Absence seizure, yang sering disebut dengan kejang absans, merupakan jenis epilepsi yang umumnya terjadi pada anak-anak. Kondisi ini ditandai dengan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba yang berlangsung hanya beberapa detik, membuat penderita tampak seperti sedang melamun atau bengong.
Meskipun durasinya singkat, serangan ini dapat terjadi berulang kali dalam sehari, bahkan hingga ratusan kali. Jika tidak ditangani, absence seizure dapat memengaruhi aktivitas sehari-hari anak dan mengganggu perkembangannya.
Absence seizure disebabkan oleh aktivitas listrik abnormal di otak. Penyebab pastinya belum sepenuhnya dipahami, namun faktor genetik dan riwayat epilepsi dalam keluarga dapat meningkatkan risiko terjadinya.
Selain itu, beberapa faktor lain seperti trauma kepala dan stres fisik atau emosional juga dapat memicu serangan.
Popmama.com telah merangkum secara lengkap tentang penyebab absence seizure pada anak dan penanganannya yang bisa dilakukan oleh orang tua untuk memastikan anak tetap sehat dan terhindar dari komplikasi serius. Berikut pembahasannya!
Apa Itu Absence Seizure?
Unsplash/Sean Gorman
Absence seizure, atau sering disebut kejang absans, adalah jenis kejang yang umum terjadi pada anak-anak. Kejang ini menyebabkan hilangnya kesadaran secara tiba-tiba dan berlangsung dalam waktu singkat, biasanya hanya beberapa detik. Selama serangan ini, anak tampak seperti sedang melamun atau menatap kosong. Meskipun berlangsung singkat, absence seizure dapat terjadi berulang kali dalam sehari.
Kejang absans termasuk dalam kategori epilepsi, yang artinya gangguan ini berasal dari aktivitas listrik abnormal di otak. Pada beberapa kasus, anak-anak dapat mengalami kejang hingga ratusan kali dalam sehari, yang dapat mengganggu aktivitas sehari-hari seperti belajar atau bermain. Karena gejalanya terlihat ringan dan sering disalahartikan sebagai melamun, kondisi ini sering terlambat disadari oleh orang tua.
Penyebab Absence Seizure pada Anak
Popmama.com/Dhia Althifa Maharani
Absence seizure disebabkan oleh aktivitas listrik yang abnormal di otak. Meski penyebab pastinya masih belum diketahui, para ahli percaya bahwa faktor genetik memainkan peran penting. Anak-anak yang memiliki riwayat keluarga dengan epilepsi atau kelainan neurologis lainnya lebih rentan mengalami kondisi ini. Beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa adanya mutasi genetik tertentu bisa meningkatkan risiko absence seizure.
Selain faktor genetik, beberapa hal lain yang bisa meningkatkan risiko terjadinya kejang absans meliputi:
Trauma kepala
Riwayat cedera otak
Faktor lingkungan seperti kurang tidur, stres, atau paparan cahaya terang yang berkedip
Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti antibiotik dosis tinggi atau obat neuroleptic
Hiperventilasi atau pernapasan cepat juga diketahui dapat memicu absence seizure pada anak yang rentan.
Oleh karena itu, penting bagi orang tua untuk memahami faktor-faktor risiko ini agar dapat segera mengenali dan mengantisipasi serangan kejang pada anak.
Editors' Pick
Gejala yang Perlu Diperhatikan
Popmama.com/Dhia Althifa Maharani
Gejala utama dari absence seizure adalah hilangnya kesadaran secara tiba-tiba dan berlangsung beberapa detik. Anak yang mengalami kejang absans tidak dapat berinteraksi dengan lingkungan sekitarnya. Mereka mungkin menatap kosong atau tampak melamun, dan tidak merespons ketika diajak berbicara. Setelah serangan berakhir, anak biasanya melanjutkan aktivitas seperti biasa tanpa menyadari apa yang terjadi.
Selain tatapan kosong, ada beberapa gejala lain yang mungkin menyertai absence seizure; 1) Gerakan mulut seperti mengecap-ngecap, 2) Menggerakkan alis atau kelopak mata yang berkedip cepat, 3) Gerakan tangan atau tubuh tiba-tiba, dan 4) Menghentikan aktivitas secara tiba-tiba, seperti berbicara atau bermain.
Kejang absans biasanya berlangsung kurang dari 15 detik dan sering terjadi saat anak sedang duduk diam atau tidak banyak bergerak. Oleh karena itu, sangat penting untuk memperhatikan tanda-tanda ini, terutama jika anak menunjukkan gejala-gejala tersebut secara berulang.
Bagaimana Diagnosis Absence Seizure Dilakukan?
