6 Fakta Penting tentang Sindrom Rubella Kongenital pada Bayi

Sindrom ini akan menyebabkan beberapa kecacatan. Waspada ya, Ma!

24 September 2018

6 Fakta Penting tentang Sindrom Rubella Kongenital Bayi
Freepik/onlyyouqj

Rubella tentu menjadi salah satu masalah kesehatan yang paling ditakuti para ibu hamil. Bagaimana tidak, jika ibu hamil terinfeksi virus rubella, maka besar kemungkinan akan terjadi kecacatan atau keguguran pada janin yang dikandungnya. Masalah serius ini dikenal juga dengan sindrom rubella kongenital atau SRK. Beberapa orang juga lebih familiar dengan istilah campak Jerman, sama saja kok, Ma.

Menurut Kementerian Kesehatan RI, angka infeksi rubella di Indonesia terbilang tinggi. Menurut data Kemenkes, jumlah total kasus suspek rubella yang dilaporkan antara tahun 2014 sampai dengan Juli 2018 kemarin adalah 5.737 kasus positif rubella. Tidak heran kalau WHO tahun 2015 menyebutkan Indonesia termasuk dalam 10 negara dengan jumlah kasus campak rubela terbesar di dunia.

Dampak negatif dari infeksi campak rubella begitu besar bagi kesehatan ibu dan anak, padahal masalah ini bisa dicegah dengan vaksin MR lho, Ma. Masih banyak lagi informasi penting yang perlu Mama ketahui tentang rubella. Penasaran? Simak info di bawah ini, Ma.

1. Lebih sering menyerang anak

1. Lebih sering menyerang anak
Frepik/A3pfamily

“Lebih dari tiga per empat dari total kasus yang dilaporkan, baik campak (89 persen) maupun rubella (77 persen) diderita oleh anak usia di bawah 15 tahun,” ujar Dirjen P2P Kemenkes RI, Anung Sugihantono (23/8/18).

Sebenarnya rubella adalah penyakit akut dan ringan, yang bisa menginfeksi semua orang, entah itu dewasa, remaja, anak, atau bahkan janin. Namun ini lebih sering menginfeksi anak dan dewasa muda yang belum memiliki kekebalan terhadap campak dan rubella. Maka tidak ada alasan untuk tidak memberikan vaksin MR, Ma!

2. Sangat menular

2. Sangat menular
Freepik/Phduet

Menurut Kemenkes, campak dan rubella adalah contoh penyakit infeksi virus campak dan rubella, yang sangat menular. Ini biasanya menular melalui saluran napas. Anak-anak dan orang dewasa yang belum pernah diimunisasi rubella, atau yang belum pernah mengalami penyakit rubella, memiliki risiko tinggi tertular penyakit ini.

Editors' Pick

3. Menyebabkan anak cacat permanen

3. Menyebabkan anak cacat permanen
Freepik/Shutter2u

Bila virus rubella menulari ibu hamil pada trimester pertama (awal kehamilan), maka dapat menyebabkan bayi lahir dalam keadaan cacat permanen. Lebih fatalnya lagi, infeksi rubella bisa mengakibatkan keguguran.

Menurut Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), jika infeksi rubella terjadi di bulan pertama kehamilan, maka risiko janin terkena rubella adalah 43 persen. Risiko meningkat menjadi 51 persen jika infeksi terjadi pada 3 bulan pertama kehamilan (ini bisa terjadi keguguran atau bayi lahir mati).

Jika bayi lahir cacat akibat ibu terinfeksi rubella, maka inilah yang disebut sindrom rubella kongenital. Kecacatan ini bisa meliputi:

-Kelainan jantung

-Kelainan mata

-Tuli

-Otak anak mengecil

-Terlambat berkembang

-Gangguan penglihatan

4. Sering terjadi di Indonesia

4. Sering terjadi Indonesia
Freepik/dragana_gordic

Walau pemerintah Indonesia sudah mengkampanyekan dan melaksanakan pemberian imunisasi MR secara rutin, namun hingga saat ini angka infeksi rubella masih tinggi. Menurut Kemenkes, data dari 12 rumah sakit yang menjadi sentinel pemantauan kasus sindrom rubella kongenital selama 5 tahun terakhir (sampai dengan Juli 2018) telah menemukan 1.660 kasus suspek SRK.

Berdasarkan data Kemenkes, ini angka infeksi rubella dari tahun ke tahun:

2014: 906 positif rubella

2015: 1.474 positif rubella

2016: 1.341 positif rubella

2017: 1.284 positif rubella

2018: 732 positif rubella (data sampai dengan Juli 2018)

5. Sindrom rubella kongenital tidak bisa diobati

5. Sindrom rubella kongenital tidak bisa diobati
Freepik/spukkato

Menurut IDAI, tidak ada pengobatan yang spesifik untuk virus rubella. Tim medis hanya bisa memberikan terapi untuk memperbaiki kelainan yang ditimbulkan (akibat anak lahir cacat). Sebagai contoh, jika anak terlahir dengan katarak atau kelainan jantung bawaan, maka dilakukan operasi.

Bagaimana dengan anak yang mengalami keterlambatan perkembangan yang sering menyertai SRK? IDAI menyarankan untuk melakukan berbagai macam terapi, seperi fisioterapi, terapi wicara, terapi okupasi, dan lainnya. Selain itu, biasanya anak juga membutuhkan sekolah khusus.

6. Bisa dicegah dengan vaksin MR

6. Bisa dicegah vaksin MR
Freepik/comzeal

Walau tidak bisa diobati, namun infeksi rubella ini bisa dicegah dengan pemberian vaksin MR. Vaksin MR (measles & rubella) adalah satu vaksin yang bisa mencegah dua penyakit sekaligus: campak (measles) dan rubella.

Menurut IDAI, vaksin ini telah dipakai lebih dari 40 tahun, dan telah terbukti efektif. Satu dosis vaksin bisa memberikan perlindungan sebesar 95 persen selama hidup, sama dengan kekebalan yang disebabkan infeksi alamiah.

Vaksin ini juga aman dan halal. Mengutip lama Kemenkes, “Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan Fatwa Nomor 33 tahun 2018 yang menyatakan bahwa para ulama sepakat untuk membolehkan (mubah) penggunaan vaksin Measles Rubella (MR) yang merupakan produk dari Serum Institute of India (SII) untuk program imunisasi saat ini.”

Masih ragu dengan vaksin MR? Ingat, lebih baik mencegah daripada memberikan terapi untuk kecacatan anak lho, Ma!

The Latest