Strategi yang dapat Mama lakukan untuk mengelola stres selama masa pandemi, bernama Stress Reduce 101. Diharapkan strategi ini lebih efektif dan efisien dari cara sebelumnya untuk mengelola stres. Berikut adalah langkah-langkahnya:
Langkah pertama: Kenali hal yang paling sering memicu emosi
Uniknya, setiap orang memiliki pola stres yang berulang atau sama pada tema-tema tertentu. Cuma terkadang Mama kurang peka untuk mengenalinya.
Misalnya, ada seseorang yang lebih stres dn sangat panik ketika anaknya sudah menangis sangat kencang. Sementara, orang lain bisa saja saat anaknya nangis dengan kencang, namun bisa marah jika mendengar suaminya harus lembur.
Sehingga bisa terlihat hal ini sangat berbeda bagi setiap individu. Oleh karena itu, Mama bisa memperhatikan kapan saja Mama merasa jantung berdetak lebih cepat seperti hilang kendali atas tubuh, yang menimbulkan stres dan rasa mau marah.
Langkah kedua: Kenali cara paling cepat untuk meredakan emosi
Apabila sudah ditemukan pola yang memicu stres, coba Mama eksplorasi atau cari tahu apa hal yang paling efisien dan efektif untuk menurunkan tingkat stres pada saat itu.
Terdapat beberapa cara yang bisa coba Mama eksplor, apakah dengan mengatur napas, berbicara dengan diri sendiri, hitung mundur, minum air putih, atau cara lainnya yang lebih spesifik.
Misalnya dengan mengatur napas, saat Mama marah detak jantung akan menjadi lebih cepat namun kalau berhenti sejenak untuk 2-3 kali tarik napas panjang dan dihembuskan. Maka detak jantung akan menjadi lebih perlahan.
Detak jantung yang perlahan akan membuat tubuh mengirim sinyal ke otak bahwa tubuh sudah tenang dan tidak jadi marah.
Atau misalnya Mama juga bisa melakukan self-talk atau berbicara dengan diri sendiri untuk membantu Mama menyusun ulang hal-hal yang perlu dilakukan. Seperti, mengatakan dalam hati “oke tenang, pertama kita bisa menggendong adik, lalu ambil handphone, lalu akan diskusi dengan suami.”
Ucapkan kata-kata tersebut dalam hati untuk membantu mengatur pikiran yang sedang berantakan.
Langkah ketiga: Self compassion
Setelah melakukan kedua langkah di atas, namun Mama tetap merasa ada hal yang gagal dipenuhi yang membuat Mama menjadi down. Untuk mengatasinya, Mama dapat melakukan self compassion atau mengasihi diri sendiri.
Hal ini tidak terbatas hanya pada melakukan me time atau memberikan waktu untuk diri sendiri. Namun, self compassion ini jauh lebih dalam karena bisa berupa memaafkan diri sendiri, atau memberikan pada diri sendiri waktu beristirahat.
Misalnya Mama mengalami penyesalan karena anak terjatuh pada saat Mama harus menjawab telefon dari kantor, sehingga semua terjadi begitu cepat dan diluar kendali. Rasa penyesalan yang meninggalkan jejak pada diri menjadi sulit hilang.
Namun hal ini bisa terjadi karena Mama belum menyempatkan waktu untuk berkomunikasi pada diri sendiri, untuk sekadar mengakui apa yang dirasakan saat itu. Setelah ini, Mama bisa memaafkan diri kita.
“Tiga langkah di atas bisa dipraktikan setiap harinya untuk lebih cepat dan lebih efisien dalam menghadapi dan mengolah emosi sehari-hari, karena bagaimanapun stres di masa pandemi ini tidak pernah selesai kapan datangnya,” ujar Putu.