Pixabay/lu94007
Mendiagnosis absence seizure tidak selalu mudah karena gejalanya yang sering disalahartikan sebagai melamun biasa. Dokter biasanya akan melakukan beberapa pemeriksaan untuk memastikan adanya gangguan ini. Pemeriksaan yang sering dilakukan meliputi:
Wawancara medis, dokter akan bertanya kepada orang tua atau pengasuh mengenai perilaku anak, frekuensi serangan, dan kondisi sebelum dan sesudah kejang.
Elektroensefalografi (EEG), ini adalah pemeriksaan utama untuk mengukur aktivitas listrik di otak. EEG dapat menunjukkan adanya pola aktivitas listrik abnormal yang khas pada absence seizure.
CT-scan atau MRI, digunakan untuk melihat struktur otak dan memastikan bahwa kejang tidak disebabkan oleh kondisi lain, seperti tumor atau cedera otak.
Selain itu, dokter mungkin juga akan meminta pemeriksaan tambahan, seperti tes darah untuk menyingkirkan kemungkinan gangguan metabolik atau infeksi otak. Dengan diagnosis yang tepat, pengobatan dapat segera dilakukan untuk mengurangi frekuensi kejang.
Penanganan dan Pengobatan Absence Seizure
sgpharma.com
Pengobatan utama untuk absence seizure adalah penggunaan obat antiepilepsi. Obat-obatan ini bekerja dengan cara menstabilkan aktivitas listrik di otak dan mencegah terjadinya kejang. Beberapa obat yang sering digunakan untuk menangani kejang absans meliputi:
Ethosuximide: Obat ini merupakan pilihan pertama dalam mengobati kejang absans karena efektif dalam mengendalikan serangan dengan sedikit efek samping.
Asam valproat: Obat ini juga sering digunakan, terutama pada kasus yang tidak merespons terhadap ethosuximide. Namun, asam valproat dapat memiliki efek samping yang lebih serius, seperti gangguan hati dan gangguan perkembangan pada anak-anak.
Lamotrigin: Obat ini biasanya digunakan jika ethosuximide atau asam valproat tidak efektif atau tidak bisa digunakan karena efek samping.
Pengobatan untuk absence seizure biasanya harus dilakukan dalam jangka waktu yang lama, bahkan hingga beberapa tahun. Dokter akan memantau kondisi anak secara berkala dan menyesuaikan dosis obat sesuai dengan respons tubuh anak terhadap pengobatan.
Komplikasi yang Mungkin Terjadi
Unsplash/Gabriel Tovar
Absence seizure, meskipun terlihat ringan, dapat menyebabkan beberapa komplikasi jika tidak ditangani dengan baik. Beberapa komplikasi yang mungkin terjadi termasuk gangguan atensi dan konsentrasi, yang membuat anak kesulitan fokus dalam belajar dan berdampak pada prestasi akademiknya. Selain itu, anak yang sering mengalami kejang dapat mengalami masalah perilaku, seperti kecemasan dan mudah marah. Isolasi sosial juga menjadi risiko, karena gejalanya sering disalahartikan sebagai melamun, membuat anak sulit bergaul dengan teman-temannya.
Meskipun kejang absans tidak melibatkan gerakan tubuh besar, ada risiko cedera fisik jika kejang terjadi dalam situasi berbahaya, seperti saat berenang atau bersepeda. Oleh karena itu, pengawasan ekstra dari orang tua sangat penting, terutama saat anak melakukan aktivitas berisiko. Dengan pengobatan yang tepat, frekuensi kejang dapat dikendalikan dan risiko komplikasi dapat diminimalkan.
Pencegahan dan Gaya Hidup Sehat untuk Anak dengan Absence Seizure
Pixabay/RitaE
Meskipun tidak ada cara pasti untuk mencegah absence seizure, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk mengurangi frekuensi serangan dan meningkatkan kualitas hidup anak.
Pertama, anak harus minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter, dan pengobatan tidak boleh dihentikan tanpa berkonsultasi terlebih dahulu. Kedua, pastikan anak mendapatkan tidur yang cukup setiap malam, karena kurang tidur bisa memicu kejang. Ketiga, penting untuk mengelola stres emosional dan fisik yang dapat memicu kejang dengan menjaga anak dari situasi yang terlalu menegangkan. Terakhir, menjalani gaya hidup sehat dengan konsumsi makanan bergizi, olahraga teratur, dan menjaga hidrasi tubuh dapat membantu menjaga keseimbangan fisik dan mental anak.
Absence seizure adalah kondisi yang dapat dikelola dengan baik jika didiagnosis dan diobati dengan tepat. Orang tua perlu aktif dalam memantau kondisi anak dan selalu berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan pengobatan berjalan dengan baik.
Itulah informasi mengenai penyebab absence seizure pada anak dan penanganannya. Semoga informasi ini bermanfaat ya!