Jika anak remaja mama menikmati kebudayaan Jepang dan suka menyaksikan anime atau sebagainya, itu bukan berarti ia wibu ya Ma! Untuk mengenali apakah anak remaja mama salah satu wibu atau bukan, ada beberapa ciri-ciri khusus yang bisa diperhatikan, yaitu:
Fanatik dengan kebudayaan Jepang
Pertama, mereka amat gemar memberitahu kegemarannya atas kebudayaan Jepang dan cenderung bangga dengan hal tersebut.
Mereka bahkan juga tidak segan untuk berpakaian seperti orang Jepang dan menggunakan kosa kata Jepang untuk berbicara dengan orang lain, seperti ohayo, arigatou. konichiwa, eto, daijobun, hingga gomenasai.
Sebenarnya hal tersebut tidak masalah. Hanya saja, remaja wibu yang sudah parah biasanya akan menghina budayanya sendiri karena terlalu mengagungkan kebudayaan Jepang.
Mengganti nama dengan bahasa Jepang
Ciri lain dari remaja wibu adalah memadukan namanya dengan bahasa Jepang. Remaja wibu akan mencampurkan, bahkan mengganti namanya dengan nama-nama orang Jepang. Ada juga yang menggunakan huruf atau aksara Jepang untuk menuliskan namanya.
Hal ini banyak ditemui di media sosial, ia tidak menggunakan nama aslinya melainkan nama buatannya baru.
Terobsesi Berlebihan dengan Karakter Anime
Jika sudah sampai tingkat yang parah, seorang remaja wibu akan sangat terobsesi dengan karakter anime favoritnya. Mereka bahkan bisa berfantasi seolah-olah karakter tersebut benar-benar hidup.
Selain itu, ada sebuah fenomena di Jepang yang disebut sebagai 'Sindrom Kelas 8' di mana penderitanya menganggap dirinya memiliki kekuatan super. Mereka terinspirasi dari anime-anime fantasi yang ditonton.
Memasang Foto Profil dengan Karakter Anime
Wibu juga kerap diidentikkan dengan kepercayaan diri yang rendah karena jarang melakukan interaksi sosial dengan orang-orang di sekitarnya. Inilah yang membuat mereka cenderung menggunakan karakter anime favoritnya sebagai foto profil di media sosial.
Anti sosial
Ciri yang sangat sering melekat pada wibu seperti yang disebutkan di atas adalah jarang melakukan interaksi sosial, sehingga kerap disebut sebagai orang yang anti sosial.
Seorang wibu yang sangat menyukai budaya Jepang lebih sering menutup diri, karena menganggap bahwa masyarakat lain tidak sama dengannya, dan hanya bermain dengan teman-teman komunitasnya yang sama dengannya.