Sedih, Vanessa Angel Harus Tinggalkan Bayinya karena Masuk Lapas

Rencananya suami akan bolak-balik ke rutan untuk mengambil ASI dari Vanessa Angel

19 November 2020

Sedih, Vanessa Angel Harus Tinggalkan Bayi karena Masuk Lapas
Instagram.com/vanessaangelofficial

Aktris sinetron, Vanessa Angel telah resmi ditahan di Lembaga Permasyarakatan (Lapas) Perempuan Kelas II A Pondok Bambu, Jakarta Timur, atas kasus kepemilikian narkoba (psikotropika) jenis Xanax.

Mengingat putusan hukuman 3 bulan penjara oleh majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Barat, Vanessa harus rela berpisah dengan bayinya, Gala Sky Andriyansyah yang baru berusia tiga bulan untuk dirawat oleh suaminya, Bibi.

Dalam hal ini, Vanessa mengaku telah ikhlas meskipun sedih karena harus meninggalkan bayinya. Seperti apa momen Vanessa ketika akan berpisah dengan bayinya? Berikut rangkuman Popmama.com dari berbagai sumber yang bisa Mama simak.

1. Kesedihan dan pesan Vanessa kepada Gala sebelum berpisah

1. Kesedihan pesan Vanessa kepada Gala sebelum berpisah
Instagram.com/vanessaangelofficial

Hal yang paling menyedihkan bagi seorang ibu adalah berpisah dengan bayinya untuk alasan apa pun. Perasaan inilah yang tengah berkecamuk dalam diri Vanessa terhadap Gala.

Bersama dengan suami, ayah, ibu mertua, dan Gala, Vanessa berangkat ke Lapas Pondok Bambu. Diketahui, momen terakhir Vanessa dengan Gala terjadi di dalam mobil.

Diceritakan oleh ibu mertua, Dewi Zulianti, bahwa Vanessa sempat mengajak Gala berbincang dan memberinya pesan sebelum berpisah.

"Selamat berpisah untuk sementara Gala. Baik-baik ya, Nak. Sehat selalu, Mama selalu sayang sama kamu," ucap Dewi meniru perkataan Vanessa.

Dewi juga mengungkapkan kalau Gala rewel sejak semalam sehingga Vanessa merasa tidak tega meninggalkannya. Ia menduga hal itu terjadi akibat pengaruh dari stres yang dialami Vanessa jelang penyerahan dirinya ke Lapas Pondok Bambu.

Tak ada kata yang terucap langsung dari mulut Vannesa. Ia tampak lebih banyak berkomunikasi dengan Bibi.

Meskipun begitu, kuasa hukum Vanessa Angel, Toddy Laga Buana, menyatakan bahwa kliennya sudah siap dan ikhlas menerima apa yang telah diputuskan untuknya.

Editors' Pick

2. Bibi dan keluarga yang akan merawat Gala ketika Vanessa tidak ada

2. Bibi keluarga akan merawat Gala ketika Vanessa tidak ada
Instagram.com/vanessaangelofficial

Selama Vanessa Angel berada di dalam penjara, Gala akan diasuh oleh Bibi. Ia berjanji akan menjaga Gala sampai Vanessa Angel bebas. Walau merasa bingung, tapi Bibi harus siap dengan kenyataan harus mengurus anaknya tanpa Vanessa untuk sementara.

"Ya bingung juga, sih. Siap tidak siap, harus siap. Pesan Vaness, Gala harus selalu sama gue. Terima kasih buat teman, saudara, kerabat mau untuk Galanya dititipin. Maaf banget, Gala tetap sama aku untuk urusin, ada ayah ku juga dan ada mertua juga yang akan sering ke rumah," tegas Bibi.

Sambil menggendong Gala, Dewi juga mengatakan bahwa dirinya akan sering datang untuk menengok cucunya tersebut.

Selain itu, Vanessa juga meminta kepada sang ayah, Doddy, untuk ikut memantau perkembangan Gala.

