TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Oral Sensory Seeking, Perilaku Anak Suka Mengunyah Benda Sembarangan

Jika dilakukan oleh anak di atas usia 2 tahun, Mama harus waspada

tguard.com

Apakah anak mama suka memasukkan mainan ke dalam mulut?

Atau, si Kecil seringkali menunjukkan gestur sedang menggigit atau mengunyah suatu barang yang jelas bukan makanan?

Perilaku tersebut dinamakan oral sensory seeking

Artinya, sebuah tindakan untuk mempelajari lebih lanjut tentang suatu objek menggunakan mulut. 

Sebenarnya, alasan si Kecil suka memasukkan segala sesuatu ke mulutnya adalah karena bayi menggunakan mulut sebagai indra mata kedua.

Mulut membantu mereka mengenal benda-benda di sekitarnya, semacam untuk mengetahui seberapa besar objek tersebut, seperti apa teksturnya, dan bagaimana bentuknya. Itu semua membantu observasi si Kecil dan mengembangkan perkembangan motorik sensorik mereka. 

Menghisap sesuatu di dalam mulut juga bisa membuat bayi merasa lebih tenang. Aktivitas menghisap adalah gerakan refleks si Kecil untuk memperoleh asupan ASI saat bayi. Menghisap berkaitan erat dengan proses bayi untuk melangsungkan hidup. 

Maka dari itu, kadangkala perilaku ini terbawa sampai anak tumbuh lebih besar sebagai sebuah strategi untuk menenangkan dirinya sendiri. 

Oral sensory seeking ni sebenarnya sangat normal jika dilakukan oleh kalangan anak di bawah usia 2 tahun, Ma. 

Namun, jika perilaku ini tidak kunjung berkurang saat anak sudah menginjak 4 tahun atau bahkan 6 tahun, bisa jadi ada alasan tersembunyi di balik perilaku mereka.

Untuk menggali lebih dalam mengapa perilaku ini bisa terus berlangsung lama pada anak-anak, berikut Popmama.com telah merangkum apa itu oral sensory seeking, tanda-tanda perilakunya, indikasi oral sensory seeking berbahaya, dan cara mengatasinya. 

1. Tanda-tanda anak mengalami oral sensory seeking

todaysparent.com

Perlu ditekankan, bahwa perilaku oral sensory seeking ini tergolong sangat wajar dilakukan oleh anak di bawah 2 tahun, ya, Ma. 

Jika Mama menemukan anak mama masih melakukan perilaku mengunyah, menggigit, dan menghisap barang bukan makanan secara sembarangan di usianya yang sudah lebih dari 2 tahun tanpa adanya pengurangan frekuensi yang signifikan, maka inilah saatnya Mama perlu waspada. 

Berikut adalah pola tanda-tanda perilaku anak oral sensory seeking yang bisa Mama amati:

  • Sering mengisap ibu jari atau jari tangan lainnya
  • Punya kebiasaan menggigit kuku terus menerus
  • Memasukkan pensil ke dalam mulut
  • Mengunyah potongan kertas
  • Mengunyah kerah pakaian
  • Mengisap lengan baju 
  • Memasukkan mainan ke dalam mulut
  • Mengisap atau mengunyah bagian lunak mainan tertentu

Jika anak mama sudah berusia lebih dari 2 tahun namun Mama masih terus melihat perilaku tersebut secara konstan di keseharian anak, maka bisa jadi mereka mengalami oral sensory seeking. 

2. Alasan mengapa oral sensory seeking terjadi pada anak di atas 2 tahun

toplinemd.com

Seperti yang kita tahu perilaku oral sensory seeking adalah hal normal bagi si Kecil yang masih baru menginjak usia 2 tahun. Berikut adalah beberapa kemungkinan yang terjadi mengapa anak berusia di atas 2 tahun masih terus menunjukkan perilaku oral sensory seeking:

  • Anak mengalami keterlambatan perkembangan

Mulut adalah indra kedua yang digunakan oleh bayi untuk mengobservasi objek setelah indra penglihatan atau mata. 

