Perkembangan bayi adalah salah satu hal yang menakjubkan yang terjadi di dunia. Dari yang awalnya hanya bisa menatap wajah mama, tanpa terasa si Kecil sudah bisa berguling, bahkan mengoceh.
Begitu banyak perubahan yang terjadi, yang mungkin tak disadari. Termasuk perubahan sifat si Kecil yang mulai menunjukkan rasa takutnya. Pada suatu waktu bayi mama tiba-tiba takut terhadap hal-hal tertentu, bahkan sesuatu yang awalnya tidak ia takutkan sebelumnya. Misalnya suara vacuum cleaner, gorden, hingga takut ditinggalkan sendirian di ruangan.
Berikut ini Popmama.com merangkum penjelasan tentang rasa takut bayi yang perlu diketahui orangtua, dilansir dari Parents:
Memahami tentang Ketakutan Bayi
Freepik
Ketakutan akan suara keras, monster, orang asing, benda, atau peristiwa lain adalah bagian yang alami dari masa kanak-kanak. Meski mungkin ini adalah hal yang membuat stres bagi bayi mama dan juga orangtua, ini adalah hal yang wajar dan tidak boleh ditekan.
Ketakutan merupakan bagian dari perkembangan normal dan merupakan tanda ia mendapatkan kesadarannya terhadap dunia dan mencoba memahaminya.
Untungnya, sebagian besar rasa takut akan berhenti pada tahap yang bisa diprediksi. Dengan beberapa pemahaman seiring kemampuannya menyerap informasi dan memandang dunia di sekitarnya, bayi akan mampu menavigasi ketakutannya dan menjadi lebih percaya diri.
Ketakutan Pertama Bayi
Freepik/jcomp
Bayi baru lahir memiliki dua ketakutan: suara keras dan jatuh. "Otak dan saraf bayi tumbuh pesat dalam dua tahun pertama kehidupan, tetapi mereka dilahirkan dengan sistem saraf yang sangat belum matang," kata Dr. Brown, penulis buku Baby 411. "Ini dikarenakan mereka belum dapat menafsirkan atau menangani masukan sensorik tertentu seperti suara keras atau perasaan jatuh."
Itulah mengapa mengajak bayi berkunjung ke kerabat yang bahkan belum pernah ditemuinya mungkin tidak mengganggu bayi mama. Tetapi menurunkan car seatnya terlalu cepat atau membuat suara keras yang tiba-tiba, membuatnya menangis ketakutan.
Saat sistem sarafnya matang dan mulai berfokus pada lingkungannya, inilah saat ketakutan bayi baru muncul. Umumnya berlangsung pada usia 8 hingga 10 bulan. Pada tahapan ini konsep 'keabadian objek' mulai berlaku. “Sebelum mencapai tahap ini, ketika sesuatu menghilang, mereka tidak lagi ada dalam pikiran bayi,” jelas Dr. Brown. "Tapi sekarang, mereka mengerti bahwa banyak hal telah hilang sementara mereka masih ada. Jadi, ketika Mama atau Papa meninggalkan kamar, bayi akan bertanya-tanya ke mana mereka pergi dan kapan mereka akan kembali."
Editors' Pick
Kecemasan akan Perpisahan
Freepik/etajoefoto
Kecemasan akan perpisahan biasanya muncul beriringan dengan ketakutan lain pada usia ini, yaitu kecemasan pada orang asing. Kecemasan ini muncul ketika bayi merasa waspada terhadap orang lain selain pengasuh utamanya.
"Itu pertanda baik," kata Mona Delahooke, PhD, seorang psikolog perkembangan, di Pasadena, California. "Artinya, bayi mulai bisa membedakan antara wajah yang dikenali dan yang tidak dikenalnya."
Meskipun ini adalah bagian perkembangan yang sehat, perpisahan dan kecemasan terhadap orang asing seringkali membuat orangtua frustrasi. Harus diakui ini adalah siklus yang sulit karena Mama harus menghadapi dua hal yang kontras: bayi yang takut akan kepergian mama, dan dia juga takut bersama dengan pengasuh yang notabene adalah orang asing.
Mengatasi Kecemasan Bayi akan Perpisahan
Pixabay/Stocksnap
Untuk membantu si Kecil mengatasi ketakutannya akan perpisahan, sering-seringlah bermain permainan seperti ciluk ba, agar dia mengerti Mama masih di sana meskipun dia tidak dapat melihat wajah mama. Kemudian berlatihlah meninggalkan ruangan dan tunggu sebentar sebelum kembali.
