Seringkali kemampuan multitasking dianggap praktis dalam menyelesaikan banyak tugas sekaligus. Bahkan tak jarang, remaja mampu mengerjakan banyak hal dalam satu waktu. Seperti belajar sambil menjaga adik, membuka ruang obrolan, sambil makan, dan lain-lain
Walaupun multitasking mungkin membantu lebih cepat dalam mengerjakan tugas-tugas, otak justru mengatakan sebaliknya. Dikutip dari The Ladders, menurut ahli saraf, otak manusia tidak dibangun untuk melakukan lebih dari satu hal pada satu waktu.
Dan ketika remaja mencoba untuk melakukan banyak tugas, itu bisa merusak otak dengan cara yang berdampak negatif pada kesejahteraan, kinerja mental, dan produktivitas.
Apakah kebiasaan multitasking dapat berbahaya bagi remaja?
Kali ini Popmama.com akan membahas seputar dampak buruk multitasking bagi otak dan produktivitas anak remaja. Mari simak informasinya berikut ini!
