Merujuk dari kasus bayi yang meninggal setelah diimunisasi 4 varian, Mama mungkin bertanya-tanya: benarkah imunisasi lebih dari satu jenis sebabkan kematian?
Mengutip dari laman WHO, jadwal vaksinasi yang melibatkan beberapa suntikan dalam kunjungan yang sama didasarkan pada data keamanan dan efektivitas pra-lisensi dan pasca-lisensi selama bertahun-tahun. Termasuk studi penggunaan secara bersamaan.
Selain itu, sejumlah penelitian penelitian telah dilakukan untuk melihat dampak pemberian berbagai kombinasi vaksin. Dan ketika setiap vaksin baru mendapat izin, vaksin tersebut telah diuji bersama dengan vaksin yang telah direkomendasikan untuk anak usia tertentu, Ma.
Mengutip dari laman Kemenkes, imunisasi dengan lebih dari satu jenis antigen vaksin yang disuntikkan dalam sekali kunjungan tidak menyebabkan kematian langsung pada anak. Alih-alih membahayakan, imunisasi ganda ini justru memberikan perlindungan ganda bagi si Kecil.
Direktur Pengelolaan Imunisasi Kementerian Kesehatan RI dr. Prima Yosephine, M.K.M menjelaskan, suntikan imunisasi ganda sudah diterapkan di lebih dari 160 negara, tidak hanya di Indonesia saja.
Pemberian imunisasi ganda telah diperkenalkan di Indonesia sejak tahun 2017 secara nasional. Hal ini bisa dilihat pada jadwal imunisasi DPT-HB-Hib-3 yang diberikan bersamaan dengan imunisasi polio suntik Inactivated Poliovirus Vaccine/IPV pada bayi usia 4 bulan.
Selain itu, jadwal imunisasi ganda juga ada pada imunisasi lanjutan, yakni pada pemberian imunisasi campak rubella-2 dan DPT-HB-Hib-4 yang diberikan pada anak usia 18 bulan.
Kasus kematian yang terjadi setelah pemberian imunisasi ganda ini sangat jarang terjadi. Apabila terjadi, maka semua kasus tersebut harus dilakukan investigasi dan kajian kausalitas– hubungan sebab akibat– secara detail dan menyeluruh. Seperti kasus bayi di Sukabumi, pihak terkait sedang melakukan investigasi secara detail untuk mengetahui penyebab kematiannya.