Tak hanya Merry Riana saja yang masih ingat pesan sang Mama, Atlet bulu tangkis peraih medali emas di Olimpiade Tokyo, Greysia Polii juga masih mengingat jelas amanat dari orangtuanya. Sama seperti Merry Riana, Greysia Polii juga selalu diingatkan kebiasaan sarapan dan minum susu setiap pagi.
Sebagai atlet tentu pernah mengalami kekalahan saat bertanding dan Greysia Polii membenarkan bahwa mentalnya kerap up and down. Namun, ada hal yang paling berkesan dari amanat sang Mama adalah pelajaran tentang komitmen dan tidak pantang menyerah.
Saat itu ia masih berusia 8 tahun dan harus merantau ke Jakarta untuk mendapat pelatihan bulu tangkis yang lebih baik. Ketika pindah, Greysia Polii sudah mengantongi gelar juara yang ia torehkan di Manado.
Ia kemudian diajak diskusi oleh kedua orangtuanya, "Apakah kamu suka bulu tangkis." Ia dengan tegas menjawab mau karena ia sudah mencintai olahraga tepok bulu ini.
Singkat cerita, Greysia Polii mengalami kekalahan pertamanya yang membuat ia kecewa dan ingin pulang kampung. Tetapi sang Mama menentang dengan keras karena ia sudah berkomitmen.
"Saya tidak boleh pulang kampung sebelum menjadi juara," tuturnya.
Sang Mama tipe orangtua yang memberikan motivasi bukan didikte. Artinya orangtua Greysia Polii lebih banyak mengajaknya diskusi tentang apa yang anaknya inginkan. Bukan menuntut anaknya untuk menjadi ini dan itu yang belum tentu disukai oleh si Kecil. sebagai anak kecil oleh orang dewasa (orangtua).
"Mama juga selalu kasih support batin yang sangat penting selama proses mencapai prestasi," tambahnya.
Itulah ulasan mengenai dukung anak bermimpi besar dan cara cegah alami krisis percaya diri saat usia remaja. Dalam perjalanan meraih impian tidak bisa kita dapatkan sendiri. Pasti ada orang-orang yang memberikan kesempatan, dukungan, semangat, doa dan uluran tangan dari orang-orang.