Kenapa ketika anak sudah melewati usia 2 tahun, mereka masih suka menggunakan mulutnya untuk mengeksplorasi objek?

Bisa jadi, karena otak mereka terlambat berkembang. Berapapun usia anak, otak mereka masih mencoba memproses dan memahami informasi seperti kemampuan anak di bawah usia 2 tahun. Perkembangan kognitif mereka masih terhambat di tahap sensorimotor. 

Anak-anak di tahap ini akan cenderung mengobservasi benda menggunakan mulut bukan tangan. 

  • Anak menggunakan sensori oral untuk menenangkan diri 

Mengisap adalah tindakan yang terbawa dari saat anak masih bayi.

Bagi bayi, mengisap adalah hal yang menenangkan. 

Beberapa anak masih suka melakukan kebiasaan ini bahkan ketika mereka sudah memasuki tahap balita atau kanak-kanak. Biasanya, mereka menggunakan jempol sebagai objek yang dihisap. 

Mengisap merupakan cara bayi untuk mengungkapkan stre

s dan kecemasan. Karena mereka masih belum mampu berkomunikasi, maka mengisap menjadi andalan mereka untuk menenangkan diri sendiri.

Jika dilakukan oleh anak-anak yang sudah lebih besar, sama seperti saat bayi, ini bisa menjadi indikasi bahwa anak mama sedang stress, lelah, kesal, atau kewalahan.

Mereka tidak memiliki cara lain yang lebih sederhana untuk menyalurkan stres, sehingga kebiasaannya terbawa sampai mereka tidak lagi menjadi bayi.

Perhatikan kapan anak menunjukkan sikap mengunyah atau mengisap, apakah mereka kerap melakukannya saat lelah bersekolah, kewalahan, atau aktivitas lainnya.  

  • Anak mengalami perbedaan pemrosesan sensorik

Kesulitan pemrosesan sensorik juga bisa membuat anak memasukkan benda secara sembarangan ke dalam mulutnya. Beberapa anak memiliki kebutuhan yang lebih tinggi untuk membuat mulutnya terus bergerak. 

Rahang adalah salah satu otot paling kuat di tubuh manusia, kegiatan mengunyah akan memberikan otak input sensorik proprioseptif yang besar. 

Pada anak-anak yang terdiagnosis gangguan pemrosesan sensorik atau autisme, kebiasaan mengunyah dan menghisap lazim mereka lakukan. 

  • Dalam beberapa kasus, anak mungkin mengalami masalah dengan giginya

Jika anak mama terus menerus mengunyah atau mengisap sesuatu, mungkin masalah yang sebenarnya terjadi terletak pada giginya. 

Misalnya gigi mengalami pembusukan, gigi berlubang, atau infeksi gusi. Apabila bila Mama merasa bahwa alasan ini adalah faktor anak mengalami oral sensory seeking, segeralah bawa anak ke dokter gigi untuk diperiksa. 

  • Anak mungkin mengalami kondisi gangguan medis yang disebut 'pica'

Kondisi medis pica membuat anak-anak memasukkan segala macam benda ke dalam mulut mereka. Tidak hanya mainan atau barang-barang yang lunak saja, kondisi ini sudah berbahaya karena anak-anak sama sekali tidak bisa membedakan barang yang dapat atau barang yang tidak dapat dimakan. 

Menurut National Autism Society, penyebab bisa karena perkembangan sensorik, inkonsistensi perilaku, faktor diet yang berbahaya, atau kondisi medis lainnya.

Sampai saat ini, penelitian tentang pica masih sangat terbatas dan terus didalami.

