7 Jenis Alergi yang Bisa Dialami oleh Bayi dan Cara Mengatasinya

Kenali jenis-jenis alergi pada bayi agar dapat menangani dengan tepat

3 Juni 2022

7 Jenis Alergi Bisa Dialami oleh Bayi Cara Mengatasinya
Unsplash/Omar Lopez

Alergi merupakan sebuah kondisi yang wajar dialami oleh bayi. Kondisi ini bisa jadi proses penyesuain bagi bayi untuk mengenal apa yang ia makan atau apa yang ada di sekeliling bayi.

Kulit yang masih sensitif dan sistem kekebalan tubuh yang masih lemah, membuat bayi rentan terkena alergi.

Saat terjadi alergi, kulit lembut dan mulus bayi akan berubah menjadi ruam, kemerahan, gatal, melepuh, hingga mengelupas.

Bukan hanya itu, bayi juga menjadi lebih rewel dan sering menangis sehingga membuat orangtua merasa khawatir. Oleh sebab itu, kenali jenis-jenis alergi pada bayi agar Mama sebagai orangtua bisa mengambil langkah penanganan yang tepat.

Terdapat beberapa jenis alergi pada bayi yang umumnya terjadi, Popmama.com akan memberikan informasinya untuk Mama.

1. Alergi makanan

1. Alergi makanan
gojek.com

Alergi ini adalah jenis alergi yang paling umum ya, Ma. Bayi mungkin alergi terhadap makanan tertentu. Reaksi alergi bahkan bisa terjadi pada lebih dari satu makanan. ASI atau susu formula dapat menyebabkan alergi pada beberapa bayi.

Selain itu makanan seperti kacang-kacangan, telur, ikan, kerang, kedelai dan gandum juga dapat menyebabkan alergi lho, Ma.

Ada beragam reaksi gejala alergi, seperti batuk, sakit perut, diare, gatal-gatal, muntah, pilek, sesak napas, dan bibir atau lidah bengkak.

2. Alergi dalam ruangan

2. Alergi dalam ruangan
Unsplash/Paul Hanaoka

Mama mungkin merasa bahwa rumah mama adalah tempat yang steril, tetapi bayi juga dapat mengalami reaksi alergi di dalam kamar, lho. Bulu boneka, jamur, hewan kecil (tungau atau serangga), serta hewan kecil yang menempel di bantal, karpet, atau kasur di dalam kamar bisa menjadi sumber yang dapat menyebabkan bayi alergi.

Tak hanya itu, asap rokok dan parfum yang memenuhi ruangan juga dapat menyebabkan bayi alergi lho. Bayi mungkin mengalami gejala alergi seperti pilek, hidung tersumbat, bersin, ruam, dan gatal-gatal.

3. Alergi dingin

3. Alergi dingin
Unsplash/Michal Bar Haim

Salah satu gejala alergi seperti pilek pada bayi bisa disebabkan oleh udara dingin, air pancuran air dingin atau bahkan minum air dingin.

Orangtua mungkin khawatir jika bayinya alergi, tetapi biasanya saat kulit menjadi panas, ruam alergi akan hilang dengan sendirinya.

Padahal, alergi bukanlah penyakit yang fatal, melainkan terjadi akibat reaksi abnormal sistem kekebalan tubuh. Pada alergi dingin, respon tubuh mirip dengan jenis reaksi alergi lainnya.

Namun, hal itu bukan disebabkan oleh paparan zat tertentu, melainkan oleh cuaca atau paparan dingin.

Editors' Pick

4. Alergi hewan peliharaan

4. Alergi hewan peliharaan
Pixabay/SarahRichterArt

Salah satu alergi yang dialami bayi bisa disebabkan oleh hewan peliharaannya. Bisa karena bulu, air liur atau air seni binatang. Bulu hewan peliharaan akan menempel di boks dan menyebabkan bayi alergi. Tidak hanya itu, air liur atau urine hewan yang kering juga akan menjadi partikel dan menyebar melalui udara.

Kucing dan anjing seringkali menjadi penyebab dari alergi hewan peliharaan pada bayi. Gejala alergi yang mungkin terjadi, yaitu bersin dan hidung berair.

5. Alergi obat-obatan

5. Alergi obat-obatan
Pharmacymagazine.co.uk

Saat bayi sakit, Mama biasanya memberinya antibiotik agar bisa pulih secepatnya. Namun, antibiotik adalah obat yang paling sering menyebabkan reaksi alergi lho, Ma.

Selain antibiotik, ada obat bebas lain yang juga dapat menyebabkan alergi. Jika bayi menunjukkan reaksi alergi seperti batuk, ruam, gatal-gatal atau bahkan bengkak setelah mengonsumsi obat tertentu, maka bayi berpotensi mengalami alergi obat. Pastikan Mama selalu berkonsultasi ke dokter bila ingin memberikan bayi obat apapun.