Ketika Mama siap untuk beralih ke kehidupan nyata, mulailah dengan meninggalkan si Kecil bersama Papa, kemudian kerabat dekat atau teman, dan terakhir pengasuh anak. Bayi mama harus mulai melihat orang-orang itu sebagai anggota keluarga, agar dia terbiasa dan akan senang tinggal bersamanya saat Mama harus pergi. Mulailah dengan periode perpisahan yang singkat, seperti setengah jam, secara bertahap perpanjang durasinya dari minggu ke minggu.
Ketakutan terhadap Makhluk Hidup
Freepik/prostooleh
Untuk membantu membuat anak mama lebih nyaman dengan makhluk yang baginya tampak sangat menyeramkan ini, biarkan dia menjelajahi dunia semut di museum atau di buku.
Kuncinya adalah membantu anak-anak merasa berdaya, kata Dr. Brown. "Semakin banyak kekuatan yang Mama berikan kepada mereka akan membuat mereka merasa mampu mengendalikan dunia mereka. Mereka pun akan semakin baik melakukannya."
Pastikan juga untuk menghargai perasaan mereka, meskipun Mama sebagai orang dewasa mungkin tidak melihat alasan untuk merasa takut. "Cara terbaik untuk membuat si Kecil mendengarkan Mama dan belajar mengatasi perasaan yang kuat adalah dengan mengatakan kepadanya bahwa tidak apa-apa untuk memiliki perasaan seperti itu, bahwa Mama juga terkadang memilikinya," kata Robert Sears, MD, salah satu penulis buku The Baby Book.
Ketakutan terhadap Hal-Hal yang Terjadi di Malam Hari
Freepik/bearfotos
Pada usia dua tahun, imajinasi seorang anak mulai bekerja saat dia membayangkan hal-hal yang tidak dapat dia lihat. Biasanya mereka mulai merasa takut akan kegelapan dan monster.
"Orangtua mungkin akan mengalami situasi di mana balita berusia dua tahun yang biasanya tidur nyenyak, tetapi sekarang mengalami kesulitan untuk berada di tempat tidurnya, atau bangun dan meminta pindah ke kamar orangtua di tengah malam," kata Dr. Sears.
Coba tanyakan kepada si Kecil, apa yang dia takuti dan apa yang menurutnya akan membantunya mengatasi ketakutan itu. Sementara itu, Mama dapat tinggal di kamar si Kecil sebentar untuk menenangkannya atau membiarkannya tidur bersama Mama.
Dr. Sears juga menyarankan agar orangtua menetapkan rutinitas malam yang menenangkan. Hindari membacakan cerita pengantar tidur dengan penjahat atau gambar menakutkan. "Bantu mereka untuk tidak memandang malam hari sebagai waktu yang membuat stres," katanya. "Buatlah diri mama tersedia bagi mereka sehingga mereka tahu bahwa mereka tidak harus menanggung saat-saat seperti ini sendirian."
Anak Takut atau Fobia?
Freepik/shurkin_son
Meskipun ketakutan adalah bagian alami dari masa kanak-kanak, bisakah ketakutan itu melewati batas dan berkembang menjadi fobia? Tidak, kata para ahli. Fobia di masa kanak-kanak sangat jarang terjadi, karena fobia dianggap sebagai ketakutan yang tidak rasional.
Sementara sebagian besar ketakutan anak-anak adalah apa yang dianggap 'tidak rasional' dalam perspektif orang dewasa, dari sudut pandang anak-anak ketakutan itu sangat masuk akal. Bagaimanapun, kita mungkin secara logis tahu kita tidak akan pergi ke saluran pembuangan bak mandi, tetapi imajinasi seorang anak mungkin mengatakan sebaliknya.
Ketakutan yang mungkin dicap sebagai fobia pada orang dewasa (seperti ketakutan akan kegelapan, suara keras, atau bahkan mandi) tidak dianggap sebagai fobia sejati pada anak-anak. "Mama bisa menyebut ini adalah fobia anak, tapi secara perkembangan normal, hal ini tidak seperti fobia orang dewasa," jelas Dr. Sears.
"Untuk 'fobia' masa kanak-kanak yang normal, orangtua secara bertahap dapat membantu anak menjadi terbiasa dengan hal-hal dengan menunjukkan kepada mereka bagaimana caranya berinteraksi secara lembut dengan apa pun yang mereka takuti." Dr. Brown setuju, "Beberapa anak benar-benar cemas tentang kebisingan, keramaian, orang asing, dan kegelapan," katanya. "Tapi itu bukan fobia, dan Mama dapat bekerja sama untuk membantu menghilangkan rasa takut itu untuk mencegahnya menjadi fobia sejati di masa depan. Kata Dr. Brown, "Hargai rasa takut, atasi rasa takut, dan berdayakan anak."
Nah, demikian informasi mengenai rasa takut bayi. Semoga informasi ini dapat membantu Mama untuk semakin mengenali anak dan membantu mereka mendapatkan perkembangan yang optimal.