Para ahli bilang, apa yang dilakukan Jiankui itu bukan hal baru. Pemotongan DNA adalah sains yang sangat mungkin dilakukan namun tidak etis dipraktekan pada sel telur, sel sperma, atau embrio.
Rekayasa genetika yang berlaku adalah upaya untuk memperbaiki hal yang salah, misalnya, memperbaiki kondisi seseorang yang mengalami penyakit karena kelainan genetika.
Menurut Feng Zhang, peneliti dari MIT Broad Institute, rekayasa genetika bisa membahayakan kelangsungan masa depan manusia.
"Melakukan praktek rekayasa genetika sangat berbahaya. Selain risiko kesalahannya yang tinggi, ada risiko etik yang tidak mudah dipertanggungjawabkan," komentar Zhang.
Rekayasa embrio, menurut Zhang akan bersifat permanen. Jika DNA direkayasa bisa saja terjadi kesalahan yang mungkin diturunkan ke generasi selanjutnya dan mengancam keberadaan manusia di bumi.
Jiankui memanfaatkan teknologi genetika yang disebut CRISPR-Cas9. Teknologi itu memungkinkan orang memotong sebuah rantai DNA yang buruk dan kemudian menyambungkan sisa rantai lainnya.