Penyebab Gerakan Sperma Kurang Lincah dan Cara Mengatasinya
Kondisi sperma kurang lincah disebut dengan asthenozoospermia
Follow Popmama untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Ada beberapa kelainan sperma yang dapat menyebabkan infertilitas pada laki-laki, salah satunya adalah asthenozoospermia. Pernahkah Mama mendengar istilah tersebut?
Sebagai informasi, ada tiga hal yang dapat menentukan kualitas dan kuantitas sperma, antara lain jumlah atau volume, gerakan sperma, dan bentuk sperma.
Nah, asthenozoospermia merupakan suatu kondisi ketika motilitas sperma, atau kemampuan sperma untuk bergerak, buruk.
Dalam hal ini, laki-laki yang mengalami asthenozoospermia memiliki masalah pada pergerakan sperma, yakni pergerakan sperma lambat atau bahkan tidak bergerak sama sekali.
Sel sperma dikatakan lambat apabila pergerakannya kurang dari 25 mikrometer per detik. Selain itu, laki-laki disebut mengalami asthenozoospermia jika sel sperma yang dikeluarkan saat ejakulasi memiliki motilitas rendah, yaitu kurang dari 32 persen.
Hal inilah yang membuat kualitas sperma tidak optimal untuk bisa membuahi sel telur sehingga dapat menyebabkan mama sulit hamil.
Lalu, apa saja penyebab asthenozoospermia pada laki-laki?
Berikut penyebab gerakan sperma kurang lincah dan cara mengatasinya yang sudah Popmama.com rangkum. Yuk, disimak!
Penyebab Asthenozoospermia
Ada beberapa faktor yang menjadi penyebab laki-laki mengalami asthenozoospermia, antara lain:
Pola hidup tidak sehat, seperti merokok, kurang minum air putih, makan makanan tidak sehat, dan sering mengonsumsi alkohol.
Pembuluh darah di skrotum mengalami pembengkakan.
Kanker testis.
Infeksi karena paparan bakteri dan virus.
Cedera pada bagian testis.
Trauma panggul akibat profesi, seperti pengemudi dan penunggang kuda.
Pernah menjalani operasi testis karena penyakit tertentu.
Bawaan lahir atau faktor keturunan.
Selain faktor-faktor tersebut, asthenozoospermia juga dapat disebabkan oleh penggunaan jangka panjang steroid anabolik, serta penggunaan obat-obatan tertentu yang dapat mempengaruhi kualitas sperma.
Meski bisa membuat pasangan sulit hamil, penderita asthenozoospermia tidak perlu khawatir. Pasalnya kelainan ini bisa disembuhkan.
Berikut cara mengatasi kelainan sperma ini, seperti dikutip dari laman Healthline.
1. Mengubah pola hidup
Kualitas sperma menurun bisa diakibatkan oleh pola hidup yang tidak sehat. Maka itu mulailah menerapkan pola hidup sehat.
Contohnya, berhenti merokok dan berhenti minum-minuman yang beralkohol.
2. Konsumsi makanan bergizi
Konsumsilah makanan bergizi seperti, sayur, buah, daging merah, kacang-kacangan, serta makanan yang banyak mengandung omega-3.
Menurut penelitian dari Journal of Dietary Supplements, asam lemak omega-3 terbukti dapat meningkatkan motilitas sperma.
EDITORS' PICKS
3. Menjaga berat badan ideal
Kelebihan berat badan atau obesitas dapat membuat kualitas sperma menurun dan motilitas sperma rendah.
Maka itu, jagalah berat badan ideal dengan tetap menjaga asupan kalori, serta tetaplah aktif bergerak dan perhatikan gizi seimbang.
4. Olahraga rutin
Rendahnya hormon testosteron bisa menjadi pemicu laki-laki mengalami asthenozoospermia. Salah satu cara untuk meningkatkan hormon testosteron, yaitu dengan rutin berolahraga.
Untuk itu, luangkanlah waktu untuk berolahraga setidaknya 30 menit setiap harinya.
5. Gunakan pakaian dalam longgar
Kenakanlah pakaian dalam yang longgar untuk membantu testis berada pada suhu yang lebih rendah dari suhu tubuh.
Hal ini penting. Pasalnya, suhu testis yang lebih rendah merupakan kondisi ideal untuk menghasilkan sperma yang berkualitas.
6. Minum suplemen
Ada beberapa jenis suplemen yang dapat membantu meningkatkan motilitas sperma, seperti kombinasi vitamin E dan selenium.
Meski begitu, konsultasikan terlebih dahulu ke dokter sebelum meminumnya. Untuk mengetahui dosis dan jangka waktu untuk meminum suplemen tersebut.
Nah, itu tadi penyebab gerakan sperma kurang lincah dan cara mengatasinya. Untuk memastikan apakah Papa mengalami kondisi ini atau tidak, ada baiknya untuk berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter untuk mendapatkan perawatan dan program pengobatan yang lebih tepat.
Baca juga: