Terdapat beberapa faktor yang dapat memengaruhi para petani dalam bertani garam di wilayah laut. Proses bertani garam dapat mengalami kendala apabila terjadi perubahan komponen dan kondisi lingkungan sekitar. Berikut adalah beberapa faktor yang memengaruhi proses bertani garam:
1. Cuaca
Saat bertani garam, cuaca menjadi hal penting yang menjadi penentu garam berhasil dipanen atau tidak. Cuaca berangin bisa mempercepat penguapan air laut. Hal ini juga diimbangi dengan faktor lain, yakni suhu udara. Apabila suhu udara panas dan udara bertiup kencang, maka air laut akan dapat cepat menguap.
Sementara itu, apabila cuaca berubah menjadi hujan dengan intesitas tinggi, maka akan berdampak pada penurunan tingkat produktivitas pembuatan garam.
Lamanya musim kemarau juga dapat berpengaruh pada jangka waktu yang dibutuhkan untuk membuat garam. Apabila kemarau terjadi dalam jangka waktu yang panjang, maka produktivitas pembuatan garam akan semakin meningkat.
2. Air Laut
Proses bertani garam bergantung pada kualitas air laut yang digunakan. Di Indonesia sendiri, tak semua air pantai dapat diolah menjadi garam.
Tingkat keasaman air laut perlu diperhatikan. Jika daerah tempat bertani garam berdekatan dengan hilir sungai, kemungkinan besar air laut telah tercampur dengan air tawar.
3. Kondisi Air
Garam bisa berubah menjadi kristal dalam konsentrasi air sekitar 25 – 19 derajat Be (Baume).
Jika konsentrasi air tua berada di bawah 25° Be, maka kalsium sulfat akan banyak mengendap. Sementara apabila konsentrasi air tua lebih dari 29° Be maka magnesium akan banyak mengendap.
4. Tanah
Sifat porositas (daya serap tanah) sangat berpengaruh dalam proses pembuatan garam. Apabila kecepatan perembesan air dalam tanah lebih cepat dari proses penguatan, maka garam yang dihasilkan tidak akan terlalu banyak.
Itulah tadi informasi yang berisi cara bertani garam. Semoga informasi kali ini dapat bermanfaat bagi Mama dan anak mama.