Penelitian menunjukan bahwa satu dari 10 ayah mengalami depresi setelah kelahiran bayi. Kondisi ini kemungkinan besar terjadi pada tiga hingga 6 bulan setelah kelahiran si Kecil.
Meski begitu, kondisi ini juga bisa dimulai lebih awal atau lebih lambat. Jadi, bukan cuma mama yang baru melahirkan saja yang bisa mengalami depresi atau baby blues.
Namun ternyata, baby blues atau depresi yang dialami mama dan papa itu tidak sama, lho! Baby blues pada mama biasanya berhubungan dengan perubahan hormon. Kondisi ini bisa hilang dengan sendirinya seiring waktu.
Sementara itu, depresi pascanatal yang dialami ayah dapat dimulai lebih lambat dan berlangsung lebih lama daripada baby blues.
Apa yang menyebabkan seorang papa mengalami depresi pascanatal atau baby blues? Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh kekhawatiran, Ma. Misalnya ketakutan akan peran baru atau kekhawatiran soal masalah finansial.
Dalam kasus MS, depresi pascanatal mungkin bisa disebabkan karena kekhawatiran soal jarak usia anak-anaknya dan ketidakmampuan untuk menenangkan bayi.
Sama halnya seperti mama, papa juga membutuhkan dukungan, dorongan, kepastian, dan tempat yang aman untuk menyampaikan kekhawatiran yang mereka rasakan.
Masalahnya, banyak papa yang merasa tidak membutuhkan bantuan untuk mengatasi depresi ini. Bahkan sebagian mungkin tidak menyadarinya.
Ada beberapa gejala yang perlu diwaspadai sehubungan dengan depresi pascanatal pada papa, antara lain:
- menarik diri dari keluarga dan teman,
- sensitif dan mudah tersinggung,
- selalu merasa lelah dan cemas,
- terobsesi dengan uang atau masalah keuangan,
- sulit tidur atau justru tidur berlebihan.
Jika mama mengamati ada beberapa gejala yang tidak biasa pada papa, jangan ragu untuk berbicara dari hati ke hati. Selain itu, tidak ada salahnya untuk mencari bantuan profesional untuk mengatasi depresi yang dialami oleh anggota keluarga.
Itu ulasan tentang ayah di Pati bunuh bayi 3 bulan karena rewel dan tak tahu cara menenangkannya. Semoga kejadian seperti ini tidak terulang lagi, ya, Ma.