Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App

Belakangan, istilah medusa trauma banyak muncul di jejaring media sosial. Banyak yang mengartikannya sebagai 'trauma masa kecil', kemudian berbagi pengalaman dan kisahnya mengalami hal itu. Tapi, apa sih sebenarnya medusa trauma itu? Apakah ada pembuktian psikologisnya?

Berikut Popmama.com merangkum apa itu medusa trauma dan dampaknya pada anak. Simak artikel berikut agar Mama dan Papa paham lebih banyak!

 

 

1. Apa itu Medusa Trauma?

Medusa complex atau Medusa trauma adalah alegori dari pengalaman dan dampak yang disebabkan oleh trauma. Istilah ini sendiri sebenarnya bukanlah symptom psikologis tertentu, melainkan cara untuk mendeskripsikan situasi di mana mitos Medusa dapat mensimbolisasikan beberapa efek psikis yang serupa.

Trauma ini menggambarkan bagaimana mitos Medusa melambangkan dampak psikologis penderita trauma, seperti kewaspadaan berlebihan (hyperarousal), intrusi (munculnya kembali ingatan traumatis yang mengganggu), dan penyempitan respons emosional (constriction). 

Dalam bidang psikoanalisis, kisah Medusa sering dilihat sebagai simbol ketakutan, trauma, dan pengalaman yang melumpuhkan trauma penyintas. Misalnya, tatapan Medusa yang dapat mengubah orang menjadi batu diinterpretasikan sebagai metafora untuk respons "membeku" (freeze response) yang sering dialami individu saat menghadapi trauma berat.

Transformasi Medusa menjadi monster dan kemampuannya untuk mengubah orang yang melihatnya menjadi batu diinterpretasikan sebagai metafora dari efek paralysis dan menyendiri dari trauma.  Narasi ini bertujuan untuk menggarisbawahi pentingnya mengklaim kembali agensi dan pilihan dari korban dalam proses sembuhnya. Menyatakan bahwa penyintas trauma, layaknya Medusa, dapat menjadi narator dari ceritanya sendiri dan bergerak menuju penyembuhan. 

2. Dapat juga diartikan sebagai respons trauma 'membeku' (freeze response)

Medusa trauma menurut Peter Levine dalam bukunya, Waking the Tiger–Healing Trauma, adalah respon trauma yang membuat seseorang menjadi 'membeku' ketika dihadapkan dengan trigger trauma. Gejala yang dimaksud seperti:

  • diam dan tidak bergerak
  • wajah dengan ekspresi yang kosong
  • tidak mampu bereaksi dan merespons dengan baik meskipun ada stimulus dari luar
  • menarik diri dari interaksi sosial pada umumnya, sulit dalam mengungkapkan perasaan.

Respons 'membeku' ini adalah mekanisme alami manusia dalam bertahan hidup ketika dihadapkan dengan situasi berbahaya. Namun, apabila ia menetap dan mengganggu keseharian anak setelah pengalaman trauma itu berlalu, boleh jadi itu berindikasi adanya masalah lain yang perlu segera ditangani.

 

3. Siapa itu Medusa?

Medusa adalah salah satu tokoh mitos terkenal dalam mitologi Yunani dan Romawi. Medusa awalnya adalah manusia biasa yang selalu dipuji akan kecantikannya. Kecantikannya itu membuatnya diperkosa oleh Poseidon di dalam kuil Athena.

Peristiwa itu kemudian menyebabkannya dikutuk oleh Athena menjadi Gorgon. Gorgon dengan rambut berupa ular dan tatapan yang akan membuat siapapun yang melihatnya berubah menjadi batu.

Pada riwayat Medusa setelah itu, dia lebih banyak dilihat sebagai monster yang menakutkan. Dalam mitologi, ia pada akhirnya ditaklukkan oleh Perseus yang menggunakan perisai yang dapat memantulkan cahaya untuk menghindari tatapannya.

Pantulan itu kemudian membuat dirinya sendiri membatu dan secara tragis kepalanya dipakai Perseus sebagai senjata dalam petualangan-petualangan berikutnya. Ironisnya, di akhir cerita, kepalanya diserahkan kepada Athena, yang kemudian menjadikannya sebagai simbol dewi peperangan.

Mitos mengenai Medusa ini sering diinterpretasikan sebagai narasi dari trauma, victim-blaming, dan bagaimana penyintas trauma kehilangan agensi atas dirinya. 

 

4. Apakah Medusa Trauma bisa dialami anak-anak?

Medusa trauma merupakan respon dari trauma yang berat. Hal ini bisa disebabkan banyak hal, seperti pelecehan, pemerkosaan, kekerasan, kecelakaan, bencana alam, dan lain sebagainya. Maka tentu trauma ini tidak terbatas pada umur. 

Baik anak-anak yang masih rentan dalam perkembangan psikologisnya maupun orang dewasa dengan kompleksitas pengalaman hidupnya sama-sama berpotensi mengalami dampak mendalam dari peristiwa traumatis yang berat.

 

5. Membantu mencegah trauma pada anak

Meski Mama dan Papa tidak pernah mengetahui apa yang akan datang, Mama dan Papa mungkin bisa mencegah trauma itu terjadi. Dengan membuat lingkungan 'aman' di sekitar anak-anak, tidak hanya dalam keluarga saja melainkan juga dengan orang-orang di sekitar anak. Selain itu, perlu membangun rasa percaya dan hubungan yang baik dengan anak.

Orangtua juga perlu mengajarkan edukasi seksual kepada anak sedari mereka kecil. Anak diajarkan untuk berani mengatakan 'tidak' apabila ada orang asing yang mendekatinya. Hal-hal ini tentu tidak mudah, namun dengan terus percaya kepada proses, tentu langkah-langkah itu dapat membantu orangtua dalam meminimalisir resiko.

Itu dia beberapa rangkuman dari Popmama.com mengenai apa itu medusa trauma dan dampaknya pada anak. Terus berhati-hati ya, Ma!

 

Editorial Team