Saat sampai di area Pacitan tepatnya di Desa Kalak, kami semua dibuat terperanjat dengan jalan yang diunjukkan oleh Maps Google. Jalan kami hanya bersisa 12-15 KM namun, obstacle yang dihadapi adalah kiri-kanan hutan tanpa penerangan, ditambah jejak jalan aspal yang terkadang terlihat mau habis!
Tiap sudut belok patah, kami dibuat bertanya adakah jalan ini buntu nantinya?
Pikir saya sebagai pemegang kendali navigasi tak mungkin Gmaps menunjukkan jalan yang tidak ada tembusannya. Penulis hakul yakin, petugas maps pun melakukan pengukuran dengan mobil tentunya.
Benar saja tak lama berselang dari melewati sekomplek petilasan China ada spanduk baliho partai. Tidak mungkin ini dipasang, untuk tidak dilihat orang, jelas ini tembus ke sebuah desa!
Ihza sebagai driver merasa sangat percaya diri mengemudikan mobil asal Korea ini, meski sempat meniti di pinggir jurang untuk melewati obstacle, sebuah kendaraan berat pengaspal, yang diparkir melintang di tengah jalan yang kecil!
Ground clearence yang tinggi ditopang velg anyar ukuran 17 mampu membuat sudut kemiringan mobil sedemikian rupa untuk merayap di bibir jalan (jurang), untuk menghindari obstacle tersebut.
Tak hanya ground clearence, dalam sesi uka uka ini, fitur lampu High Beam Assist juga turut menyumbang andil. Trek terlihat benderang dan fokus dibuatnya, meski jalanan tanpa disertai penerangan ataupun juga listrik dari rumah penduduk.
Pengalaman tak terlupakan yang kami rasakan tentunya dalam mengeksplore hidden gem Pacitan tersebut.
Setelah sampai dan membuka pintu mobil, kami langsung disapa debur deras ombak yang disapu angin laut. Suara Samudera Hindia merasuk langsung ke jiwa.