3. Indikasi bahwa oral sensory seeking jadi perilaku berbahaya

uplifttherapycenter.com

Seperti sudah dibahas sebelumnya, perilaku oral sensory seeking bisa menjadi salah satu cara anak untuk melakukan coping mechanism dalam rangka menyalurkan stres dan membantu menenangkan diri.

Namun, hal ini dapat mengkhawatirkan karena dapat membawa ancaman untuk kesehatan anak. Mengunyah benda sembarangan adalah hal yang bisa membawa bakteri atau virus lebih rentan untuk masuk ke dalam tubuh anak. 

Perilaku oral sensory seeking juga dapat mengganggu anak untuk bisa berkonsentrasi dan fokus dalam waktu lama, karena ada saja dorongan di dalam diri mereka yang membuat anak terdistraksi. 

Jika tak segera diatasi, perilaku mengunyah atau menggigit sembarangan dapat berlangsung sampai usia anak lebih dewasa sebab tidak ditemukan cara lain untuk menyalurkan stres yang lebih sederhana dan efektif. 

4. Cara yang bisa dilakukan Mama untuk mengatasi perilaku oral sensory seeking

Babyfoode.com

Tidak perlu membeli peralatan mahal, Mama bisa perlahan-lahan mengubah kebiasaan si Kecil dengan melakukan beberapa hal sederhana.

Namun, penting untuk Mama ketahui terlebih dahulu apa alasan sebenarnya dari perilaku oral sensory seeking yang terjadi pada anak mama.

Apakah itu karena alasan medis, sensoris, sekadar untuk menenangkan diri, atau alasan lainnya. 

Memahami alasan-alasan tersebut dapat membuat Mama memilih strategi yang efektif dalam mengatasi masalah oral sensory seeking pada anak. 

Jika anak mengunyah atau menghisap barang tertentu untuk menenangkan diri, maka ajarilah si Kecil cara lain menyalurkan stres. Perlahan, anak akan mulai meninggalkan kebiasan tersebut. 

Jika oral sensory seeking terjadi karena permasalahan sensori, berikut adalah cara yang bisa Mama lakukan sehari-hari:

  • Berikan anak kegiatan yang cukup berat

Anak seringkali mencari input sensorik melalui aktivitas mengunyah dan menggigit sembarangan. Maka dari itu buat mereka terdistraksi dan gantikan perilaku mengunyah mereka yang konstan dengan memasukkan beberapa aktivitas kerja berat ke dalam rutinitas harian mereka.

Kegiatan berat di sini maksudnya adalah kegiatan yang membutuhkan kerja otot lebih banyak dan melatih sensorik.

Contoh aktivitas yang bisa anak coba adalah seperti membawa kantong belanja, mengajak hewan peliharaan jalan-jalan dengan menggunakan tali, atau mendorong keranjang cucian berisi mainan. 

  • Berikan anak makanan kenyal atau renyah 

Contohnya adalah seperti buah apel, biskuit, atau chewing gum

Untuk makanan yang manis-manis, perhatikan pula kadar mereka mengonsumsi makanan tersebut ya, Ma, jangan sampai berlebihan!

  • Gunakanlah sedotan 

Saat si Kecil menyedot minuman menggunakan sedotan, terutama cairan kental seperti yogurt, menyedot minuman dengan tekstur kental akan membantu anak melatih otot rahang mereka. 

Jika permasalahan anak dengan oral sensory seeking karena faktor keterlambatan perkembangan atau Mama dan Papa masih bingung mencari penyebab sebenarnya, segeralah berkonsultasi dengan profesional untuk mengetahui cara mengatasi yang tepat. 

Itulah, Ma, penjelaasan mengenai oral sensory seeking, termasuk dengan tanda-tandanya, indikasi oral sensory seeking sebagai gejala berbahaya, dan cara mengatasinya.

Semoga informasi ini bisa bermanfaat bagi Mama untuk semakin awas dalam mengamati pertumbuhan si Kecil ya, Ma!

Baca juga:

The Latest