Miris, 9.000 Kematian Bayi di Institusi yang Dikelola Gereja Terungkap

Banyak perempuan hamil di luar nikah disembunyikan dan bayi yang tak bersalah ditelantarkan

15 Januari 2021

Miris, 9.000 Kematian Bayi Institusi Dikelola Gereja Terungkap
dailymail.co.uk

Sebuah laporan akhir penyelidikan di Irlandia mengungkap adanya kematian bayi dan anak-anak sebanyak 9.000 korban. Para korban terdapat di 18 tempat yang disebut sebagai "rumah brutal". Rumah tersebut telah menampung perempuan yang melahirkan anak di luar pernikahan dan ini berlangsung sepanjang abad ke-20. 

Dilansir laman Associated Press, penyelidikan tersebut dilakukan sebagai bagian dari proses penghitungan di Irlandia karena mayoritas warganya memeluk agama Katolik Roma. Apalagi institusi yang dikelola gereja sering sekali dikaitkan dengan adanya sejarah pelecehan.

Penyelidikan ini sudah dilakukan enam tahun ke belakang, lalu ada pelaporan di tahun 2007 terkait penemuan kuburan massal yang berisikan sisa-sisa tengkorak bayi dan anak kecil. Lokasi penemuan ada di salah satu bekas rumah Katolik untuk menampung perempuan yang belum menikah beserta anak-anak mereka. 

Komisi penyelidikan menjelaskan ada kurang lebih 56.000 perempuan yang tidak menikah dan sekitar 57.000 anak-anak telah tinggal di sejumlah rumah tersebut sejak tahun 1960 hingga awal 1970an.

Jika Mama ingin mengetahui informasi lebih lanjut mengenai penyeledikan 9.000 kematian bayi di institusi gereja ini, Popmama.com telah merangkumnya di bawah ini. 

1. Perempuan hamil di luar nikah disembunyikan dan anak-anak dipisahkan dari orangtua mereka 

1. Perempuan hamil luar nikah disembunyikan anak-anak dipisahkan dari orangtua mereka 
dailymail.co.uk

Dilansir dari Daily Mail, rumah yang dikelola oleh pihak gereja di Irlandia ini memang menampung para perempuan hamil di luar nikah. Mereka ditinggalkan dan disembunyikan oleh keluarganya sendiri karena merasa malu, bahkan menganggap kehamilan di luar nikah sebagai aib. 

Perempuan yang sedang hamil pun pada akhirnya melahirkan anak-anak mereka di rumah itu. Kemudian, anak-anak juga menjadi korban karena dipisahkan dari orangtua mereka dan ditempatkan di rumah tersebut untuk diadopsi orang lain. 

Ketika tahun 2014, ada seorang sejarawan bernama Catherine Corless yang berusah melacak sejumlah sertifikat kematian hampir 800 anak yang meninggal di sebuah "rumah brutal" di daerah Irlandia barat, namun nihil. 

Ia hanya dapat menemukan satu catatan pemakaman dari salah seorang anak, sehingga penyelidikan intensif terus dilakukan. 

2. Banyak anak-anak yang meninggal karena mengalami infeksi saluran pernapasan dan gastroenteritis

2. Banyak anak-anak meninggal karena mengalami infeksi saluran pernapasan gastroenteritis
dailymail.co.uk

Dari penyelidikan yang sudah berlangsung terdapat fakta bahwa rumah-rumah tempat pengurungan tersebut dijalani oleh lembaga agama dan diawasi pemerintah. 

"Rumah itu memiliki kondisi fisik yang mengerikan. Ada laporan yang mengungkap ada lebih dari satu dari 10 anak yang dirawat di rumah tersebut meninggal," ungkap laporan dari Komisi Investigasi. 

Setelah dilakukan investigasi terungkap mengenai penyebab kematian yang terjadi pada anak-anak, yakni mengalami infeksi saluran pernapasan dan gastroenteritis. Selain itu, tidak ada staf profesional yang peduli dan membantu untuk merawat anak-anak ketika sedang sakit. 

“Sekitar 9.000 anak meninggal di institusi yang sedang diselidiki, kurang lebih sekitar 15 persen dari semua anak yang berada di institusi tersebut,” jelasnya.

Tim investigasi sempat berhasil menemukan sebuah kuburan massal yang di dalamnya terdapat tulang bayi dan anak-anak. Penemuan ini didapatkan dari sebuah bangunan limbah bawah tanah di sekitar halaman rumah tersebut. 

Tempat kejadian perkara yang diketahui dikelola oleh para biarawati Katolik ini akhirnya ditutup pada tahun 1961. 

3. Perdana menteri Irlandia mengutarakan permohonan maaf 

3. Perdana menteri Irlandia mengutarakan permohonan maaf 
dailymail.co.uk

Dilansir dari Associated Press, Michael Martin Perdana Menteri Irlandia secara resmi telah mengutarakan permohonan maaf pada Rabu (13/1/2021). Permohonan maaf itu ditujukan untuk ribuan korban perempuan dan anak-anak yang berada di luar ikatan pernikahan. 

"Mereka seharusnya tidak berada di sana. Negara telah lalai memperlakukan para ibu dan anak kecil yang ada di rumah-rumah institusi tersebut," ucap Martin saat meminta maaf. 

Martin sangat menyesal atas sejarah nasional yang buruk ini, namun berusaha untuk mengambil pelajaran dari sini. 

"Pelembagaan harus menciptakan struktur kekuasaan dan penyalahgunaan kekuasaan, lalu tidak boleh lagi menjadi pilihan bagi negara dalam keadaan apapun,” jelasnya. 

Semoga kejadian seperti 9.000 kematian bayi di institusi gereja yang semakin terungkap ini bisa menjadi pembelajaran tersendiri untuk pemerintahan dan gereja-gereja di Irlandia, sehingga tidak terulang kembali. 

Ketika mengetahui kejadian ini, bagaimana pendapat Mama? 

Baca juga: 

The Latest