6. Alergi susu sapi

6. Alergi susu sapi
Freepik/rawpixel.com

Perlu diketahui bahwa susu formula yang berasal dari susu sapi tidak dapat diberikan kepada semua bayi.

Jika bayi mama mengalami alergi susu sapi, reaksi dari yang ringan hingga parah dapat muncul selang beberapa menit atau jam setelah si Kecil mengonsumsi susu sapi atau produk olahan susu sapi.

Termasuk ASI dari ibu yang meminum susu sapi. Alergi susu sapi merupakan salah satu jenis alergi makanan yang paling banyak dialami oleh bayi.

Alergi ini biasa disamakan dengan intoleransi laktosa, padahal keduanya merupakan kondisi yang sangat berbeda.

Alergi dapat terjadi ketika sistem imunitas bayi bereaksi terhadap protein yang terdapat dalam susu, sementara intoleransi laktosa terjadi ketika bayi sulit mencerna laktosa (gula alami pada susu).

7. Alergi bahan kimia

7. Alergi bahan kimia
Pixabay/ReadyElements

Popok, sabun, atau deterjen tertentu yang digunakan untuk keperluan bayi dapat membuat mereka mengalami reaksi alergi lho, Ma. Hal ini dapat disebabkan oleh bahan kimia yang terkandung dalam produk tersebut.

Oleh sebab itu, Mama sangat dianjurkan memilih produk yang aman untuk bayi karena kulit mereka yang masih sensitif.

Cara Mengatasi Alergi pada Bayi

Cara Mengatasi Alergi Bayi
Freepik/cookie_studio

Mengatasi alergi pada bayi umumnya tergantung pada jenis alergi yang dialaminya. Beberapa perawatan yang dapat dilakukan, di antaranya:

1. Menghilangkan paparan alergi. Mama perlu mengetahui hal yang menyebabkan bayi mengalami alergi. Misalnya, karena zat kimia seperti deterjen SLS yang terdapat di sabun mandi, maka Mama harus pilih sabun bayi yang tidak mengandung/bebas deterjen SLS (Sodium Lauryl Sulfate).

SLS mudah masuk ke dalam jaringan kulit, mengikis kelembapan alami kulit sehingga menjadikan kulit kering dan memicu timbulnya iritasi atau alergi. SLS punya banyak nama lain, seperti Sodium Lauryl Ether Sulfate, Sodium Myreth Sulfate, Anionik Surfaktan dan banyak nama lainnya. Oleh karena itu mama harus baca ingredient terlebih dahulu sebelum memilih produk untuk si kecil, pastikan sabun yang digunakan tidak mengandung SLS.

2. Mengoleskan krim hidrokortison. Krim ini dapat membantu mengobati reaksi alergi pada kulit bayi. Namun, konsultasikan pada dokter dan selalu baca petunjuk kemasan sebelum penggunaan. Karena krim ini termasuk kedalam golongan obat yang harus dengan resep dokter, mama juga tidak bisa menggunakannya dalam jangka waktu panjang. Untuk daily use agar si kecil terhindar dari alergi, setelah mandi menggunakan sabun yang tidak mengandung deterjen SLS, Mama juga bisa pakaikan si kecil pelembap tapi harus selected, utamakan yang sudah Low Hazard ingredients.

3. Lindungi kulit bayi agar tetap lembap. Penting banget nih Ma, jika bayi alami alergi pada kulitnya, Mama harus menjaga kelembaban kulitnya. pelembap adalah kunci agar kulit si kecil terhindar dari alergi. Gunakan pelembap dengan bentuk cream karena kandungan minyak di dalamnya lebih banyak dari pada air. Waktu yang paling efektif pakai pelembap, tidak lebih dari 3 menit setelah mandi. Jadi sehabis mandi, segera pakaikan pelembap di seluruh tubuh dan juga wajah. Pilih pelembap yang kandungannya sudah green index atau Low Hazard. 

4. Pilih produk si Kecil yang bahannya natural atau aman dan sudah green index (Low Hazard). Mungkin banyak Mama yang belum tahu, bahwa formulasi dalam produk sekilas memang terlihat sama, padahal faktanya ini tidaklah sama. Saat ini, ada tren baru untuk formulasi produk bayi yang tidak hanya cukup dengan Hypoallergenic saja, melainkan juga harus Low Hazard.

Ini konsep internasional terbaru bahwa produk bayi diproduksi menggunakan bahan baku dan material yang safety, yang artinya produk tidak mengandung bahan kimia yang berlebihan sehingga aman untuk bayi dan anak meski digunakan setiap hari dan dalam jangka waktu yang panjang. Produsen produk bayi dan anak di Amerika dan Eropa sudah beralih ke material Low Hazard Eropa 0-2 yang lebih ramah untuk bayi dan anak.

