Mungkin Mama sudah tak asing dengan istilah sunat perempuan atau khitan perempuan di Indonesia. Istilah sunat pada bayi perempuan sebenarnya kurang tepat, sebab dalam praktiknya lebih mendekati prosedur mutilasi alat kelamin perempuan (female genital mutilation).
Hal ini karena bukan hanya lipatan kulit yang mengelilingi klitoris saja yang diangkat dalam prosedur sunat, tapi juga klitoris itu sendiri, Ma. Tradisi kuno ini telah sejak lama dipraktikkan, terutama di Afrika dan Timur Tengah.
Selain itu, dalam laporan United National Children's Fund mengungkapkan bahwa hal ini juga umum terjadi di Indonesia. Bahkan hingga saat ini praktiknya masih berlangsung di Indonesia.
Sekitar 60 juta perempuan atau setengah dari perempuan di Indonesia diperkirakan telah menjalani female genital mutilation.
Dalam beberapa tahun terakhir, praktisi medis semakin banyak melembagakan ritual "sunat" yang dikenal sebagai khitan perempuan ke dalam praktik medis.
Sekarang, banyak klinik bersalin menawarkan prosedur ini sebagai bagian dari paket persalinan, yang dilakukan segera setelah persalinan bahkan tanpa biaya tambahan.
Menurut WHO, lebih dari 200 juta perempuan di 30 negara diduga menjalani sunat perempuan. Sementara di Indonesia, jumlah perempuan yang telah menjalani sunat terbilang tinggi, menurut berbagai lembaga dunia.
Data dari UNICEF pada tahun 2016 menyebutkan bahwa Indonesia menempati posisi ketiga negara dengan prevalensi sunat perempuan tertinggi, setelah Gambia dan Mauritania, dengan 54 persen di antaranya berusia 14 tahun ke bawah.
Lantas, apakah sunat pada bayi perempuan ada manfaatnya? Mari kita lihat penjelasan yang telah dirangkum Popmama.com. Berikut informasinya, Ma!
