Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Pexels/Vidal Balileo Jr
Pexels/Vidal Balileo Jr

Intinya sih...

  • Bayi lahir sebelum usia kehamilan 39 minggu berisiko alami ADHD

  • Korelasi antara kelahiran prematur dan ADHD diungkap dalam studi

  • Perkembangan otak dan faktor risiko ADHD pada bayi yang lahir lebih awal

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Setiap ibu hamil pasti berharap untuk melahirkan sesuai hari perkiraan lahir. Bila bayi lahir sebelum waktunya atau prematur, ada banyak risiko karena organ-organ tubuhnya belum berkembang dengan sempurna.

Selain itu, menurut sebuah studi, bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 39 minggu lebih mungkin mengalami gejala gangguan pemusatan perhatian/hiperaktivitas (ADHD) di kemudian hari. Namun, hubungan antara kelahiran prematur dan gejala ADHD tidak berarti bayi pasti akan mengalami gangguan tersebut.

Pada ulasan berikut ini, Popmama.com sudah merangkum informasi tentang studi yang mengungkapkan bahwa bayi yang lahir sebelum usia 39 minggu berisiko mengalami ADHD.

Pexels/Jonathan Borba

Studi Ungkap Bayi yang Lahir sebelum Usia 39 Minggu Berisiko Mengalami ADHD

Sebuah tim dari Rutgers Robert Wood Johnson Medical School mengamati bayi yang lahir antara usia kehamilan 37 dan 41 minggu. Di antara mereka, bayi yang lahir sebelum usia kehamilan 39 minggu (dianggap "prematur") lebih mungkin mengalami gejala ADHD pada usia 9 tahun. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan hubungan antara ADHD dan anak-anak yang lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.

Studi yang dimuat dalam Journal of Pediatrics ini menggunakan laporan dari guru, orangtua, dan dokter. Hal ini memberi para peneliti gambaran yang lebih baik tentang perilaku dalam berbagai situasi, yang dapat membantu dalam diagnosis.

Pexels/Foden Nguyen

Mengamati Korelasi antara Kelahiran Prematur dan ADHD

Tim Dr. Reichman mengevaluasi gejala ADHD yang dilaporkan pada sekitar 1.400 anak sejak lahir hingga usia 9 tahun. Anak-anak tersebut merupakan bagian dari studi, yang mengambil sampel acak kelahiran di 75 rumah sakit di 20 kota di Amerika Serikat antara tahun 1998 dan 2000.

Anak-anak yang lahir antara usia kehamilan 37 dan 38 minggu memiliki skor yang lebih tinggi pada skala perilaku yang dinilai oleh guru dibandingkan dengan mereka yang lahir antara usia kehamilan 39 dan 41 minggu.

Bayi dianggap lahir cukup bulan setelah usia kehamilan 37 minggu, sedangkan persalinan sebelum usia kehamilan 37 minggu dianggap prematur.

Pada usia kehamilan 37 minggu, kehamilan dianggap cukup bulan (secara teknis cukup bulan, tetapi masih dalam tahap awal). Pada usia kehamilan 41 minggu, kehamilan dianggap cukup bulan. Pada usia kehamilan 42 minggu, kehamilan dianggap cukup bulan.

Kesimpulan penting: Para peneliti menemukan korelasi antara semakin lama seorang bayi berada di dalam rahim dan potensi risiko gejala ADHD yang lebih rendah. Setiap minggu usia kehamilan saat cukup bulan dikaitkan dengan skor hiperaktivitas 6% lebih rendah dan skor ADHD serta masalah kognitif atau kurang perhatian 5% lebih rendah.

Lahir pada usia kehamilan 37 hingga 38 minggu dikaitkan dengan skor hiperaktivitas 23% lebih tinggi dan skor ADHD 17% lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang lahir pada usia kehamilan 39 hingga 41 minggu.

Temuan ini menambah bukti yang semakin banyak yang mendukung rekomendasi saat ini untuk menunda persalinan elektif hingga setidaknya 39 minggu dan menunjukkan bahwa skrining rutin untuk gejala ADHD penting bagi anak-anak yang lahir pada usia kehamilan 37 hingga 38 minggu.

Pexels/Kampus Production

Memahami ADHD

Apa yang membuat anak-anak pada usia kehamilan lebih muda berisiko lebih tinggi terkena ADHD? Menurut tim peneliti, hal itu disebabkan oleh perkembangan otak. Artinya, bayi yang berada di awal masa kehamilan cukup bulan mungkin melewatkan perkembangan otak tahap akhir, sementara mereka yang berada di masa kehamilan lebih lama mendapatkan manfaat dari waktu perkembangan yang lebih lama.