Sekarang pertanyaannya, siapa yang melakukan ranking terhadap bahan aktif kandungan suatu produk ini? Perlu diketahui nih Ma, level Hazard ini didasarkan pada Environmental Working Group (EWG) yang bisa diakses melalui ewg.org, Ma. Ini jadi poin penting sebagai parameter untuk setiap bahan yang terkandung pada suatu produk, apakah aman untuk kulit atau justru sebaliknya. Semakin rendah angka yang ditunjukkan, maka bahan yang digunakan semakin aman di kulit karena mengandung bahan alami (natural).

PUREBB sudah menggunakan konsep Low Hazard dan No Added SLS. Rangkaian produk perawatan kulit sensitif, alergi dan masalah kulit lainnya dengan PUREBB Liquid Soap & PUREBB Soothing Cream adalah treatment untuk baby sensitive skin.

PUREBB Liquid Soap merupakan sabun mandi untuk kulit bayi yang sensitif, alergi dan atopik dengan formula Low Hazard, Tanpa bahan Deterjen SLS (Sodium Lauryl Sulfate), dan sudah teruji Dermatolgy tested. Jadi pasti aman untuk kulit bayi, bahkan untuk bayi newborn, prematur, dan bayi yang mengalami gangguan kulit, dapat membantu merawat kulitnya dari iritasi, alergi dan gangguan kulit.

Setelah mandi si Kecil gunakan pelembap PUREBB Soothing Cream, yang menjaga & melembapkan kulit sensitif selama 24 jam. Sudah teruji Hypoallergenic dan digunakan di seluruh tubuh dan wajah, bisa sebagai pengganti bedak tabur. Karena Low Hazard, jadi tidak perlu kuatir jika setelah pemakaian tangan si Kecil tidak sengaja masuk ke dalam mulut.

Selain itu juga membantu untuk menenangkan kulit kering, gatal dan masalah kulit lainnya. 

Nggak hanya itu, rangkaian PUREBB Liquid Soap & PUREBB Soothing Cream dapat digunakan untuk mengatasi eksim ringan, yang disebabkan oleh alergi, mengatasi dermatitis atopik, dan seboroik. 

Kandungan Oat Kernel yang terdapat di PUREBB Liquid Soap & PUREBB Soothing Cream dapat menenangkan permukaan kulit dari rasa gatal dan perih akibat alergi dan masalah kulit lainnya.

Oat Kernel memiliki sifat anti-inflamasi dan cocok untuk semua jenis kulit. Secara klinis, Oat Kernel efektif dalam penyembuhan kulit kering dan gatal. Mandi dengan sabun yang mengandung Oat Kernel juga efektif dalam menyembuhkan beberapa kondisi kulit termasuk kulit gatal dan kulit kering. Oat Kernel dapat digunakan dalam menyembuhkan neurodermatitis, penyakit kulit yang ditandai dengan kulit gatal atau meradang. Selain itu Oat Kernel efektif dalam memerangi kulit kusam, kering dan bersisik karena mengandung polisakarida, dengan membentuk lapisan pelindung halus bila diterapkan pada kulit.(*)

5. Memberi obat antihistamin. Dokter mungkin akan meresepkan obat antihistamin untuk si Kecil agar alerginya segera sembuh. Antihistamin dapat membantu meringankan reaksi alergi. Namun, sebagian besar antihistamin tidak direkomendasikan untuk bayi berusia di bawah 2 tahun, jadi Mama bisa mencegah alergi pada si kecil dengan melakukan perawatan, agar si kecil bisa terhindar dari alergi.

6. Memberi inhaler. Dokter mungkin akan menyarankan Mama memberi inhaler pada bayi jika bayi mengalami kesulitan bernapas akibat alergi.

7. Menyuntikkan hormon adrenalin. Ketika bayi mengalami reaksi alergi yang parah (anafilaksis), maka dokter akan meresepkan hormon adrenalin dalam bentuk suntikan yang mudah diberikan melalui kulit bayi. Obat ini dapat mengendalikan gejala anafilaksis.

Jika alergi pada bayi tidak segera mendapat penanganan yang tepat, maka risiko yang parah seperti masalah pernapasan atau terbentuknya jaringan parut di kulit bisa terjadi.

Oleh sebab itu, jika si Kecil mengalami salah satu dari tujuh jenis alergi pada bayi yang disebutkan di atas, Mama harus segera hubungi dokter dan selalu siap siaga dalam menjaga kesehatan bayi mama ya! 

(*source: pengobatan.org))

Baca juga:

The Latest