Operasi amandel mulai umum dilakukan pada tahun 1950-an dan tahun 1960-an. Tetapi kini banyak ilmuwan yang berpendapat bahwa pengangkatan amandel mungkin memiliki risiko jangka panjang yang lebih besar pada sebagian anak.
Studi dilakukan oleh universitas-universitas di Kopenhagen dan Melbourne yang mempelajari sebanyak 1,2 juta orang selama tiga dekade dan merupakan studi terbesar dari jenisnya. Dalam studi, diteliti efek jangka panjang dari tiga operasi, yaitu adenoidektomi yang dialami 17.460 orang, tonsilektomi yang dialami 11.830 orang, serta adenotonsillectomies (di mana keduanya diangkat), yang dialami 31.377 orang.
Dokter Sean Byars dari University of Melbourne menghitung risiko penyakit berdasarkan kelenjar yang diangkat, dalam sembilan tahun pertama kehidupan. Mengingat, ini adalah usia ketika jaringan paling aktif dalam mengembangkan sistem kekebalan tubuh.
Hasilnya, tonsilektomi atau pengankatan 1 amandel berisiko hampir tiga kali lipat terhadap penyakit saluran pernapasan bagian atas. Selain masalah pernapasan, pengangkatan amandel disebut bisa meningkatkan kemungkinan terjadinya peradangan di telinga tengah dan sinusitis.
Selain itu, menghilangkan kelenjar gondok pada masa kanak-kanak juga lebih dari dua kali lipat berisiko terkena penyakit paru-paru di kemudian hari. Penyakit yang diteliti meliputi asma, flu, pneumonia dan gangguan paru obstruktif kronik atau bronkitis kronis dan emfisema. Anak yang tidak lagi memiliki kelenjar gondok juga berisiko hampir dua kali lipat mengalami gangguan sinus, hidung, tenggorokan dan konjungtivitis.
Karena itu, peneliti menyarankan agar dokter lebih banyak mempertimbangkan metode terapi selain pengangkatan amandel, yang dapat berdampak buruk pada kesehatan anak-anak dalam jangka panjang.