Selama kehamilan, infeksi hepatitis A dapat dikaitkan dengan risiko persalinan prematur yang lebih tinggi, terutama jika infeksi terjadi selama trimester kedua atau ketiga. Peningkatan risiko lain yang terkait dengan infeksi hepatitis A mungkin termasuk:
- Kontraksi uterus prematur
- Solusio plasenta
- Ketuban pecah dini
Hepatitis A biasanya tidak menimbulkan risiko khusus bagi ibu hamil atau bayi. Infeksi pada tubuh Mama pun biasanya tidak akan menular pada bayi. Namun diperlukan pengobatan, perawatan serta pantauan dari dokter jika Mama benar terdiagnosis hepatitis A saat hamil.
Dilansir Baby Med, tindakan untuk hepatitis A termasuk salah satunya pemberian suntikan normal human immunoglobulin (NIGH) bersamaan dengan vaksin hepatitis A. NIGH menyediakan kekebalan sementara terhadap virus hepatitis A, sampai vaksin mulai bekerja.
Vaksin hepatitis A dianggap aman untuk diberikan selama kehamilan dan dapat bertahan hingga 12 bulan. Jika Mama berencana untuk bepergian ke wilayah yang memiliki risiko tinggi hepatitis A selama kehamilan, diskusikan dengan dokter terlebih dahulu apakah perlu diberikan vaksinasi hepatitis A paling tidak dua minggu sebelum keberangkatan. Vaksin umum tersedia untuk HAV dan mudah didapat.
Vaksin ini diberikan dalam dua kali suntikan, dengan jeda suntikan kedua diberikan 6-12 bulan setelah suntikan pertama.
Ibu dengan hepatitis A bisa menyusui bayinya, yang penting jangan lupa untuk mencuci tangan dengan air hangat dan sabun sebelum menyentuh payudara dan puting. Terutama setelah pergi ke toilet atau mengganti popok bayi.
Utamanya, untuk mencegah terkena hepatitis A, cobalah untuk menghindari aktivitas berisiko tinggi. Juga, pastikan untuk menjaga kebersihan. Jangan lupa selalu mencuci tangan setelah memegang makanan mentah dan setelah menggunakan toilet.
Demikian informasi tentang hepatitis A yang penting untuk Mama ketahui. Jaga selalu kebersihan untuk mencegah terinfeksi virus ini ya, Ma!