Peningkatan risiko ini kemungkinan terkait dengan berkurangnya waktu perkembangan otak ketika minggu-minggu terakhir dalam kandungan terlewatkan, meskipun kita juga tahu bahwa perkembangan ADHD memiliki banyak faktor yang terkait.

Pexels/Kampus Production

Apa Penyebab ADHD?

Para peneliti menemukan korelasi, tetapi penting juga untuk dicatat bahwa ADHD tidak memiliki satu penyebab spesifik. Riwayat keluarga, predisposisi genetik, faktor-faktor yang memengaruhi perkembangan otak dalam kandungan termasuk usia kehamilan dan paparan ibu selama kehamilan, ditambah paparan lingkungan di masa kanak-kanak dan banyak lagi, semuanya dapat berperan.

Mekanisme perkembangan ADHD mungkin sama pada anak-anak yang lahir lebih awal dibandingkan dengan mereka yang lahir lebih lambat yang tetap mengalami gangguan tersebut. Kemungkinan besar ada kombinasi beberapa faktor yang menyebabkan ADHD. Namun, risikonya mungkin lebih rendah ketika seorang anak lahir pada usia kehamilan yang lebih tinggi.

Setiap minggu usia kehamilan itu penting, setidaknya hingga 39 minggu.

Apa yang harus Mama lakukan jika si Kecil lahir lebih awal, atau diperkirakan akan lahir lebih awal? Lakukan skrining pada bayi secara teratur, dan ketahui apa yang harus diwaspadai.

Pexels/The Craft Wonde

Gejala ADHD

Menurut Institut Kesehatan Mental Nasional, gejala ADHD dapat meliputi:

  • Kurang perhatian, termasuk melewatkan detail dan membuat kesalahan

  • Kesulitan mempertahankan perhatian

  • Tidak tampak mendengarkan ketika diajak bicara langsung

  • Kesulitan mengikuti instruksi atau menyelesaikan tugas

  • Kesulitan mengatur tugas dan aktivitas

  • Menghindari tugas yang membutuhkan upaya mental berkelanjutan

  • Salah meletakkan benda yang diperlukan untuk tugas atau aktivitas

  • Mudah teralihkan

  • Gelisah dan menggeliat saat duduk, atau meninggalkan tempat duduk saat diharapkan untuk tetap duduk

  • Berlari, berlari cepat, atau memanjat pada waktu yang tidak tepat

  • Kesulitan melakukan hobi atau bermain dengan tenang

  • Terus bergerak atau berpindah-pindah

  • Berbicara berlebihan

  • Bertanya sebelum ditanya atau berbicara tanpa menunggu giliran

  • Menyela orang lain

Gejala ADHD dapat muncul sejak usia 3 hingga 6 tahun. Gejalanya juga dapat berubah seiring waktu.

Pexels/nappy

ADHD: yang Perlu Diwaspadai

Orangtua perlu mengetahui bahwa ada tiga bentuk ADHD yang berbeda, yaitu kurang perhatian, hiperaktif, dan kombinasi keduanya.

Sangat penting bagi orangtua untuk memahami perbedaan bentuk-bentuk ini, karena gejala dan diagnosis ADHD pada setiap anak mungkin berbeda.

Untuk menentukan apakah si Kecil menderita ADHD, hubungi dokter spesialis anak, psikolog klinis, atau psikiater. Mereka semua terlatih dalam asesmen dan diagnosis ADHD.

Orangtua mungkin perlu berkonsultasi dengan neuropsikolog untuk lebih memahami tentang fungsi eksekutif atau bagaimana gejala ADHD anak dapat memengaruhi pembelajaran atau interaksi sosial mereka.

Obat biasanya merupakan cara tercepat untuk mengurangi gejala, tetapi itu tidak berarti pendekatannya seragam, atau sesuatu yang dibutuhkan setiap anak dengan ADHD.

Rutinitas yang konsisten dan pujian untuk perilaku yang tepat juga dapat bermanfaat. Pelatihan Manajemen Orangtua dapat membantu orang dewasa mempelajari keterampilan untuk membantu anak mereka.

Jika seorang anak juga mengalami beberapa masalah kecemasan yang mendasarinya atau mengalami kesulitan dalam pengambilan keputusan, mereka dapat memperoleh manfaat dari terapi perilaku kognitif.

Jika bayi lahir prematur atau mungkin lahir prematur, bukan berarti mereka akan menderita ADHD.

Perawatan medis dan teknologi kami untuk mendukung bayi prematur sangat baik saat ini, begitu pula perawatan untuk mendukung kebutuhan bayi prematur saat mereka tumbuh dewasa.

Itu penjelasan tentang studi yang mengungkapkan bahwa bayi yang lahir sebelum usia 39 minggu berisiko mengalami ADHD. Diskusikan dengan dokter jika Mama memiliki kekhawatiran, ya.

Editorial Team