Bayi dan ibu memiliki hubungan yang erat. Selama bertahun-tahun, penelitian telah menunjukkan betapa kuatnya hubungan biologis itu. Sudah diketahui secara umum bahwa ibu mewariskan antibodi kepada anak-anaknya.
Dan penelitian lain menunjukkan bahwa bayi juga meninggalkan jejak yang bertahan lama pada ibu, meninggalkan potongan-potongan DNA mereka di dalam tubuh ibu selama bertahun-tahun yang akan datang.
Semua penemuan ini telah mendorong penelitian yang lebih mendalam tentang apa yang mungkin diwariskan ibu kepada bayi selama persalinan atau tahun-tahun pertama pembentukan gigi. Hubungan terbaru yang akan dieksplorasi menyelidiki kesehatan mulut ibu. Serta dampaknya terhadap perkembangan dan pembusukan gigi bayi di masa kanak-kanak.
Studi yang dipublikasikan dalam jurnal PLOS One ini melibatkan peneliti yang mengambil sampel mulut dari 160 ibu dan anak-anak mereka dari tahun 2017 hingga 2020. Sampel dikumpulkan selama delapan kunjungan, yang dilakukan selama kehamilan, saat kelahiran, dan kemudian hingga anak berusia 2 tahun. Para ilmuwan mengurutkan genom organisme dalam sampel untuk menentukan keberadaan ragi pemicu gigi berlubang tertentu yang dikenal sebagai Candida albicans.
Meskipun terdapat di mulut banyak bayi yang sehat, penelitian telah menunjukkan bahwa kadar C. albicans yang lebih tinggi dapat berperan dalam kerusakan gigi pada anak usia dini. Kondisi ini yang dikenal sebagai karies anak usia dini yang parah. Karies adalah pembusukan atau perusakan pada tulang atau gigi.
Selain itu, C. albicans juga dapat menyebabkan infeksi mulut yang dikenal sebagai sariawan oral.
Dengan membandingkan jumlah C. albicans di mulut ibu dan bayi, para ilmuwan menentukan adanya hubungan yang kuat antara ibu dengan penumpukan plak gigi dan bayi dengan C. albicans. Data tersebut menunjukkan bahwa ibu dengan akumulasi plak gigi yang besar delapan kali lebih mungkin menularkan ragi tersebut kepada bayi mereka daripada ibu dengan lebih sedikit plak pada gigi mereka.
Terutama, 94 persen ibu dan anak dengan C. albicans di mulut mereka membawa strain yang sangat terkait secara genetik, yang menunjukkan bahwa ibu berperan dalam menularkan jamur tersebut kepada anak-anak mereka. Meskipun para ilmuwan tidak yakin apakah ragi tersebut ditularkan dari ibu ke bayi, penulis penelitian tersebut menyarankan bahwa bayi mungkin terpapar selama persalinan, kontak kulit ke kulit, atau saat menyusui.
Para ilmuwan mencatat bahwa diperlukan lebih banyak penelitian untuk menentukan kapan harus melakukan intervensi khusus untuk mencegah timbulnya karies pada anak usia dini. Tapi sementara itu, penulis penelitian menyarankan agar calon ibu berupaya lebih keras untuk menjaga kesehatan mulut yang lebih baik. Mereka juga menganjurkan agar lebih banyak edukasi dan penekanan diberikan pada pentingnya kesehatan mulut selama pemeriksaan pranatal.
dr. Virmala menambahkan, orangtua, pengasuh, nenek, atau orang-orang terdekat bayi bisa menularkan kuman-kuman yang ada di gigi berlubang ke bayi. Padahal, bayi belum memiliki daya tahan tubuh yang cukup baik, Ma.