Ilustrasi - Pixabay/Engin_Akyurt
Bayi yang baru lahir dapat merasakan sakit meski ia belum dapat mengungkapkan perasaannya dengan kata-kata. Sebuah studi baru yang dipimpin oleh para peneliti di UCL dan York University, Kanada, menunjukkan bahwa kontak skin to skin dari orangtua mengurangi seberapa kuat bayi merespon terhadap suntikan dan prosedur medis yang menyakitkan.
Tim peneliti menemukan bahwa ada lebih banyak aktivitas otak pada bayi baru lahir yang bereaksi terhadap rasa sakit, saat orangtua menggendongnya ketika mereka mengenakan pakaian daripada saat tidak.
Mereka mengamati 27 bayi cukup bulan dan bayi prematur yang berusia antara 0-96 hari. Tim peneliti memantau tanggapan mereka terhadap 'tombak tumit' tradisional yang merupakan tes darah yang dilakukan dengan menusuk tumit bayi untuk menguji berbagai hal, termasuk kemampuan pembekuan.
Mereka mengukur aktivitas otak dengan elektroda electroencephalography (EEG) yang ditempatkan di kulit kepala mereka di rumah sakit University College London tempat mereka menjadi pasien.
Beberapa bayi digendong oleh ibunya dengan kontak skin to skin (bayi hanya memakai popok dan berbaring di dada ibunya). Sementara yang lain digendong oleh ibunya saat mereka memakai pakaian. Yang lainnya masih berada di tempat tidur bayi atau inkubator dan kebanyakan dibedong.
Lalu para peneliti menemukan bahwa respons awal otak bayi terhadap rasa sakit adalah sama, tombak tumit membawa sekitar empat atau lima gelombang aktivitas otak. Mereka mencatat bahwa gelombang aktivitas tersebut berkorelasi dengan apakah bayi digendong dari kulit ke kulit atau tidak.