Mungkin teman Mama ada yang pernah melontarkan kalimat seperti, "Anakku tuh perfeksionis banget. Dia bisa enggak tidur semalaman demi mempersiapkan lomba besok pagi. Bangga deh aku!"
Banyak orangtua yang bangga ketika anaknya tumbuh menjadi sosok yang perfeksionis atau menuntut semuanya harus serba sempurna. Padahal, sifat ini justru bisa menjadi bumerang bagi si Kecil lho, Ma.
Umumnya, anak perfeksionis kerap membidik target-target kurang realistis yang menyulitkan diri mereka sendiri. Parahnya lagi, sedikit saja kesalahan kecil dapat membuatnya sedih, bahkan frustrasi dan merasa tidak berguna.
Lalu bagaimana jika anak perfeksionis sukses meraih target mereka? Banyak di antara mereka yang masih kurang puas, dan justru khawatir tidak dapat meraih target yang lebih tinggi lagi. Ya, selalu ada alasan bagi mereka untuk merasa takut akan kegagalan.
Perlu Mama ingat, perfeksionis berbeda dengan pekerja keras. "Pekerja keras adalah mereka yang termotivasi untuk melakukan apapun sebaik mungkin, dan tidak masalah jika ternyata gagal. Berbeda dengan perfeksionis yang termotivasi dengan kegagalan dan keinginan untuk bisa diterima," tulis Michele Kambolis, psikolog anak dan keluarga, sekaligus penulis buku Generation Stressed: Play-Based Tool to Help Your Child Overcome Anxiety.
Nah, bagaimana mengenali anak perfeksionis dan apa yang harus Mama lakukan? Simak beberapa informasi penting berikut.
