Dilansir dari pharmaceutical-journal.com, ada mekanisme berbeda di balik alergi susu sapi yang dialami bayi, berdasarkan bagaimana sistem imun tubuh bayi bereaksi terhadap susu sapi, yaitu mediasi IgE (mediasi antibodi) dan mediasi non-IgE (mediasi non-antibodi).
Reaksi mediasi IgE
Gejala mediasi IgE alergi susu sapi dapat terjadi hanya dalam waktu beberapa menit setelah bayi mencerna protein susu sapi. Terjadinya karena protein susu (alergen) berikatan dengan IgE spesifik susu pada permukaan sel mast (yang terdapat pada kulit dan darah) yang mengenali protein susu sebagai 'ancaman'.
Biasanya dampaknya terlihat berupa ruam yang dikenal sebagai urticaria, pembengkakan pada bibir dan kelopak mata, muntah dan pening.
Reaksi mediasi non-IgE
Reaksi mediasi non-IgE lebih sulit karena tidak ada gejala temporer yang muncul. Gejala-gejalanya juga muncul pada anak yang tidak memiliki bawaan alergi susu.
Reaksi mediasi non-IgE alergi susu sapi terjadi dalam hitungan beberapa jam hingga 72 jam setelah bayi mencerna protein susu sapi. Dampaknya biasanya terlihat dari gejala-gejala yang berhubungan dengan kulit dan usus. Gejalanya semakin meningkat seiring dengan meningkatnya paparan alergen. Oleh karena itu, gejalanya seringkali baru tampak jelas setelah 'menumpuk' dalam periode waktu tertentu.
Meskipun begitu, penyebab alergi susu sapi bisa jadi berbeda-beda pada tiap bayi. Untuk memastikannya, bayi harus melalui tes alergi agar dokter dapat menentukan jenis pantangan apa saja yang tepat.