Mengacu pada ketentuan Permenkes No. 12 Tahun 2017, bayi sangat ditekankan untuk mendapat beberapa imunisasi tambahan di luar lima vaksin wajib di atas.
Jenis vaksin pilihan juga bisa diberikan pada anak-anak hingga orang dewasa seusai dengan kebutuhan dan kondisi.
Berikut beberapa diantaranya:
Vaksin MMR bertujuan untuk mencegah penyakit campak (Measles), gondongan (Mumps), dan Rubela (campak Jerman).
Vaksin ini umumnya diberikan saat anak berusia 12-18 bulan. Namun jika anak sudah pernah vaksin campak dan punya riwayat terkena salah satu penyakit di atas sebelumnya, ia tetap perlu mendapatkan vaksin MMR.
Vaksin ini juga direkomendasikan bagi anak yang memiliki penyakit kronis seperti kistik fibrosis, kelainan jantung bawaan, kelainan ginjal bawaan, serta sindrom down.
Vaksin tifoid bertujuan mencegah infeksi bakteri Salmonella typhii yang merupakan penyebab penyakit tifus. Vaksin ini bisa diberikan saat anak berusia 24 bulan.
Perlu dicatat bahwa kemampuan vaksin tifoid untuk melindungi anak dari tipes kurang lebih hanya sekitar 50-80% saja. Itu kenapa vaksin ini sebaiknya diulang setiap 3 tahun sekali.
Namun, orangtua juga tetap perlu untuk memilah-milih makanan yang sehat serta memastika kebersihan diri anak dan kualitas sanitasi di tempat tinggal.
Vaksin rotavirus berfungsi mencegah infeksi rotavirus yang bisa mengakibatkan diare kronis. Ada 2 jenis vaksin rotavirus, yakni vaksin monovalent dan pentavalent.
Kedua jenis vaksin tersebut bisa diberikan secara oral, dengan jadwal pemberian yang berbeda. Vaksin monovalent diberikan 2 kali saat anak berusia 6-12 minggu, dengan jarak waktu pemberian selama 8 minggu.
Sementara vaksin pentavalent diberikan 3 kali, mulai saat anak berusia 2 bulan dengan jarak waktu pemberian per 4-10 minggu.
Vaksin pentavalent terakhir maksimal diberikan saat anak berusia 8 bulan. Rangkaian vaksin rotavirus sebaiknya sudah selesai dilengkapi semua saat anak menginjak usia 24 bulan.
Vaksin PCV adalah imunisasi untuk melindungi anak dari infeksi bakteri pneumokokus. Infeksi bakteri tersebut dapat menyebabkan penyakit pneumonia, meningitis, dan infeksi telinga.
Vaksin ini bisa diberikan pada anak mulai usia 7-12 bulan sebanyak 2 kali dengan jarak 2 bulan. Jika diberikan pada anak yang sudah berusia di atas 2 tahun, PCV cukup diberikan sebanyak 1 kali.
Vaksin varicella (Varivax) adalah imunisasi rutin untuk mencegah cacar air. Vaksin ini biasanya diberikan sebanyak 2 kali, yang pertama pada rentang usia 12-15 bulan sebelum masuk sekolah dasar.
Imunisasi yang kedua kalinya kemudian diberikan saat anak berusia 4-6 tahun. Vaksin cacar juga bisa diberikan pada orang dewasa yang belum pernah kena cacar air sebelumnya.
Perlu dipahami bahwa vaksin ini tidak menjamin sepenuhnya anak akan kebal dari cacar air sama sekali. Namun, setidaknya imunisasi bisa menurunkan keparahan gejala penyakitnya.
Sebab jika anak tidak mendapatkan vaksin sama sekali, risiko komplikasi cacar air justru akan semakin tinggi.
Vaksin influenza idealnya diberikan saat anak minimal sudah berumur 6 bulan. Berbeda dengan jenis vaksin lainnya yang hanya diberikan sesuai jadwal, vaksin influenza tidak demikian.
Vaksin influenza boleh didapatkan kapan saja. Pemberian vaksin ini juga sebaiknya diulang kembali setiap tahun untuk mencegah anak terkena flu.
Hepatitis A adalah infeksi virus yang menyebar melalui makanan maupun feses penderitanya. Penyakit hepatitis A bisa menyerang siapa saja, termasuk anak-anak.
Itu sebabnya pemberian vaksin hepatitis A harus dilakukan sedini mungkin, tepatnya saat usia anak sudah menginjak 2 tahun. Pemberian vaksin ini biasanya dilakukan 2 kali dengan jarak 6-12 bulan sekali.
Namun, bisa juga didapatkan 2-3 kali per 6-12 bulan bagi anak yang sudah berusia lebih dari 2 tahun. Bagi anak yang lebih tua dan orang dewasa, vaksin ini bisa diulang setiap 10 tahun sekali.
Efektivitas vaksin akan mulai bekerja sekitar 15 hari setelah didapatkan dan akan bertahan selama kurang lebih 20-50 tahun.
Nah, itulah ulasan dan daftar lengkap seputar jenis imunisasi pada bayi baru lahir.
Semoga bermanfaat!