Terlahirnya prematur membuat bayi kehilangan kesempatan mendapatkan dukungan nutrisi, oksigen, stimulasi, kekebalan, dan kehangatan dari ibunya lebih lama. Karena itu, perawatan NICU diperlukan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Di sisi lain, Mama harus berpisah untuk sementara dengan si Kecil.
Bila Mama harus berpisah untuk sementara waktu, lalu bagaimana dengan pemberian ASI? Padahal seperti yang Mama ketahui, ASI adalah sumber makanan utama untuk bayi berusia di bawah 6 bulan.
ASI tidak hanya menjadi sumber nutrisi namun juga sumber faktor kekebalan tubuh dan pertumbuhan bagi bayi prematur. Faktanya, tidak semua bayi prematur dapat langsung menyusu ASI dari ibunya. Proses menyusui membutuhkan refleks mengisap, menelan, serta bernapas yang berkordinasi dengan baik.
Bayi prematur yang lahir dengan usia kehamilan lebih dari 36 minggu sudah memiliki refleks tersebut. Sedangkan bayi prematur yang lebih muda, selain koordinasi refleks mengisap-menelannya belum berkembang sempurna, kemampuan mencernanya juga belum sempurna, Ma.
Maka, diperlukan strategi pemberian ASI untuk bayi prematur yang refleksnya belum berkembang dengan sempurna.
Strategi dilaksanakan saat sang bayi prematur mulai stabil sistem napas dan sirkulasi darahnya. ASI diberikan sedini mungkin, ungkap dr. Toto Wisnu Hendrarto, Sp.A(K), DTM&H di laman IDAI. Pada fase ini pemberian ASI belum untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuhnya, melainkan bertujuan untuk merangsang fungsi ususnya yang masih prematur.
ASI merupakan satu-satunya pilihan yang paling aman, karena nutrisi selain ASI akan meningkatkan risiko terjadinya gangguan usus yang disebut sebagai entero kolitis nekrotikans (EKN). Gangguan usus ini bisa berakibat fatal bagi bayi prematur.
Pemberian ASI secara dini tidak memerlukan jumlah yang banyak, yakni dimulai dari 10 mL per kg berat badan per hari. Lalu ditingkatkan sesuai toleransinya sampai mencapai 25 mL per kg berat badan per hari. Setelah mencapai volume tersebut, apabila toleransinya baik, baru ASI diberikan untuk kebutuhan nutrisi secara bertahap hingga mencapai volume sekitar 150 mL per kg berat badan.