TUTUP
SCROLL UNTUK MELANJUTKAN MEMBACA

Apa Itu HSDD? Ketika Hubungan Intim Menjadi Momok

Bisa dipicu masalah psikologis dan dapat memengaruhi hubungan intim, apa sebenarnya HSDD?

Pexels/Наталья Хоменко

Setiap pasangan yang sudah menikah tentu memiliki waktu luang yang sangat istimewa untuk melakukan hubungan intim. Sayangnya, sesi berhubungan intim yang dilakukan pasangan suami istri ternyata bisa saja terganggu oleh berbagai hal.

Dari sisi suami, sumber masalah tersebut bisa saja berasal dari stres dan masalah ejakulasi. Sementara dari istri, berbagai masalah seperti vaginismus, kelainan fungsi hormon, stres, dan hypoactive sexual desire disorder (HSDD) bisa menjadi penurun libido.

Perlu diketahui, semua orang bisa saja mengalami penurunan hasrat untuk berhubungan intim dengan pasangan sesekali.

Namun, hal tersebut akan menjadi tak wajar apabila seseorang terus mengalami kehilangan ketertarikan untuk behubungan intim dengan pasangan. Bila hal itu terjadi padamu, bisa jadi kamu mengalami hypoactive sexual desire disorder (HSDD).

Sebagian dari kamu mungkin ada yang belum mengetahui secara lebih jelas tentang HSDD. Lalu, sebenarnya apa itu HSDD? Siapa sajakah yang bisa mengalaminya?

Untuk mengetahui lebih jelas, berikut Popmama.com sudah merangkum penjelasan tentang HSDD dari dr. Putri Deva Karimah, Sp.OG, Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi RS Pondok Indah, secara lebih detail.

Simak penjelasannya berikut ini ya, Ma!

Apa Itu HSDD?

Pexels/Gustavo Fring

HSDD adalah singkatan dari hypoactive sexual desire disorder yang merupakan kondisi disfungsi seksual yang bisa saja dialami oleh pihak laki-laki dan perempuan, di mana berkurang hingga hilangnya hasrat dan fantasi seseorang untuk melakukan sesi hubungan intim atau seksual bersama pasangannya.

Melalui keterangannya, dr. Putri menjelaskan bahwa kondisi ini dapat disebabkan oleh masalah psikis dan non-psikis, atau adanya gangguan medis seperti permasalahan hormon, dan kelainan fungsi organ.

Mengutip Parish.J.Sharon et al, 2016, dr. Putri menjelaskan bahwa umumnya kondisi ini lebih banyak diderita oleh perempuan dibandingkan laki-laki, yakni 8,9 persen pada perempuan usia 18-44 tahun dan 12,3 persen pada perempuan usia 45-64 tahun.

Beberapa penelitian lainnya menyebutkan bahwa 1 dari 10 perempuan mengalami HSDD, dan sebanyak 32 persen perempuan dan 15 persen laki-laki berkemungkinan mengalami kehilangan hasrat yang dapat berlangsung hingga beberapa bulan.

Apa Penyebab Perempuan Lebih Sering Mengalami HSDD?

Pexels/Timur Weber

Dalam keterangan resminya, dr. Putri menjelaskan, salah satu yang menyebabkan perempuan lebih sering mengalami HSDD adalah adanya faktor perubahan hormon ketika menjelang dan memasuki usia menopause.

Ia menjelaskan, kondisi HSDD bisa menjadi masalah besar apabila sudah mengganggu kualitas hidup seseorang. Tak jarang, kondisi tersebut bisa memengaruhi mental penderitanya.

"Kondisi HSDD dapat menjadi masalah besar dan penting untuk diperhatikan apabila sudah mengganggu kualitas hidup dan terdapat kondisi medis yang mendasarinya. Kondisi ini tidak jarang memengaruhi mental penderitanya, seperti stres, atau rusaknya hubungan dengan pasangan," terang dr. Putri.

HSDD Dapat Memengaruhi Proses Siklus Respons Seksual

Pexels/Yan Krukau

Melalui keterangannya, dr Putri menerangkan, umumnya, perempuan dengan HSDD tidak memiliki keinginan untuk memikirkan segala hal mengenai seks hingga berhubungan intim. Mereka pun tak mendapatkan rasa nyaman atau kenikmatan saat berhubungan intim.