Meski sudah memberikan susu formula, Vanessa tetap berusaha memberikan ASI untuk Gala. Rencananya, Bibi akan rutin ke Lapas Pondok Bambu untuk mengambil ASI dari istrinya.

Terkait situasi pandemi yang masih berlangsung, Vanessa tidak dapat dijenguk sehingga hanya bisa mengambil hasil ASI perah saja. Saat ini, yang bisa Bibi lakukan hanya menjaga Gala agar tetap sehat sampai Vanessa bebas nanti.

3. Bayi dan balita kerap mengalami separation anxiety saat berpisah dengan orangtuanya

3. Bayi balita kerap mengalami separation anxiety saat berpisah orangtuanya
Freepik
ilustrasi

Bayi dan balita kerap mengalami separation anxiety atau kecemasan berpisah saat jauh dari orangtuanya. Kecemasan akan perpisahan ini adalah bagian yang normal dari perkembangan.

Menurut Ross A. Thompson, Ph.D., seorang profesor psikologi di University of Nebraska, di Lincoln, ini merupakan indikasi bahwa seorang anak terikat pada orangtuanya.

Pada akhirnya, akan menimbulkan rasa aman yang kuat untuk membantu bayi belajar menjadi balita mandiri.

Jessica Mercer Young, Ph.D., seorang ilmuwan penelitian di Education Development Center di Newton, Massachusetts, menambahkan bahwa waktu dan intensitas kecemasan akan perpisahan mungkin berbeda untuk setiap anak.

Tergantung temperamen bayi serta faktor pendukung lainnya, seperti ada atau tidak adanya pengasuh.

4. Separation anxiety yang terjadi pada bayi dan balita berdasarkan usianya

4. Separation anxiety terjadi bayi balita berdasarkan usianya
Pexels.com/Pixabay

Separation anxiety bisa terjadi sejak usia bayi melewati beberapa bulan pertama kehidupan.

Pada usia 3-6 bulan, bayi mungkin merasa agak aneh ketika diajak bicara atau digendong oleh orang yang tidak mereka kenal.

Itu karena, memasuki usia tiga bulan, indra bayi, seperti penglihatan, pendengaran, penciuman, dan sentuhan telah berkembang pada tahap di mana ia mengetahui perbedaan antara orangtua, pengasuh utama, dan orang lain.

Bayi mama tahu seperti apa penampilan, nada suara, serta bagaimana orangtua menyentuh dan memeluknya sehingga kehadiran orang asing membuatnya merasa tidak aman.

Beberapa bayi bereaksi lebih kuat terhadap orang baru. Ini tergantung seberapa sensitif mereka. Juga termasuk apakah bayi hanya bersama orangtuanya pada bulan-bulan pertama kehidupan atau pernah berinteraksi dengan orang lain.

Antara usia 4-7 bulan, bayi mulai menyadari bahwa banyak hal dan orang itu ada bahkan ketika mereka tidak terlihat. Misalnya, ketika bayi tidak melihat Mama atau Papa, itu berarti mereka menganggapnya telah pergi.

Namun, bayi pada usia ini belum memahami konsep waktu. Mereka tidak tahu bahwa Mama akan kembali sehingga merasa kacau karena tidak hadirnya orangtua. Ini akan membuat bayi menangis sampai Mama berada di dekatnya lagi.

Sebagian besar bayi mengembangkan kecemasan akan perpisahan yang lebih kuat pada usia sekitar 9 bulan.

Meskipun begitu, banyak pula balita yang melewatkan kecemasan perpisahan saat masih bayi dan mulai menunjukkannya pada usia 15-18 bulan. Dan perpisahan pun menjadi lebih sulit ketika mereka lapar, lelah, atau sakit, di mana sebagian besar terjadi pada masa balita. Saat anak-anak mengembangkan kemandirian selama masa balita, mereka mungkin menjadi lebih sadar akan perpisahan. Perilaku mereka saat berpisah akan menjadi keras, menangis, dan sulit dihentikan.

Untuk usia 2-4 tahun, perpisahan dengan orangtua menjadi kurang sensitif. Tapi, itu tergantung banyak hal, seperti keberanian, rasa sensitif, pengalaman masa lalu anak, serta pengasuhan orangtuanya (tenang atau cemas) secara umum.

