Menurut Dr. Jones, kita perlu mempertanyakan apakah menilai perilaku (menangis, mengerang, meringis) pada bayi baru lahir adalah penilaian yang akurat tentang tingkat rasa sakit mereka, terutama jika mereka stres sejak lahir atau trauma.
Menurut Dr. Jones, orang dewasa sering mengalami rasa sakit yang lebih besar sebagai akibat dari situasi stres dan penelitian ini menunjukkan bahwa hal ini juga terjadi pada bayi.
Dokter dan orangtua mengandalkan respons tidak langsung seperti ekspresi wajah untuk mengetahui apakah bayi mengalami nyeri atau sakit karena mereka tidak dapat mengungkapkannya dengan kata-kata.
Dr. Judith Meek adalah salah satu penulis studi tersebut dan mengatakan bahwa temuan ini sangat penting bagi orang yang merawat bayi yang baru lahir, karena penilaian nyeri pada bayi sering kali didasarkan pada tangisan atau respons wajah.
Karena penelitian menunjukkan bahwa ini mungkin bukan cara yang tepat untuk mengukur rasa sakit pada bayi yang stres, kita perlu mencari cara yang lebih baik untuk memantau rasa sakit dan mengurangi stres saat melakukan intervensi sebaik mungkin.
Dr. Jones mengatakan bahwa pengalaman stres yang berulang-ulang dan prosedur menyakitkan di awal kehidupan dapat berdampak negatif pada perkembangan sistem saraf pusat. Hasil ini menunjukkan bahwa jika kita dapat mengontrol tingkat stres bayi yang dirawat di rumah sakit dengan lebih baik, kita mungkin membantu perkembangan mereka dan mengurangi rasa sakit mereka pada saat yang bersamaan.
Nah itulah informasi mengenai hubungan tingkat stres bayi baru lahir dengan respons sakit yang mereka tunjukkan.
Semoga informasi ini bermanfaat, Ma.