Aeshnina, Anak SMP Asal Gresik Jadi Pembicara di Plastic Health Summit

Inspiratif! kepeduliannya terhadap lingkungan dan sampah plastik perlu ditiru

27 November 2021

Aeshnina, Anak SMP Asal Gresik Jadi Pembicara Plastic Health Summit
Instagram.com/folkative

Kepedulian terhadap lingkungan memang tidak dapat diukur dari umur. Buktinya, Aeshnina Azzahra Aqilani, anak perempuan asal Gresik, Jawa Timur, yang kini baru berusia 14 tahun sudah memiliki kepedulian yang sangat besar terhadap lingkungan, khususnya perihal sampah plastik. 

Hal itu akhirnya membuat Aeshnina mendapat undangan dari Plastic Soup Foundation untuk menjadi pembicara di Plastic Health Summit di Amsterdam. 

Di acara itu, ia berbagi pengetahuan dan keresahannya perihal sampah plastik di Indonesia. 

Untuk mengetahui kisah selengkapnya, Popmama.com telah merangkumkan informasinya untuk Mama. Simak yuk! 

1. Hal yang dibicarakan oleh Aeshnina dalam acara Plastic Health Summit 

1. Hal dibicarakan oleh Aeshnina dalam acara Plastic Health Summit 
Pixabay/RitaE

Dalam acara Plastic Health Summit, anak perempuan yang akrab disapa Nina membahas mengenai waste trade. Ia mengungkapkan, banyak negara maju yang menyelundupkan sampahnya dan mengirimnya ke Indonesia secara ilegal. Hal itu tentunya membuat alam Indonesia semakin tercemar. 

Fakta tersebut nyatanya belum banyak diketahui oleh para tamu undangan yang hadir dalam acara itu. 

"Ternyata banyak audience yang baru tahu kalau sampah-sampah mereka dibuang ke negara berkembang, bahkan ada yang sampai nangis ketika mendengarkan fakta tersebut," ungkap Nina. 

Editors' Pick

2. Aeshnina memiliki kesempatan untuk berkunjung ke  Plastic Recycling Center dan bertemu para peneliti hebat 

2. Aeshnina memiliki kesempatan berkunjung ke  Plastic Recycling Center bertemu para peneliti hebat 
Freepik

Selain menjadi pembicara, di sana Nina pun diberi kesempatan untuk melihat pabrik daur ulang plastik (Plastic Recycling Center) satu-satunya di Amsterdam. 

Nina mengungkapkan, sampah plastik yang ada di pabrik daur ulang tersebut hanya 60% dari total keseluruhan sampah. 

"Di sini mereka hanya mampu mengolah 80 persen sampah. Dan untuk mencuci sampah plastiknya harus pakai air. Waktu saya tanya airnya dibuang kemana, katanya mereka punya pengolahan air juga tapi sama saja limbah dari daur ulang itu luar biasa banyak. Untuk membuat produk yang baru harus pakai 50 persen biji plastik baru dengan mesin canggih," jelas Nina. 

Tak hanya itu, selama di sana, Nina pun memiliki kesempatan untuk bertemu dengan banyak peneliti yang meneliti mikroplastik di plasenta. 

"Tiga minggu di Amsterdam dan 1 minggu di UK tentu banyak pengalaman dan ilmu baru. Apalagi saya bertemu peneliti yang meneliti mikroplastik di plasenta, di darah, di buah, dan dampak mikroplastik pada manusia. Saya juga mengajak warga Belanda untuk mengurangi plastik sekali pakai," tutur Nina. 

3. Kepedulian Aeshnina pada lingkungan ternyata telah ditanamkan oleh orangtuanya sejak kecil 

3. Kepedulian Aeshnina lingkungan ternyata telah ditanamkan oleh orangtua sejak kecil 
Freepik/tirachardz

Kepedulian Nina terhadap lingkungan sudah ditanamkan oleh kedua orangtuanya sejak kecil. Khususnya tentang penggunaan sampah plastik. 

"Dari kecil saya selalu diajarkan untuk mengurangi plastik sekali pakai. Kami jarang makan jajanan snack multilayer, hanya makan-makanan alami dan tidak berbungkus plastik sekali pakai. Kalau memang kami terpaksa banget beli, sampahnya kami kirim ke TPS yang sudah disediakan," jelas Nina. 

Kedua orangtua Nina mengajarkan hal itu karena menyadari jumlah limbah plastik di bumi terus bertambah dan tidak semuanya diolah dengan benar sehingga berpotensi membahayakan kesehatan. 

4. Pesan Aeshnina untuk para pemuda Indonesia untuk menciptakan bumi yang lebih sehat 

4. Pesan Aeshnina para pemuda Indonesia menciptakan bumi lebih sehat 
Pixabay/stux

Pada tahun 2020, Indonesia menduduki posisi ketiga penghasil sampah plastik terbanyak di dunia. Menurut dara yang dilansir dari laman Indonesia.go.id, di tahun 2020 Indonesia menghasilkan sampah plastik sebanyak 67,8 juta Ton atau 185.753 Ton per hari. 

Walau demikian, masih banyak masyarakat Indonesia yang tidak peduli tentang hal itu dan menggunakan plastik secara berlebihan. 

Di sisi lain, Indonesia belum memiliki fasilitas pengumpulan dan pengolahan sampah yang memadai. Sehingga sampah plastik tersebut akhirnya mencemarkan lingkungan. 

Maka dari itu, Nina berusaha mengampanyekan kepada masyarakat Indonesia untuk tidak menggunakan sampah sekali pakai. 

Ia pun percaya bahwa anak muda saat ini memiliki banyak inovasi yang mampu memperbaiki masalah sampah di Indonesia. 

"Semua anak di Indonesia mempunyai hak untuk hidup di lingkungan yang bersih, sehat, dan tidak tercemar. Untuk itu, kita sebagai anak muda harus berani bersuara atas hak kita dan generasi sekarang tidak boleh merampas hak kita. Bantu kami semua untuk hidup di masa depan yang lebih cerah," tutupnya. 

Semoga, kini semua orang Indonesia bisa lebih peduli perihal sampah plastik dengan cara tidak menggunakan plastik sekali pakai. 

Selain itu, mudah-mudahan anak muda di Indonesia tidak takut untuk mengutarakan inovasinya tentang penyelesaian sampah plastik di Indonesia sehingga nantinya negara ini lebih sehat dan bersih untuk dihuni. 

Yuk mulai bijak dalam penggunaan sampah plastik!

Baca juga:

The Latest