Sedari SD, Wewey Wita telah menekuni olahraga bela diri karate. Ia belajar karate untuk melindungi dan menjaga dirinya sendiri.
Saat kelas 5 SD, ia mulai tertarik dengan pencak silat. Walau demikian, ia tidak bergabung dengan padepokan manapun untuk berlatih.
Sampai pada akhirnya satu tahun kemudian Wewey didaftarkan oleh salah satu gurunya menjadi perwakilan sekolah dalam perlombaan pencak silat. Alasan karena Wewey memiliki teknik dasar olahraga bela diri dari karate. Sebab, di sekolah tersebut tidak ada satupun siswa yang menekuni pencak silat.
Sehari sebelum bertanding Wewey diajak oleh gurunya ke GOR untuk berlatih teknik dasar pencak silat.
Saat mulai bertanding, Wewey mencoba mengerahkan dirinya semaksimal mungkin. Segala ilmu pencak silat yang ia dapatkan langsung dipraktikkan dengan baik. Hal itu mengantarkannya menjadi juara dalam perlombaan itu. Wewey meraih juara 1 dan mendapat gelar pesilat terbaik dalam perlombaan itu.
Kemenangannya ini tentu membuat Wewey sangat senang dan bangga. Apalagi, dari pertandingan itu dia mendapat uang tunai. Itu adalah hadiah yang sangat berharga untuknya karena dahulu Wewey hidup kekurangan.
Kala itu rumahnya tidak ada listrik. Biasanya rumah tersebut hanya diterangi oleh lampu minyak. Keadaan tersebut membuat Wewey dan adik-adiknya menjadi cepat lelah untuk membaca dan mengerjakan tugas sekolah. Maka dari itu, setelah mendapat hadiah, Wewey langsung membayar listrik untuk rumahnya.
Dari situ, Wewey merasa pencak silat bisa menghasilkan uang sehingga ia berpikir untuk menekuni bidang tersebut. Wewey mengambil langkah ini agar bisa membantu perekonomian keluarga sedini mungkin.
Sebagai informasi, Wewey saat itu tinggal bersama mama, papa, dan keempat adiknya. Sang Papa mengalami kesulitan dalam mencari pekerjaan karena mengalami cacat fisik, tangannya terpotong mesin pemotong kayu di pabrik miliknya dahulu. Sementara mama Wewey penjual bakso dan bacang.
Penghasilan sang Mama benar-benar tak mencukupi kebutuhan hidupnya. Keluarga Wewey sering kali hanya makan nasi dengan lauk garam.
Maka dari itu, ketika tekadnya sudah kuat ingin menjadi pesilat profesional dan meraih berbagai juara di berbagai pertandingan, Wewey akhirnya mulai giat berlatih. Namun, ternyata keputusan Wewey tersebut tak direstui oleh kedua orangtuanya.
Mama dan papa Wewey ingin putri sulungnya itu menjadi seorang model karena penghasilannya lebih menjanjikan.
Walau demikian, Wewey tak lekas menyerah. Ia memberi berbagai pengertian pada mama dan papanya. Hingga akhirnya mereka luluh dan mengizinkan Wewey untuk berkarier menjadi pesilat.
Izin tersebut tentu tak disia-siakan oleh Wewey. Ia berlatih dengan giat agar menjadi juara dan menunjukkan pada kedua orangtunya bahwa menjadi atlet pencak silat memang profesi yang cocok untuknya.
Maka, mulai dari SMP Wewey mulai mengikuti berbagai kejuaraan pencak silat seperti pekan olahraga daerah.
Seiring berjalannya waktu, kemampuan Wewey meningkat. Ia mengikuti perlombaan di tingkat yang lebih tinggi, tingkat kota, provinsi, nasional, hingga internasional. Dari berbagai perlombaan yang ia ikuti, ia telah berhasil meraih juara dan mengharumkan nama Indonesia di kancah Internasional.
Bahkan, kemampuan Wewey dalam pencak silat sangat diakui oleh negara-negara lain yang menjadi lawannya dalam bertanding. Salah satu kemampuannya yang sangat luar biasa adalah tendangan T kaki kanannya yang kuat dan akurat. Keren!