Jika Mama curiga bayi menderita silent reflux, penting untuk mendiskusikannya dengan dokter anak. Mereka akan dapat menentukan apakah gejala bayi dapat ditangani dengan perubahan di rumah atau apakah diperlukan intervensi medis.
Strategi berikut mungkin direkomendasikan untuk meringankan gejala pada bayi penderita silent reflux:
- Memberikan makan dalam jumlah kecil namun lebih sering.
Memberi makan bayi dengan silent reflux bisa menjadi tantangan. Bayi yang mendapat ASI dan mengalami silent reflux mungkin mencoba meredakan rasa sakitnya dengan menyusui, yang dapat memperburuk masalah. Bayi yang diberi susu formula dapat menjalani waktu yang lebih lama di antara waktu menyusu. Namun, hal ini juga tidak ideal untuk bayi dengan silent reflux.
Usahakan untuk memberi makan bayi setiap dua hingga tiga jam saat terjaga. Ini mungkin berarti mengurangi takaran susu atau makanan bayi. Makan berlebihan dapat meningkatkan tekanan perut, yang memperburuk gejala silent reflux.
Selain itu, Mama juga bisa menggunakan botol susu dengan dot yang memiliki lubang kecil dan aliran lebih lambat. Carilah botol yang dirancang untuk mengurangi jumlah udara yang masuk ke bayi saat menyusu.
- Menjaga bayi tetap tegak setelah disusui.
Menggendong bayi dalam posisi tegak selama menyusu dan selama 30 menit setelahnya dapat membantu mengurangi gejala reflux. Mendudukkan bayi untuk bermain atau tidur terlalu cepat setelah menyusu meningkatkan kemungkinan gumoh atau mulas.
Hindari meletakkan bayi di car seat atau kursi dan jangan biarkan bayi membungkuk, karena dapat menyebabkan kompresi perut. Posisi tegak dapat membantu mencegah rasa tidak nyaman dan gumoh.
Jangan menunggu sampai selesai menyusui untuk membuat bayi bersendawa. Sebaliknya, Mama dapat membuat bayi bersendawa beberapa kali selama menyusui. Ini akan meminimalkan tekanan lambung dan ketidaknyamanan yang ditimbulkannya.
Jika Mama sedang menyusui, akan sangat membantu jika Mama mengetahui bahwa sejumlah kecil makanan yang Mama konsumsi masuk ke dalam ASI. Sama seperti makanan dan minuman tertentu yang dapat membuat Mama merasa tidak nyaman, hal yang sama juga berlaku untuk bayi yang sedang menyusui. Kafein, cokelat, dan bawang putih dapat memperburuk reflux. Bayi mungkin juga memiliki masalah dengan protein dalam produk susu, kedelai, dan telur.
Jika Mama melihat pola peningkatan kerewelan setelah mengonsumsi makanan tertentu, pertimbangkan untuk menghilangkan makanan tersebut dari diet Mama untuk melihat apakah gejalanya membaik. Ingatlah bahwa makanan tertentu, seperti produk susu, membutuhkan waktu hingga dua minggu untuk keluar dari sistem Mama.
Mama mungkin juga mempertimbangkan untuk mengubah kebiasaan menyusui. Beberapa orang memiliki refleks let-down yang kuat, yang dapat menyebabkan bayi muntah atau tersedak ketika ASI dikeluarkan terlalu cepat.
Demikian pula, pembengkakan payudara dapat menyulitkan bayi untuk menyusu, sehingga menyebabkan mereka menelan lebih banyak udara. Memompa sebentar sebelum menyusui dapat membantu dalam kedua kasus tersebut.