Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Popmama lainnya di IDN App
Kamar berantakan
Freepik

Di tengah perkembangan anak yang semakin aktif dan kreatif, Mama juga perlu waspada terhadap gangguan mental yang bisa muncul, salah satunya adalah hoarder atau hoarding disorder.

Gangguan ini bukan sekadar kebiasaan mengoleksi, melainkan kondisi psikologis yang serius yang dapat menimbulkan tekanan emosional dan kesulitan dalam kehidupan sosial.

Oleh karena itu, penting bagi Mama untuk mengajarkan anak agar tidak tumbuh dengan pola pikir tersebut sejak dini, mengenali tanda-tanda awal, dan memberikan pemahaman tentang pentingnya menjaga kerapihan serta kesehatan mental yang baik

Dalam artikel ini Popmama.com akan menjelaskan apa itu hoarder, penyebab, dan bagaimana cara mengatasinya. Yuk Ma disimak!

Apa Itu Hoarder?

Freepik/user15285612

Hoarder atau hoarding disorder adalah gangguan kesehatan mental yang ditandai dengan kebiasaan menimbun barang secara berlebihan.

Orang yang mengalami gangguan ini merasa sangat sulit untuk membuang barang, bahkan jika barang tersebut sudah tidak berguna atau tidak memiliki nilai.

Mereka cenderung merasa harus menyelamatkan barang-barang tersebut karena merasa barang itu masih penting atau akan berguna di masa depan.

Akibatnya, barang-barang menumpuk dalam jumlah banyak sehingga rumah atau ruang tinggal menjadi penuh sesak dan tidak teratur, yang bisa mengganggu aktivitas sehari-hari dan kebersihan lingkungan.

Hoarding disorder seringkali berbeda dengan sekadar mengoleksi barang karena kolektor biasanya menata barang dengan rapi, sementara penderita hoarder menimbun barang secara berantakan tanpa pengelolaan yang baik.

Kondisi ini bisa berdampak pada kualitas hidup dan kesehatan mental seseorang dan perlu mendapat perhatian serius.

Penyebab Timbulnya Perasaan Ingin Menyimpan Barang

Freepik/jcomp

Penyebab rasa ingin menyimpan barang secara berlebihan yang perlu Mama ketahui meliputi beberapa faktor berikut:

  1. Menganggap barang bisa dipakai kembali
    Seringkali anak (atau orang) merasa barang yang disimpan suatu saat akan berguna lagi, sehingga sulit membuangnya walaupun sudah tidak terpakai. Misalnya, menyimpan barang elektronik rusak dengan harapan bisa diperbaiki nanti.

  2. Kenangan tersendiri
    Barang yang disimpan sering dikaitkan dengan kenangan atau perasaan emosional, seperti hadiah dari orang terkasih atau benda yang mengingatkan pada peristiwa penting. Membuang barang tersebut dirasa sama dengan kehilangan kenangan.

  3. Pengalaman traumatis
    Kejadian berat seperti kehilangan orang tercinta, perceraian, atau bencana yang menyebabkan kehilangan harta bisa membuat seseorang menimbun barang sebagai bentuk perlindungan emosional.

  4. Gangguan mental
    Rasa ingin menyimpan barang berlebihan seringkali menjadi bagian dari gangguan kesehatan mental seperti obsessive compulsive disorder (OCD), gangguan kecemasan, depresi, dan stres. Ini membuat penderita merasa khawatir atau gelisah bila harus membuang barang.

  5. Faktor genetik dan fungsi otak
    Beberapa penelitian menunjukkan adanya faktor keturunan dan gangguan fungsi otak yang berperan dalam mengontrol pengambilan keputusan tentang barang yang harus disimpan atau dibuang.

  6. Lingkungan dan pola asuh
    Anak yang dibesarkan dalam lingkungan yang tidak mengajarkan keteraturan atau memiliki anggota keluarga yang suka menimbun barang berpotensi meniru kebiasaan tersebut.

Memahami penyebab ini penting agar Mama bisa memberikan pengertian dan pendekatan yang tepat kepada anak agar tidak tumbuh menjadi kebiasaan menimbun barang yang berlebihan dan merugikan

Cara Mengatasi Perasaan Ingin Menyimpan Barang

Freepik

Untuk membantu anak mengatasi rasa ingin menyimpan barang secara berlebihan, Mama bisa melakukan beberapa cara berikut:

  1. Ajarkan pentingnya memilih barang
    Bimbing anak untuk memilah barang berdasarkan fungsi dan kebutuhan. Ajak anak memutuskan mana barang yang benar-benar berguna dan mana yang sudah tidak diperlukan sehingga bisa disumbangkan atau dibuang.

  2. Buat rutinitas membersihkan dan merapikan
    Tetapkan jadwal rutin untuk membersihkan dan merapikan barang-barang secara bersama-sama. Rutinitas ini membantu anak terbiasa untuk membuang barang yang tidak perlu dan menjaga kerapihan.

  3. Beri contoh dan jelaskan bahayanya
    Mama bisa memberikan contoh dengan ikut merapikan barang sendiri dan menjelaskan dampak negatif menimbun barang, seperti rumah menjadi berantakan dan kesulitan mencari barang penting.

  4. Batasi jumlah barang baru
    Ajarkan anak untuk berpikir dua kali sebelum meminta barang baru. Beri pemahaman bahwa mempunyai barang terlalu banyak bisa membuat rumah penuh dan susah diatur.

  5. Gunakan teknik penghargaan
    Berikan pujian atau hadiah kecil ketika anak berhasil membuang barang yang sudah tidak dipakai. Ini akan memotivasi anak untuk terus menjaga kebiasaan baik ini.

  6. Ajarkan arca mengelola emosi
    Kadang rasa ingin menyimpan barang berlebihan terkait dengan kecemasan atau rasa tidak aman. Mama bisa mengajarkan anak cara mengelola emosi, contohnya dengan berbicara terbuka atau melakukan aktivitas yang menenangkan.

Dengan pendekatan yang sabar dan konsisten dari Mama, anak akan perlahan belajar mengendalikan rasa ingin menyimpan barang yang tidak perlu sehingga menciptakan lingkungan yang lebih bersih dan sehat.

Nah Ma itu dia informasi mengenai hoarding disorder. Kesadaran, edukasi, dan dukungan yang tepat akan membantu anak tumbuh menjadi pribadi yang sehat, rapi, dan mandiri dalam mengatur lingkungan di sekitarnya.

Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika melihat tanda-tanda hoarding pada anak atau keluarga agar mereka mendapatkan penanganan yang optimal dan kualitas hidup yang lebih baik.

Editorial Team