dari hidung hingga tenggorokan), infeksi bronkitis (bagian percabangan paru-paru), pneumonia, hingga asma.

“Keempat penyakit ini baru akan muncul dalam jangka waktu lama sekitar 5 sampai 10 tahun mendatang,” tambah dr. Farhan.

Keadaannya akan berbeda bagi seseorang atau anak yang sudah memiliki penyakit bawaan atau precondition. Dimana kualitas udara yang tidak sehat ini bisa menjadi trigger sehingga kemunculannya akan lebih cepat.

2. Attention Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD)

Freepik/master1305

Lebih lanjut, dr. Farhan menuturkan polutan PM2,5 yang terkandung dalam udara ] dapat meningkatkan risiko ADHD sampai 19 persen. Dikutip dari NHS.UK ADHD atau Attention Deficit Hyperactivity Disorder adalah suatu kondisi yang mempengaruhi perilaku.

Biasanya anak pengidap ADHD tampak lebih gelisah dan sulit berkonsentrasi. Faktor yang berpotensi besar penyebab ADHD adalah bayi lahir prematur, bayi dengan berat bayi lahir rendah (bblr), dan kebiasaan merokok maupun penggunaan alkohol serta obat-obatan selama masa kehamilan.

Jadi, dapat disimpulkan rendahnya kualitas udara sebagai penyebab si Kecil berpotensi mengidap ADHD. Apalagi dua penyebab ADHD, yaitu bayi prematur dan berat badan lahir rendah (bblr) juga dapat diakibatkan karena PM2,5 di udara.

Hal ini karena polutan PM2,5 yang terhirup oleh Mama yang mengalir menuju janin. Sebagian kasus ADHD terdiagnosis pada anak-anak berusia 12 tahun ke bawah.

3. Meningkatkan potensi obesitas

Freepik/jcomp

Tak hanya itu, dr. Farhan juga mengungkapkan fakta bahwa adanya korelasi antara polutan PM2,5 sebagai salah satu faktor penyebab obesitas pada anak. Ini bisa terjadi karena adanya keterkaitan antara  PM2,5 dengan hormon dan kadar kolesterol.

Tingginya kadar polutan di dalam tubuh meningkatkan potensi si Kecil mengalami kelebihan berat badan. Dari sebuah jurnal, dr. Farhan menjelaskan bahwa indikator obesitas yang diukur adalah lingkar perut dan tinggi badan si Kecil.

4. Penyakit kulit eksim dan jerawat

Freepik/beststudio

Bahaya polutan PM2,5 juga berpeluang menyebabkan masalah kulit. Polusi dari asap kendaraan maupun asap lainnya akan menempel di atas permukaan kulit. Beberapa masalah kulit akibat PM2,5 pada anak adalah atopic dermatitis atau eksim, jerawat, dan penuaan dini.

Melansir dari Mayo Clinic, eksim adalah keadaan yang mengakibatkan kulit kering, gatal, meradang, hingga muncul kemerahan. Selain karena faktor gen, dermatitis atopik juga diakibatkan oleh bakteri Staphylococcus aureus pada kulit.

Penyebab jerawat ada berbagai macam, mulai dari faktor genetik, hormonal, gaya hidup, ketidakcocokan penggunaan kosmetik dan obat-obatan, hingga lingkungan.

Faktor lingkungan berpengaruh karena polutan dari udara menempel di kulit sehingga menyumbat pori-pori. Ditambah lagi menumpuknya minyak, sel kulit mati, atau bakteri. Alhasil, timbullah jerawat.

5. Terhambatnya perkembangan organ vital pada anak

Freepik/jcomp

Dampak dari kualitas udara yang buruk terhadap anak lainnya, yaitu terhambatnya perkembangan organ vital. Hal ini karena udara yang anak hirup didominasi polutan PM2,5 daripada oksigen.

Padahal, masa kanak-kanak merupakan gold moment untuk mengoptimalkan tumbuh kembang si Kecil. Paru-paru, otak, dan sistem saraf anak sedang dalam masa pertumbuhan. Proses pematangan organ-organ vital pada anak membutuhkan waktu yang cukup lama.

Penumpukan kadar polutan PM2,5 dalam tubuh anak juga disebabkan karena si Kecil  menghirup udara dua kali lebih banyak daripada orang dewasa. Belum lagi, tubuh anak lebih rendah dari orang dewasa jadi lebih dekat dengan “bawah.”  

Dimana area dekat tanah mempunyai densitas polutan lebih banyak. Setiap polutan akan jatuh ke tanah akibat adanya gaya gravitasi. Sederhananya, udara di atas lebih segar daripada udara di bawah. Otomatis kadar PM2,5 yang anak hirup bisa lebij banyak dari orang dewasa.

Itulah paparan informasi mengenai dampak kualitas udara yang buruk bagi si Kecil. Mama dan Papa senantiasa lebih menyadari pentingnya kualitas udara bersih bagi perkembangan dan kesehatan anak. Mulailah meninggalkan aktivitas yang memperburuk polusi udara, seperti kegiatan membakar sampah.

Baca Juga:

The Latest