Terkadang, anak perfeksionis sering dianggap sebagai suatu keunggulan dibanding anak lain yang tidak perfeksionis. Padahal, perfeksionis bukan sesuatu yang perlu dibanggakan lho, Ma.
Perlu Mama ketahui, perfeksionis justru membuat anak tersiksa, karena selalu dihantui dengan rasa takut salah, takut nilainya tidak sempurna, dan takut dikalahkan temannya.
Apalagi, anak perfeksionis sering menentukan target-target yang tidak realistis! Duh, kalau sudah begini, perfeksionisme justru membuat anak mengalami persaingan tak sehat, seumur hidupnya.
Ingat, perfeksionis berbeda dengan pekerja keras lho, Ma! Pekerja keras ingin mendapatkan hasil yang baik, namun tidak takut gagal. Sedangkan si perfeksionis ingin jadi yang terbaik, namun dipenuhi rasa insecure karena takut gagal atau ada anak lain yang lebih baik dari dia. Tak sehat kan, Ma?
Lalu apa sih yang memicu anak tumbuh menjadi sosok yang perfeksionis?
Menurut laman Healthy Children dari American Academy of Pediatrics (AAP), kemungkinan ada beberapa komponen biologis yang membentuk seorang anak menjadi perfeksionis, yaitu: masalah makan dan obsessive-compulsive disorder atau yang lebih sering disebut OCD.
Namun ada juga beberapa faktor lingkungan yang membuat anak menjadi perfeksionis. Mau tahu? Menurut AAP, ini 5 penyebabnya.
