Seperti yang telah disinggung di poin pertama, setiap anggota keluarga harus tahu bagaimana cara mengobati luka. Hal ini karena bisa jadi ketika memasak, Mama tidak sengaja mendapat luka bakar akibat api kompor. Atau, si Kecil tak sengaja terjatuh dan lututnya pun terluka.
Senada dengan perkataan Dr. Christopher Vierhaus, Spesialis Anak, dr. Mesty Ariotedjo, Sp. A, juga menjelaskan bahwa kurangnya pengetahuan orangtua tentang luka dapat meningkatkan risiko infeksi dan trauma pada anak nih, Ma.
“Karena masih banyak orangtua yang belum tahu bahwa setiap jenis luka membutuhkan perawatan yang berbeda dan perawatan luka yang tidak tepat dapat meningkatkan resiko infeksi berlanjut, bahkan trauma yang dapat mempengaruhi tumbuh kembang anak,” jelas dr. Mesty.
Memangnya, ada dampak buruk yang bisa muncul hanya karena luka? Tentu ada, Ma. Misalnya, anak mama tak sengaja menginjak paku, dirinya berpotensi mengalami tetanus dan itu cukup berbahaya.
Belum lagi kalau anak menjadi trauma. Dokter Mesty menuturkan bahwa anak yang dulu pernah terluka memiliki rasa takut dan kekhawatiran lebih tinggi dibanding anak lain. Hal ini karena dirinya memiliki memori kurang menyenangkan akibat luka yang didapat tersebut.
Dirinya lantas menjadi penakut dan kurang aktif. Padahal, anak seusianya wajib terus aktif bergerak. Sebab dengan bergerak, pasokan oksigen untuk jaringan tubuhnya akan terpenuhi sehingga tumbuh-kembangnya tidak terhambat.
Dalam hal ini, dr. Mesty mengajak orangtua untuk memperkaya ilmu tentang cara mengobati luka di rumah. Supaya, anak bisa bebas bermain dan bereksplorasi serta kreativitas dan kemampuan motoriknya tetap terstimulasi.