Basa rinengga terdiri dari sembilan jenis, yaitu:
Wangsalan
Kalimat permainan teka teki, yang menyerupai cangkriman. Namun, di dalam wangsalan, jawaban dari teka-teki itu telah disebutkan di dalam bentuk suku kata yang mirip. Misalnya seperti:
- Njenang gulo lho, aja lali. ( Jenang gula: glali)
- Balung klapa, ethok-etok ora ngerti. ( Balung klapa: bathok)
- Balung janur, sida lunga apa ora? (Balung janur: sada)
Tembung Saroja
Tembung saroja digunakan untuk menegaskan suatu perkara atau sederhananya, memberikan kesan 'sangat'. Misalnya seperti:
- Ajur mumur: ajur banget artinya sangat hancur.
- Ayem tentrem: ayem banget artinya sangat tentram.
- Abang branang: abang banget artinya sangat merah.
Tembung Entar
Tembung entar ini digunakan sebagai ungkapan alias kata kiasan. Misalnya seperti:
- Najan sregep ngibadah, bu Tejo iku tipis lambene.
- Budi kudu sregep sinau amarga dedel uteke.
Purwakanthi
Purwakanthi adalah urutan suara di dalam kalimat, yang berkaitan dengan suasana hati. Misalnya seperti:
- Adigang, adigung, adiguna.
- Ana awan, ana pangan
- Ana bungah, ana susah iku wis lumrah
Paribasan
Paribasan merupakan bunyi-bunyian yang sudah melekat di dalam campuran dan memiliki arti tertentu tanpa perubahan suasana atau makna. Misalnya seperti:
- Angon mangsa: golek wektu kang prayoga, artinya menunggu waktu yang tepat.
- Becik ketitik ala ketara: tumindak becik lan tumindak ala bakal ketara tembe mburine, artinya perbuatan baik dan buruk pasti akan terlihat nantinya.
- Garang-garing: ketoke katon sugih, ananging sajatine rekasa uripe utawa kacingkrangan panguripane, artinya kelihatannya kaya raya, tetapi sebenarnya hidupnya menderita atau kekurangan.
Bebasan
Menyerupai paribasan, bebasan lebih fokus untuk menggambarkan keadaan dan mengumpamakan sifat manusia. Misalnya seperti:
- Sepi ing pamrih, rame ing gawe: nindakake panggaweyan kanthi ora melik/pamrih apa-apa, artinya melakukan pekerjaan tanpa pamrih.
- Sing sapa salah bakal seleh: sing sapa salah bakal konangan, artinya orang yang berbuat salah pada akhirnya pasti akan ketahuan.
- Sluman slumun slamet: senajan kurang ati-ati isih diparingi slamet, artinya biarpun kurang hati-hati tapi masih diberi keselamatan.
Saloka
Saloka juga menyerupai paribasan dan bebasan, tetapi lebih fokus untuk menggambarkan manusianya atau subjeknya. Misalnya seperti:
- Baladewa ilang gapite, tegese wong kang ilang kekuwatane, artinya orang yang kehilangan kekuatannya.
- Bathok bolu isi madu, tegese wong asor nanging sugih kapinteran, artinya orang rendahan tetapi kaya pengetahuan).
- Bebek mungsuh mliwis, tegese wong pinter memungsuhan karo wong pinter, nanging sijine kalah ulet lan trampil, artinya orang pandai bermusuhan dengan orang pandai tetapi yang satu kalah tekun dan terampil.
Pepindhan
Pepindhan adalah kalimat dengan arti yang tidak sebenarnya. Jadi, pepindhan sering digunakan untuk mengumpamakan suatu sifat, rupa, dan, tingkah laku. Pengandaian dalam bahasa Jawa menggunakan kata 'kaya, lir, pindha, kadya' dst. Misalnya seperti:
- Tindak tanduke koyo Dewi Srikandhi.
- Baguse kaya batahara Kamajaya tumurun.
- Bedane kaya langit lan bumi.
Parikan
Parikan menyerupai pantun, yang terdiri dari dua kalimat, di mana kalimat pertama dan kalimat kedua mempunyai jumlah suku kata yang sama. Ada beberapa parikan yang populer di suku Jawa, seperti:
- Bisa ngendang ora bisa nyuling
Bisa nyawang ora bisa nyanding - Ana brambang sasen lima
Berjuang labuh negara - Jemek-jemek gula jawa
Aja ngenyek padha konco
Nah itulah informasi seputar pengertian, fungsi, jenis, dan contoh basa rinengga, yang dapat anak pelajari. Mengajarkan bahasa daerah pada anak, juga dapat membantu Indonesia dalam melestarikan kebudayaan dan bahasa agar tidak punah.
Tertarik untuk mengajarkan anak basa rinengga, Ma?