TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Adakah Batasan Konsumsi Susu Pada Anak?

Si Kecil doyan banget minum susu nih. Bahaya nggak ya?

today.com

Banyak orang menganggap susu sebagai sumber nutrisi yang wajib dikonsumsi. Sejak bayi baru lahir sampai mengenal MPASI, susu menjadi satu-satunya sumber energi. Kandungan nutrisinya lengkap dari protein, lemak, mineral, sampai vitamin. Susu juga dipercaya mampu memperkuat dan menyehatkan tulang, membantu proses pertumbuhan, serta meningkatkan kecerdasan.

Karena dianggap mengandung segudang manfaat baik, banyak orangtua yang membebaskan konsumsi susu pada anak. Mereka boleh mengonsumsi kapan saja dan tak dibatasi jumlahnya. Tapi benarkah anak bebas mengonsumsi susu sebanyak apapun? Meski bergizi, apakah susu tidak memiliki dampak buruk jika dikonsumsi secara berlebihan? Simak penjelasan dari Popmama.com berikut ini yuk!

Konsumsi susu pada anak-anak Kanada dibatasi berdasarkan usia.

Dikutip dari US National Library of Medicine 
National Institutes of Health, Departemen kesehatan Kanada menetapkan batasan konsumsi susu yang direkomendasikan untuk dua kategori usia. Pertama, untuk anak usia 2-8 tahun disarankan cukup mengonsumsi 2 porsi susu cair atau setara dengan setengah liter. Sementara untuk anak usia 9-13 tahun diperbolehkan mengonsumsi 3-4 porsi susu per hari, yang setara dengan 0,75-1 liter.

Di Indonesia sendiri, belum banyak penyuluhan kesehatan yang menjelaskan fungsi serta batasan konsumsi susu. Kementerian kesehatan pun tidak menetapkan batasan konsumsi susu harian, untuk mengendalikan asupan gizi masyarakat khususnya anak-anak.

Konsumsi susu tidak terlalu penting bagi anak, kenapa?

Selepas mendapat ASI ekslusif hingga usia sekitar 2 tahun, sebenarnya anak tidak terlalu membutuhkan susu dalam jumlah banyak. Disarankan, pemberian susu untuk anak usia 3 tahun ke atas tidak lagi bersifat wajib namun cukup sebagai makanan pendamping. Secara teoritik, pemberian asupan makanan pada anak dirumuskan dalam 3-2-1. Tiga kali makan berat, dua porsi camilan di sela-sela jam makan, dan segelas susu setiap hari.

Pemberian susu dapat disesuaikan dengan kondisi tumbuh kembang anak. Pemantauan paling mudah dilakukan dengan rutin menimbang berat badan. Jika bobot tubuh anak sering berada di bawah rekomendasi normalnya, konsumsi susu bisa ditambah. Apalagi jika Si Kecil lebih menyukai susu ketimbang makanan padat lainnya.

Ketimbang susu, Dora Tri Yogyantini, S.Gz, seorang ahli gizi di RS Panti Rapih Yogyakarta menyarankan konsumsi telur yang lebih rutin. Telur mengandung 23 asam amino lengkap yang lebih baik ketimbang susu. Kandungan omega-3 yang tinggi pada telur juga baik untuk perkembangan otak anak.

Jika Mama menginginkan Si Kecil memiliki otot dan tulang yang sehat, susu tidak cukup menjadi solusi. Anak perlu rutin beraktivitas dan olahraga, serta mendapat asupan gizi yang seimbang. Aktif bergerak membuat anak lebih bugar, daya tahan tubuhnya meningkat, dan mendapat stimulasi yang baik untuk perkembangan motoriknya.

Kelebihan konsumsi susu bisa memicu obesitas dan hambat penyerapan zat besi.

Ketika anak makan dalam porsi normal dengan komposisi gizi yang sudah cukup seimbang, ia tidak perlu menambahnya dengan susu. Nutrisi yang lengkap pada susu sangat dianjurkan sebagai menu pengganti sarapan, jika pendampingnya hanya selembar roti atau potongan buah. Mengonsumsi makanan lengkap ditambah susu sama  dengan menimbun zat gizi berlebih. Jika tidak dibakar menjadi energi, tentu saja dapat memicu obesitas.

Mama pernah mendengar bahwa konsumsi susu sapi bisa menghambat proses penyerapan zat besi? Bukan sekadar mitos, pernyataan ini adalah fakta lho Ma! Dalam sebuah jurnal penelitian pediatri dan kesehatan yang diungkapkan dalam parentingscience.com, kandungan kalsium yang tinggi pada susu sapi bisa menghambat proses penyerapan zat besi pada tubuh manusia.

Maka dari itu, pada bayi yang berusia di bawah 1 tahun tidak diperkenankan mengonsumsi susu sapi murni. Bayi dan anak-anak membutuhkan asupan zat besi tinggi untuk kesehatan tulang dan pembentukan sel darah. Jika Si Kecil ingin mengonsumsi susu, hindari menyajikan makanan atau minuman yang mengandung zat besi tinggi pada saat yang bersamaan.

The Latest