Perlukah Anak Membuat Resolusi Tahun Baru?

Seberapa perlu resolusi tahun baru untuk anak usia sekolah?

2 Januari 2020

Perlukah Anak Membuat Resolusi Tahun Baru
Pexels/Breakingpic

Tahun baru tiba, Mama sudah punya segudang resolusi untuk diwujudkan di tahun ini. Lalu, bagaimana dengan anak usia sekolah, perlukah diajarkan membuat resolusi sendiri?

Kadang, kita sendiri sebagai orang dewasa kerap abai membuat resolusi atau melakukan perubahan kecil di tahun berjalan. Rasanya aneh ketika kita mengajak anak membuat resolusi sementara kita sendiri kesulitan untuk mewujudkannya.

Namun, memulai kebiasaan baik sekecil apa pun bisa berdampak positif pada tumbuh kembang anak. Berikut ulasan Popmama.comtentang sejauh mana anak perlu membuat resolusi tahun baru.

1. Usia 7 tahun adalah waktu tepat untuk memulai

1. Usia 7 tahun adalah waktu tepat memulai
Pexels/Pixabay

Membuat tujuan yang terukur terlihat begitu ambisius jika Mama menerapkan pada anak usia dini. Para ahli berpendapat, anak usia sekolah (7-12 tahun) adalah usia yang tepat untuk memulai kebiasaan ini.

Mereka sudah cukup matang untuk berpikir resolusi tahun baru dan membuat versinya sendiri. Namun, pendampingan orang tua tetap diperlukan untuk mendampingi anak mencapai serangkaian tujuan yang ia targetkan.

Perlu diingat, proses selalu lebih penting daripada hasil. Maka, sudah menjadi tugas mama untuk membantu anak fokus selama proses pencapaian resolusinya. Berhasil atau tidaknya tujuan itu tercapai bukanlah target utama.

Editors' Pick

2. Mendorong anak mengubah perilaku atau melatih keterampilan baru

2. Mendorong anak mengubah perilaku atau melatih keterampilan baru
Pixabay/Victoria_Borodinova

Tujuan anak bisa berbeda-beda sesuai usia, kemampuan, dan minat anak. Satu hal yang pasti, membuat resolusi di awal tahun bisa mendorong anak dalam mengubah perilaku atau melatih keterampilan baru.

Mama bisa membantu anak membuat resolusi dengan mengajukan beberapa pertanyaan berikut:

  • Keterampilan dalam hal apa yang ingin aku tingkatkan tahun ini?
  • Apa yang aku butuhkan untuk mewujudkan tujuan itu?
  • Bagaimana kemajuan proses pencapaian tujuan itu?
  • Bagaimana perasaanku saat berhasil mencapai tujuan tersebut?

3. Resolusi yang SMART-R

3. Resolusi SMART-R
Pixabay/Alexas_Fotos

Sama seperti Mama membuat resolusi, awali dengan serangkaian target yang sederhana dan berdasarkan prinsip SMART-R, yaitu:

  • Specific, tujuan itu harus spesifik dan jelas, misalnya “Supaya bisa ikut lomba spelling bee, aku perlu berlatih 15 menit per hari.”
  • Measurable, anak harus bisa tracking progresnya sendiri.
  • Attainable, tujuan boleh ‘ambisius’ tetapi realistis alias mudah dicapai. Misalnya, “Lebih rajin berlatih berenang supaya bisa menguasai semua gaya renang dalam setahun ini.”
  • Result-oriented, apa yang bisa ia lakukan setelah mencapai tujuan itu, contoh, “Belajar privat dengan guru matematika, nilai ujian di atas 80.”
  • Time-bound, resolusi anak spesifik secara waktu dan bisa dicapai lewat keberhasilan mencapai tujuan-tujuan kecil. Misalnya, “Dalam waktu satu minggu, bisa menguasai gaya bebas dan berenang sejauh 1x50 meter.”
  • Relevance, pastikan semua tujuan itu relevan dengan kemampuan anak, bukan sesuatu yang tampaknya masih mengawang-awang.

4. Diskusi bersama, lakukan bersama

4. Diskusi bersama, lakukan bersama
Freepik/Tirachardz

Deretan pertanyaan di atas bisa menjadi bahan diskusi Mama dan si Anak. Dorong anak untuk melihat kembali atau refleksi dalam satu tahun, apa saja yang sudah ia lakukan dan belum lakukan. Lalu, hal apa saja yang masih perlu ia kembangkan dan pelajari lagi.

Dari kilas balik itu, Mama bisa meminta anak menuliskan sendiri, resolusi apa yang ingin ia capai di tahun selanjutnya. Jika target tahun sebelumnya belum tercapai, bisa dijadikan target lagi di tahun berikutnya.

Setelah selesai ditulis, tempel kertas itu di tempat yang terlihat oleh seluruh anggota keluarga. Misalnya, di lemari es atau papan yang berisi kegiatan harian di rumah.

Atur waktu agar Mama dan Papa bisa mengecek secara berkala bagaimana pencapaian target anak, seperti dua bulan atau tiga bulan sekali. Diskusikan prosesnya, apakah ada hambatan atau tantangan, serta sejauh mana ia mampu melakukannya sendiri atau mungkin membutuhkan bantuan Mama.

Mengajarkan anak membuat resolusi memang terdengar abstrak. Namun, Mama bisa membiasakan hal ini pada anak agar ia belajar mempunyai tujuan yang bisa dicapai, terukur, dan tahu apa yang ia inginkan.

Sekalipun anak belum berhasil mencapai tujuannya, duduk bersama membuat resolusi dan berusaha mencapainya sudah menjadi pengalaman berarti bagi anak. Dampingi terus si Anak dan jangan lupa memberinya semangat ya, Ma. Selamat mencoba!

The Latest