Walaupun semakin tua usia anak, semakin sedikit rasa cemas ketika ditinggal orangtuanya, tapi ada pula sebagian dari mereka yang mengalami kecemasan perpisahan lebih kuat. Terutama ketika berada di lingkungan baru atau bertemu banyak anak lainnya.

Sebab, anak-anak pada usia ini membutuhkan waktu untuk beradaptasi dengan situasi baru.

5. Tips bersiap menghadapi separation anxiety pada anak mama

5. Tips bersiap menghadapi separation anxiety anak mama
Freepik/Prostooleh

Separation anxiety tidak mungkin dihindari, karena itu Mama bisa menyimak beberapa tips berikut ini untuk menghadapinya.

1. Saat berpisah, berikan perhatian penuh pada anak, tunjukkan rasa cinta, dan kasih sayang. Kemudian, ucapkan selamat tinggal dengan cepat meskipun ia menangis agar Mama tetap tinggal.

2. Hindari menyelinap keluar atau pergi secara diam-diam tanpa pamit saat anak sedang melakukan aktivitas.

Young menyebut ini adalah kesalahan besar yang membuat anak secara tiba-tiba menjadi cemas atau kesal karena tidak mendapat kesempatan untuk mengucapkan selamat tinggal atau memberikan ciuman perpisahan.

3. Kepercayaan dan kemandirian anak terkait kemampuannya untuk hidup jauh dari orangtua akan terbangun kokoh ketika Mama selalu menepati janji untuk kembali.

4. Katakan secara spesifik yang dipahami anak-anak. Contohnya, ketika membahas waktu pulang mama.

Apabila akan pulang pukul 19.00 WIB, katakan kepada anak bahwa Mama tiba di rumah saat makan malam. Tentukan waktu yang mudah dimengerti anak.

5. Berlatih berpisah dengan mengirim anak-anak ke rumah nenek, memberi waktu bermain sendiri bersama temannya, atau mengizinkan kerabat mengasuhnya walau hanya 1 jam saat akhir pekan. Beri anak kesempatan untuk bersiap dan berkembang saat Mama tidak ada.

6. Pilih seseorang yang Mama percaya secara mutlak untuk mengasuh anak-anak ketika Mama tidak ada. Meski khawatir dengan anak, tapi setidaknya mereka akan dirawat dengan baik. Jadi, sebaiknya Mama memilih yang sudah kenal baik dan dipercaya sepenuhnya.

Idealnya, pilih seseorang yang sudah memiliki anak, seperti ibu, saudara perempuan, atau teman dekat. Paling tidak, mereka sudah punya pengalaman sehingga membuat Mama lebih tenang yang juga akan berpengaruh terhadap si Kecil.

7. Kendalikan emosi mama saat akan berpisah dengan anak. Sesulit apa pun, tahan air mata. Jika anak melihat Mamanya sedih, itu hanya akan meningkatkan kecemasannya sendiri.

Jadi, pasang wajah pemberani, ucapkan selamat tinggal, dan keluar dari pintu. Bayi seperti hewan, dapat menangkap emosi sosial seperti ketakutan dan kecemasan karena naluri bertahan hidup mereka.

Jika anak menyadari Mama gugup saat akan pergi maka mereka cenderung merasa kacau dan sulit ditenangkan setelah Mama pergi.

8. Thompson menyarankan untuk mengadakan pertemuan kembali yang membahagiakan. Pertemuan yang bahagia sangat penting untuk memperkuat ikatan orangtua dengan anak serta menjaga kecemasan perpisahan tetap terkendali.

Ketika bertemu kembali dengan anak, beri pelukan dan bermain bersamanya sebentar. Penghargaan seperti ini akan mengingatkan mereka walau betapa sedihnya saat Mama pergi, tapi akan ada saat menyenangkan ketika Mama kembali.

Tetap kuat mencoba menghadapinya agar anak Mama menjadi mandiri nantinya!

Baca juga:

The Latest