IDAI menekankan kesesuaian MPASI dengan tahap perkembangan motorik oral si Kecil. Berikut ketentuan yang perlu Mama perhatikan:
1. Usia 0–6 Bulan
Pada fase ini, bayi mulai menunjukkan kemampuan membuka mulut ketika disuapi dan memindahkan makanan dari sendok ke mulut, seringnya mulai tampak di usia 4–6 bulan. Namun, bayi belum membutuhkan MPASI. Seluruh kebutuhan nutrisinya masih sepenuhnya dipenuhi oleh ASI atau susu formula.
Dilansir dari laman IDAI, Mama baru boleh memulai MPASI jika ada tanda kesiapan makan seperti:
Anak dapat duduk dan menahan kepalanya sendiri dengan tegap.
Menunjukkan ketertarikan terhadap makanan dan mulai mencoba meraih makanan.
Menunjukkan tanda-tanda lapar dan tidak tenang.
2. Usia 6–9 Bulan
Pada usia ini, si Kecil mulai mampu memindahkan makanan dari satu sisi mulut ke sisi lainnya, gigi depan mulai tumbuh, dan kemampuan menelan makanan bertekstur lebih kental semakin baik.
Tekstur MPASI ideal adalah puree atau mashed. Frekuensi makan dimulai dari 2–3 kali makan besar serta 1–2 kali camilan. Porsi awal sekitar 3 sendok makan, lalu naik hingga ½ mangkuk 250 ml.
3. Usia 9–12 Bulan
Bayi sudah mampu merapatkan bibir saat disuapi untuk membersihkan sendok dan mulai menggigit makanan lebih padat. Karena kemampuan mengunyahnya semakin baik, Mama bisa memberikan tekstur minced (cincang halus), chopped (cincang kasar), hingga finger foods.
Frekuensi makan dianjurkan 3–4 kali sehari ditambah 1–2 camilan, dengan porsi sekitar ½ mangkuk 250 ml. Pada tahap ini, si Kecil bisa ikut makan menu keluarga yang dimodifikasi.
4. Usia 12–23 Bulan
Di tahap ini, bayi sudah mahir mengunyah dan mampu beradaptasi dengan berbagai jenis tekstur makanan. Ia juga sudah bisa mengonsumsi makanan keluarga tanpa perlu banyak penyesuaian.
Frekuensi yang direkomendasikan adalah 3–4 kali makan besar dan 1–2 kali camilan, dengan porsi ¾ hingga 1 mangkuk penuh (250 ml). Mama bisa mulai mengenalkan ragam protein, sayur, buah, serta karbohidrat dalam pola makan hariannya.