Episode 7 memperlihatkan masa lalu Acrobatic Silky, seorang roh yang menganggap dirinya adalah 'Mama' dari salah satu karakter pendukung baru di Dandadan, Aira. Wait, mari kita mengenal yokai ini terlebih dahulu agar mengetahui bahwa Dandadan gak main-main soal 'pengetahuan mitos dan gaib' yang disajikan sebagai premis cerita ini.
Acrobatic Silky, juga dikenal sebagai Acrobatic Sera-sera atau Acro-Silky, adalah salah satu karakter yang berasal dari urban legend Jepang. Pada wujud yokai atau iblisnya, Acrobatic Silky nampak mengenakan gaun merah mencolok, dengan topi bertepi lebar dan rambut hitam yang terurai, lengan yang disayat, penampilannya persis seperti mitos Acro-Silky yang beredar dalam mitos msyarakat Jepang. Oh ya, jangan lupakan senyuman lebarnya yang mengerikan, serta mata hitamnya yang memikat sekaligus menakutkan.
Back to the plot! Gong dari episode yang membuatnya bisa meraih ranking tertinggi pada minggu-minggu ke-7 ini ialah ketika kita diperlihatkan tentang backstory atau masa lalu dari Acrobatic Silky, yang ternyata … sangat menyayat hati dan membuat mata penggemar berlinangan.
Tanpa banyak dialog, episode ini menggunakan melodi piano untuk menggambarkan perjuangan Silky sebagai seorang Mama yang bekerja keras demi masa depan anaknya yang masih sangat kecil. Acro-Silky nampaknya menurunkan hobinya sebagai seseorang yang menyukai balet.
Mulai dari pekerjaan-pekerjaan kecil seperti tukang bersih-bersih, penjaga kasir dan seperti yang para penonton ketahui, kupu-kupu malam, Acro-Silky yang notabenenya adalah seorang single mom, ngelakuin semuanya demi putri tercinta! Mama yang super keren dan sangat luar biasa!
Mereka hanya berdua menghadapi dunia, tapi mereka lebih dari bahagia bersama. Namun, pada dunia yang kejam ini … kehidupan orangtua dan anak yang sedang berbahagia itu, sayangnya tidak bertahan lama. Sebuah insiden terjadi, memisahkan merekaa berdua serta menoreh pilu yang begitu dalam bagi keduanya, terutama Acro-Silky.
Ia kehilangan manusia paling berharga dalam hidupnya yang membuatnya memilih untuk menyerah pada kehidupan setelahnya.