10 Fakta Bahaya Sinar Matahari bagi Bayi

Sinar matahari sebetulnya baik atau tidak ya untuk si Bayi?

5 Mei 2019

10 Fakta Bahaya Sinar Matahari bagi Bayi
Pixabay/기연 김

Dulu, berjemur di bawah sinar matahari dianggap baik, karena sinar mataharilah satu-satunya sumber vitamin D yang diperlukan tubuh untuk membangun tulang yang kuat.

Padahal, jika kulit bayi terpajan sinar matahari langsung dalam waktu yang lama tanpa terlindung, maka si Kecil bisa terkena risiko kanker kulit termasuk melanoma yang fatal, bintik cokelat, bahkan kerutan prematur dan penuaan kulit secara dini.

Menurut buku What to Expect the First Year karya Heidi Murkoff, sinar matahari juga bisa membuat penyakit lain semakin parah, seperti: herpes simplex, vitiligo (depigmentasi atau munculnya titik putih di kulit), juga eksim yang sensitif terhadap sinar matahari.

Di masa kini, susu formula bayi, jenis susu lainnya, juga produk turunan susu, telah dilengkapi dengan kandungan vitamin D. Demikian juga dengan suplemen bagi ibu menyusui. Menurut Heidi Murkoff, jadi kini untuk mendapatkan vitamin D, Mama tak perlu menjemur bayi. Kecuali, jika dokter menyarankannya demikian.

Berikut fakta mengenai sinar matahari secara langsung dan efeknya bagi kulit bayi.

1. Kulit bayi mudah terbakar

1. Kulit bayi mudah terbakar
Pixabay/Lisa Rigoni

Kulit bayi amat mudah terbakar sinar matahari, karena tipis. Jika sekali saja kulit bayi terbakar sinar matahari, maka risiko untuk mengalami kanker kulit yang paling mematikan, yaitu melanoma yang ganas, akan bertambah menjadi dua kali lipat.

Bahkan, kulit yang menjadi cokelat tanpa terbakar sinar matahari juga bisa berkembang menjadi kanker kulit umum di kemudian hari. Berdasarkan penelitian, 90 persen dari semua kasus kanker kulit berasal dari sinar matahari. Tapi Mama tak perlu khawatir, karena hal ini bisa dicegah dengan perlindungan terhadap kulit.

2. Menjemur bayi merusak kulit

2. Menjemur bayi merusak kulit
Pixabay/Hai Nguyen Tien

Mama ingin kulit bayi yang menurut Mama putih dan pucat menjadi sedikit lebih berwarna? Lalu Mama menjemurnya di bawah sinar matahari agar si Kecil menjadi tak pucat? Hati-hati, Mama.

Menurut Heidi Murkoff, tidak ada satupun kegiatan tanning atau membuat kulit menjadi cokelat dengan berjemur di bawah sinar matahari, yang aman bagi kulit. Karena hal itu justru akan meningkatkan risiko penyakit. Apalagi bagi si Kecil.

3. Mata dan bibir bayi bisa rusak karena matahari

3. Mata bibir bayi bisa rusak karena matahari
Pixabay/Tawny van Breda

Tahukah Mama, bahwa bagian yang paling rentan terhadap pajanan sinar matahari ada di kepala? Daripada terfokus melindungi kulit tangan atau pipi misalnya, Mama juga harus memperhatikan bagian ini. Bagian ini adalah hidung, telinga, dan bahkan bibir.

Jadi, jangan lupakan bagian-bagian yang rentan tersebut apalagi pada bayi. Lindungi mata, hidung, telinga, dan bibir si Kecil agar aman dari sengatan sinar matahari yang berlebihan.

Editors' Pick

4. Bayi berkulit putih semakin berisiko kena bahaya

4. Bayi berkulit putih semakin berisiko kena bahaya
Pixabay/firstview_digital_signage

Semakin cerah warna kulit seseorang, semakin tinggi pula risiko kulitnya terbakar sinar matahari. Hal ini disebabkan karena pada orang berkulit putih, produksi melanin lebih sedikit. Melanin berfungsi untuk melindungi kulit dari sinar matahari.

Semakin gelap kulit seseorang, artinya semakin banyak melanin yang dihasilkan, dan kulitnya semakin terlindung dari pajanan sinar matahari. Jadi, jika si Kecil berkulit putih, Mama perlu memberikan perlindungan ekstra.

5. Awan tak banyak melindungi

5. Awan tak banyak melindungi
Pixabay/giografiche

Saat ada banyak awan di langit, bisa jadi Mama berpikir bahwa semua yang berada di bumi terlindung dari sengatan matahari. Walaupun intensitas cahaya yang sampai ke permukaan tanah tak setinggi saat langit cerah tak berawan, namun perkiraan Mama, keliru.

Ternyata, pada saat banyak awan pun, 80 persen dari radiasi matahari tetap menembus awan yang menutupi kita. Jadi, Mama tak boleh lengah. Si Kecil tetap membutuhkan perlindungan sinar matahari bahkan saat awan bertebaran di langit.

6. Bermain di pantai membahayakan juga

6. Bermain pantai membahayakan juga
Pixabay/smeyli77

Berenang pastinya menyejukkan badan. Apalagi jika dilakukan di bawah langit yang cerah. Tapi tahukah Mama, bahwa air, juga hamparan pasir putih di pantai, justru memantulkan sinar matahari?

Artinya, intensitas cahaya matahari di tempat-tempat seperti ini akan semakin meninggi. Jadi Mama harus berhati-hati ya. Jika berlibur ke pantai, laut, kolam renang, dan bahkan danau serta daerah bersalju, Mama harus ingat bahwa ini adalah tempat-tempat yang patut diwaspadai terkait intensitas sinar matahari.

7. Ultraviolet mudah menembus kulit yang basah

7. Ultraviolet mudah menembus kulit basah
Pixabay/Josh Mason-Barkin

Saat mengajak si Kecil berenang, Mama pikir air akan melapisi kulitnya dan memantulkan sinar ultraviolet? Mama keliru. Justru, sinar ultraviolet cenderung lebih mudah masuk ke kulit yang basah dibandingkan dengan kulit yang kering.

Mengapa hal ini bisa terjadi? Ternyata, kulit yang basah justru akan membuat otak manusia tertipu. Rasa perih yang harusnya menjadi alarm bahwa kita harus menghindar dari sinar matahari berlebih yang menerpa kulit, tidak berjalan, sehingga sinar ultraviolet bisa menembus kulit dalam jumlah yang lebih banyak.

8. Semakin dekat ke Khatulistiwa, semakin berbahaya

8. Semakin dekat ke Khatulistiwa, semakin berbahaya
Pixabay/qimono

Saat mengajak jalan-jalan si Kecil atau berkunjung ke sanak saudara misalnya, Mama juga perlu memperhatikan tempat tujuan. Daerah yang memiliki suhu tinggi, angin yang kencang, dan daerah yang tinggi akan melipatgandakan bahaya intensitas sinar matahari.

Apalagi kita yang dekat dengan garis Khatulistiwa, tempat matahari lewat tepat di atas kepala. Sinar UV yang dilepaskan matahari di daerah Khatulistiwa (lebih dekat dengan bumi) dan sekitarnya, lebih tinggi intensitasnya dibandingkan dengan negara lain yang lebih jauh dari garis Khatulistiwa.

Baca juga: Aturan yang Harus Dipatuhi Saat Menjemur Bayi

The Latest