Tak banyak yang menyadari, hal tersebut ternyata akan dapat berpengaruh pada proses siklus respons seksual perempuan.

Adapun tahapan siklus respons seksual manusia, antara lain:

  • Desire: Keinginan, dorongan, dan motivasi untuk berhubungan. Dorongan ini biasanya timbul dengan adanya kerja dari otak (psikoneuroendokrin)
  • Arousal: Gairah saat berhubungan. Pada fase ini tahap lubrikasi pada vagina, kerja jantung, dan pernapasan semakin cepat
  • Orgasme: Hubungan intim atau seksual yang sehat akan melewati fase ini hingga mencapai puncak kepuasan. Pernapasan dan kerja jantung semakin meningkat, tekanan darah meningkat, terjadinya kontraksi otot yang menghasilkan ejakulasi pada pria, dan kontraksi rahim serra vagina pada perempuan
  • Resolution: Fase ini terjadi setelah tercapainya orgasme, tubuh akan menjadi rileks dan nyaman, pernapasan dan kerja jantung kembali normal. Namun, apabila tidak terjadi orgasme, justru ketidaknyamanan yang akan dirasakan.

"Apabila dari salah satu fase/siklus ini tidak dilalui, tentu saja rasa nyaman, kenikmatan, hingga orgasme tidak dapat dicapai. Alih-alih malah rasa nyeri dan terganggu yang dirasakan," terang dr. Putri.

Ia kemudian mencontohkan, perempuan dengan gangguan pada arousal akan membuat daerah vagina menjadi kering karena kurangnya produksi lubrikan atau pelumas untuk membasahi daerah vagina.

Faktor Apa Saja yang Bisa Menjadi Pemicu HSDD?

Pexels/Kampus Production

HSDD ternyata bisa dipicu oleh adanya masalah psikologis atau mental, seperti trauma, masalah dengan pasangan, faktor sosial seperti perempuan pekerja yang sangat sibuk, terutama pada perempuan usia menengah.

Tak hanya itu, hal ini juga bisa disebabkan oleh masalah medis, seperti adanya perubahan hormon pada perempuan menjelang dan ketika sudah menopause.

"Penurunan hormon estrogen menyebabkan kurangnya lubrikasi pada vagina dan menyebabkan rasa nyeri ketika berhubungan intim (dispareunia)," kata dr. Putri.

"Gangguan pada sistem kerja otak, riwayat operasi pada organ reproduksi, serta konsumsi obat-obatan tertentu, juga dapat menjadi faktor pemicu," sambungnya.

Selain hal di atas, HSDD juga bisa dipicu oleh beberapa faktor lainnya. Berikut beberapa faktor pemicu HSDD, antara lain:

  • Senyawa organik di otak yang bernama neurotransmiter tidak aktif, yang mengganggu hasrat dan fungsi seksual
  • Masalah sulit tidur yang menyebabkan kamu mudah lelah
  • Efek dari beberapa obat seperti obat antidepressant, obat kemoterapi, dan lain-lain
  • Beberapa penyakit penyerta, seperti diabetes, masalah jantung, inflammatory bowel disease (IBD), kanker, dan lain-lain
  • Kehamilan, persalinan, atau sedang menyusui

HSDD Masih dapat Ditangani

Pexels/Ron Lach

Bila kamu memiliki tanda-tanda HSDD, jangan langsung dikhawatirkan dahulu. Sebab, HSDD sebenarnya masih dapat ditangani.

Meski demikian, dr. Putri menjelaskan penyebab HSDD harus diketahui lebih dahulu, seperti apakah terdapat penyakit yang menyertai atau tidak, dan apakah penyakit tersebut bisa diobati atau tidak.

"Cara mengatasi dan menangani kondisi ini memerlukan pendekatan secara medis dan psikologis, serta adanya keinginan dari pihak suami dan istri," kata dr. Putri.

"Jadi, apabila kamu sudah mulai mengalami gejala enggan berhubungan intim dengan pasangan, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kebidanan dan kandungan, dokter spesialis andrologi dan seksologi, atau dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikiater," sambungnya.

Jadi, itulah rangkuman beberapa fakta yang menjelaskan pengertian lebih lengkap mengenai HSDD. Hadirnya informasi ini tentu menjadi suatu pengetahuan baru yang sangat wajib untuk kamu ketahui.

Semoga penjelasan dari dr. Putri mengenai HSDD bermanfaat.

Baca juga:

The Latest