Mari kita membahas bagaimana efek jika anak terus menerus menjadi instant gratifier dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
Dalam jangka pendek, kemampuan anak untuk mengendalikan diri semakin melemah dikarenakan tekanan emosional yang dirasakannya setiap kali tidak mampu menahan keinginannya.
Kemudian jika diprediksi untuk waktu yang panjang, leinginan yang kuat dalam memperoleh kesenangan secara instan akan memancing anak untuk hidup secara tidak sehat. Anak kemungkinan akan lebih menyukai makanan instan atau berkualitas rendah yang memuaskan lidahnya saja, namun dapat menyebabkan penyakit yang tidak secara langsung mereka rasakan.
Selain itu, frekuensi impulsive buying pada anak juga meningkat yang efeknya merusak kemampuan anak untuk mengatur keuangan. Begitu pun, dorongan yang konstan untuk terus bermain sosial media sehingga menurunkan kualitas interaksi sosial anak terhadap lingkungan di sekitarnya.
Anak akan mudah terdistraksi dengan hal-hal kecil sehingga sulit baginya untuk mencapai keberhasilan dan kesuksesan yang hanya bisa diraih dalam proses panjang.
Ringkasnya, adiksi terhadap kepuasan instan akan menimbulkan masalah pada otak anak, dengan membuat fokus anak lebih cepat bergeser, mengalihkan perhatian dari proses untuk mengejar target, dan merusak banyak aspek seperti keuangan, kemampuan sosial, dan kesehatan.