Dampak cyberbullying memiliki cakupan yang luas. Remaja dapat merespons situasi yang berbeda secara berbeda, serta intensitas penindasan juga dapat bervariasi. Berikut adalah berdampak buruk cyberbullying pada anak:
Merasa tidak aman dan tidak berdaya
Karena sebagian besar penindas maya bersifat anonim, mungkin sulit untuk menunjukkan siapa orangnya atau kelompok yang menindas korban, meskipun anak mungkin mengetahui beberapa pelakunya. Ketakutan akan hal-hal yang tidak diketahui menyebabkan anak merasa tidak aman dan tidak berdaya, karena penindasan mengikutinya di rumah melalui media sosial dan Internet.
Merasa kewalahan
Perasaan cemas saat melakukan apa pun di luar rumah, di sekolah, atau di rumah yang terus menerus bisa menjadi masalah untuk remaja. Ini berlipat ganda ketika jumlah pengganggu meningkat.
Merasa dihina
Cyberbullying umumnya juga terjadi begitu anak memposting sesuatu secara online, dan hal tersebut akan tetap ada di dunia maya selamanya. Ketika remaja mengalami hal tersebut, memposting foto atau video online dapat membuatnya merasa terhina.
Kurangnya harga diri
Pelaku penindasan sering menargetkan remaja karena penampilannya. Seorang anak mungkin menjadi target karena terlalu gemuk atau terlalu kurus, terlalu tinggi atau terlalu pendek, dan lain-lain. Pelaku penindasan akan memilih topik apa saja, dan ini dapat menyebabkan masalah serius dengan harga dirinya.
Merasa terisolasi dan dikucilkan
Ditindas juga dapat menyebabkan remaja dikeluarkan dari kegiatan dan olahraga di sekolah, yang sangat disayangkan, hal ini bisa menyebabkan anak merasa terisolasi dan sendirian. Mama mungkin tahu setiap remaja memang bisa berperilaku buruk, tetapi tidak ada yang boleh dibuat merasa seperti ini.
Depresi
Efek yang lebih serius dari cyberbullying adalah depresi. Remaja yang diintimidasi seringkali menunjukkan gejala fisik seperti sakit kepala, sakit perut, dan lain-lain. Kecemasan dan stres yang terus-menerus juga dapat berubah menjadi dunia depresi yang sulit untuknya.
Pikiran untuk bunuh diri
Cyberbullying meningkatkan risiko bunuh diri. Remaja yang terus-menerus diintimidasi, mencapai titik jenuh di mana ia tidak bisa lagi menghadapinya. Sayangnya, bunuh diri terkadang terasa seperti satu-satunya jalan keluar dari semuanya.